Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Apartemen ini memang bukan tempat untuk orang-orang normal. Aku tahu itu sejak pertama kali menandatangani surat sewa lima tahun lalu. Pemiliknya, seorang lelaki tua dengan satu mata yang selalu berair, berkata, “Tempat ini memilih penghuninya, bukan sebaliknya.” Saat itu aku hanya menganggapnya sebagai taktik penjualan yang aneh. Tapi seiring waktu, aku mulai mengerti. Dindingnya tipis, cukup tipis untuk mendengar desahan lelah tetangga sebelah atau pertengkaran samar dari lantai atas tentang siapa yang lupa membeli susu. Tapi di luar itu, apartemen ini menyimpan keheningannya sendiri. Keheningan yang padat, yang bisa kau rasakan menekan gendang telingamu seperti saat menyelam terlalu dalam.
Koleksi piringku, misalnya. Tidak ada satu pun yang utuh. Semuanya memiliki retakan-retakan halus seperti jaring laba-laba, hasil dari kecerobohan atau mungkin getaran tak terlihat yang sering kali kurasakan saat tengah malam. Aku tidak pernah membuangnya. Bagiku, piring-piring retak itu terasa lebih jujur. Mereka tidak berpura-pura sempurna. Di sudut ruangan, sebuah turntable tua berdebu memutar koleksi vinyl post rock milikku—E...