Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ditulis November 2014
Sepatu hitam pudar yang nyaris sempurna, ditambah jutaan partikel-partikel sisa dari benda apapun, yang kau sering menyebutnya dengann nama debu, ya debu. Kulit si sepatu yang sudah keluar dari koridornya memaksa sang pemakai merayu tuk tetap bersama si empunya. Dengan sedikit lekatan lem kayu agaknya si alas sepatu sudah tak mampu bertahan dengan banyak lubang-lubang karena tancapan paku, kaca, sekrup, sang pemakai masih dengan sabar merayunya dengan tetap memakainya secara hati hati dan memberinya perlakuan istimewa supaya si alas sepatu tak kesakitan lagi.
Di hari dimana sepatu yang tua itu musti dipensiunkan. Dijual saja? oh tidak. Seharusnya dan sepantasnya dibuang serta mencari ganti yang baru. Baju seragam yang sama tuanya dengan si sepatu juga melengkapi tatanan sehari-hari di pagi hari.
Sepatu yang lusuh dan tua itu mengawali kisah ini. Iniberhubungan dengan sang pejuang November, tentu saja.
Menuju tempat dimana setiap manusia mendapatkan kebutuhan urgen , bahkan menjadi kewajiban dasarnya. Di sini ... tepat kawan! di bangku pendidikan, sekolah. Pandangannya yang sayu dan meneduhkan, sapaan halus nan khas, senyum nan tulus menjadi komponen primer yang indah di jiwa Sang pejuang November kala itu. Salam hangat di pagi hari mengawali perjuangan mulia. Membebaskan jiwa-jiwa akan kejahiliyaan, mengisi batin kering kerontang akan kebodohan plus mencerahkan jiwa-jiwa kusut dengan kasih sayang. Sang pejuang November itu adalah Sang pejuang tanpa tanda jasa yang engakau t...