Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Senyuman di Ujung Telepon
3
Suka
304
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Pernahkah kau merasa begitu dekat dengan seseorang, namun jarak justru merenggut setiap kesempatan untuk bersua? Apa bisa menguatkan hati di tengah malam sunyi, hanya berbekal suara samar lewat telepon? Di sebuah desa yang sepi, She duduk terpaku di teras rumahnya, memandang gelapnya langit malam, hati dipenuhi tanda tanya tak kunjung terjawab.

Mengapa rasa rindu kadang terasa seperti badai tak berujung? Apa arti sebuah harapan ketika segala sesuatu terasa rapuh dan terputus seperti sinyal yang hilang mendadak di tengah pembicaraan? Siapa sebenarnya Whe dalam hidup She, di balik suara lembut selalu dinanti di setiap malam?

Suara angin malam bertiup kencang menggema di antara pepohonan, diselingi oleh suara jangkrik seakan menyanyikan melodi kesepian. Namun, di balik keheningan itu, hati She bergolak, penuh kegelisahan sulit untuk diungkapkan. Malam ini tak berbeda dengan malam-malam sebelumnya, hanya saja ada sesuatu terasa seperti menekan dadanya lebih dalam, sebuah perasaan samar sulit ditebak.

Seperti biasa, ia menunggu suara yang menjadi satu-satunya penghangat di malam dingin itu. Whe, lelaki dengan senyuman teduh dan mata penuh makna, kini berada jauh di pulau seberang. Meskipun jarak dan waktu memisahkan mereka, sebuah benang tak terlihat seolah mengikat jiwa mereka tetap bersama.

Ketika ponsel bergetar, detak jantung naik cepat—apakah ini malam di mana rindu lama merangkak akan terobati? Suara Whe terdengar di ujung telepon, hangat dan menenangkan, seolah melantunkan lagu untuk mengusir sepi.

“Hai,” sapanya lembut.

“Hai, Bagaimana kabarmu di sana?” balas She dengan senyum merekah, meski ia tahu Whe tak bisa melihatnya.

Ada keheningan sesaat, lalu jawaban singkat penuh makna, “Kangen!”

Apakah perasaan rindu itu cukup untuk menunggu tanpa kepastian? Setiap obrolan mereka mengalir seperti sungai tenang, membicarakan hari-hari yang sudah dilewati, lelah menumpuk, dan impian akan mereka gapai bersama. Namun, sesekali suara itu terputus. Sinyal menghilang dalam sekejap, seakan melodi kehidupan mereka terhenti di tengah nada. Apa artinya semua itu bagi cinta mereka?

She menatap langit gelap, bertanya-tanya, apakah kata-kata Whe, “Suatu hari kita pasti bertemu,” hanyalah janji kosong atau cahaya menuntunnya melewati gelap?

Dalam sunyi malam, hatinya bergetar harap. Mungkinkah ada benang tak terlihat nyata mengikat dua jiwa terpisah? Bayangan pertemuan itu muncul dalam pikirannya, menggugah harapan makin membuncah, seolah bunga mekar di tengah badai. 

Hari berganti hari, dan mereka terus mengisi jarak memisahkan dengan kata-kata. Senyuman di ujung telepon menjadi obat rindu paling ampuh. Bagaimana mungkin sepotong layar dengan piksel-piksel kecil mampu menyimpan kehangatan dan kebahagiaan sebesar itu?

Setiap tawa terdengar dan setiap bisikan lembut diucapkan menguatkan mereka untuk bertahan. Di mana sebenarnya letak kekuatan itu? Apakah cinta mereka sanggup melewati segala rintangan dan ujian?

Malam pun datang. Saat bintang-bintang bertaburan di langit, mereka saling mengirim doa dan harapan. Mereka percaya, cinta tulus akan mempertemukan mereka kelak. Setiap detik yang berlalu, makin dalam rasa rindu yang dirasakan. Apakah hari itu benar-benar akan tiba, saat mereka bisa berpelukan dan merasakan kehangatan satu sama lain secara nyata?

Akhirnya, saat dinanti sejak lama pun tiba. Whe pulang cuti dari kerjaannya. Di tengah dinginnya malam menusuk, jam menunjukkan pukul 03.45 pagi saat alarm berdering. Ia bergegas menuju terminal, menerjang angin terasa menggigit kulit, apa yang membuatnya tetap kuat melangkah? Cinta? Harapan? Atau sesuatu lebih dalam?

Sampai di tempat pertemuan, detik-detik terasa begitu lambat. Saat Whe muncul, senyum aslinya menyinari sekeliling. Mereka menatap satu sama lain, lalu tanpa kata mengikat pelukan erat. Apakah kehangatan pelukan itu mampu menghapus semua waktu kehilangan?

Matahari mulai terbit, menebarkan cahaya penuh harapan. “kemana kita hari ini?” tanya She dengan semangat sudah terpancar jelas dari sorot matanya.

Whe menjawab dengan keyakinan, “Hari ini kita akan pergi ke tempat dalam daftar impian kita!” Suara itu bergetar penuh antusiasme, membawa janji akan kebahagiaan dan kenangan indah yang belum tertulis.

Namun, kebahagiaan itu hanya singgah sesaat. Pekerjaan memanggil kembali ke kesibukan. Saat harus berpisah, Whe menggenggam tangan She erat, menatap matanya penuh rasa. “Ini hanya sementara, cinta,” bisiknya. Apakah kata-kata itu cukup menenangkan sakit hati yang tercekat?

She mencoba menyimpan hangat sentuhan itu, suaranya bergetar saat bertanya, “Kapan kita bisa bertemu lagi?” Jawaban Whe hanya sebuah janji, “Nanti secepatnya, aku janji. Kita akan hadapi semua ini bersama, tak apa jika terpisah sebentar.”

Percayakah pada janji tersebut? Ia mengangguk pelan, berusaha menahan rindu mulai merekah. “Aku percaya sama kamu,” ucapnya lirih. Menghela napas berat saat melepas genggaman itu, “Aku juga percaya kita bisa kuat melewati ini.” Saling tersenyum kecil, mereka berpisah sementara, masing-masing membawa harapan untuk segera bersama kembali.

Malam itu, saat telepon berdering, suaranya kembali menerangi hati yang merindu. Suara itu membawa semangat dan harapan selama ini dinanti. Setiap detik menunggu panggilan terasa seperti satu abad.

“Hey, She! Apa kabar?” tanya Whe riang, seolah jarak tak pernah ada.

“Aku baik-baik saja, tapi sepi tanpamu,” balas She, suaranya bergetar penuh emosi.

“Jangan khawatir, kita akan segera bertemu lagi. Aku merindukanmu setiap detik,” menjawab dengan ketulusan dalam nada suaranya.

Mereka berbagi cerita tentang hari-hari dilewati. Tawa dan canda mengalir, menghapus rasa rindu yang menggunung. Apakah kata-kata itu cukup kuat menjadi jembatan untuk menghubungkan hati mereka?

Whe berbisik, “Kalau kamu di sini, aku ingin kita pergi ke tempat favorit kita, menikmati matahari terbenam bersama.”

“Ya, aku juga ingin itu! Kita akan buat kenangan baru yang tak terlupakan,” balas She dengan semangat.

Mereka membayangkan senyum satu sama lain, berhadapan menyaksikan keindahan alam. Walau terpisah ribuan kilometer, kedekatan terasa nyata. Setiap tawa, bisikan, dan ungkapan cinta seolah menghapus jarak.

“Selalu ingat, cinta kita adalah cahaya yang tak akan pernah padam,” kata Whe sebelum menutup telepon.

“Dan aku akan selalu menunggu sampai kita bisa bersama lagi,” jawab She dengan penuh harapan.

Dalam hening malam, menatap langit bertabur bintang, merasakan kehadirannya di setiap detik berlalu. Apakah jarak hanyalah tantangan sementara untuk mereka lawan bersama?

Whe bekerja keras setiap hari, melewati lelah dan tekanan demi masa depan mereka. Bayangan senyum She dan kenangan manis dibagi memberikan kekuatan untuk terus melangkah. Apakah semua pengorbanan ini layak untuk cinta yang mereka rajut? Dengan tekad bulat dan harapan besar, percaya bahwa suatu saat nanti perjuangan ini akan terbalas dengan pelukan hangat dan tatapan penuh cinta. Sebuah kisah indah sedang menunggu untuk mereka ukir bersama.

Senyuman di ujung telepon bukan sekadar suara biasa. Ia adalah api yang menyala dalam kelamnya malam, simbol sebuah cinta yang tak tergoyahkan oleh jarak dan waktu. Lalu, apakah kau percaya, cinta itu akan menang? Akankah mereka bertemu kembali dalam pelukan yang selama ini didamba?

Di antara kota dan malam, di antara rindu dan harapan, She bertahan. Dengan sekali lagi percaya pada senyum tersembunyi di ujung telepon—janji hari di mana mereka takkan terpisahkan lagi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Cerpen
Senyuman di Ujung Telepon
Dini Dwi Cahyani
Novel
GERA
disasalma
Novel
Bronze
Karena Kau Tampak Seperti Dia
Anisa Rahayu
Novel
Bronze
RATU UNTUKMU RAJA
Yoga ade
Novel
Gold
ASAL KAU BAHAGIA
Falcon Publishing
Novel
Gold
Ijo Tomat: Ikatan Jomblo Terhormat
Falcon Publishing
Novel
Thawiyyah
Daud Farma
Novel
Wicked Game
Hendra Purnama
Novel
Karena Dia Aku Hidup
Adelia Putri Sukda
Novel
Gold
Milan
Bentang Pustaka
Novel
Hi, Sakura!
Putri Wahidatussyafa'ah
Novel
Bronze
Menolak Move on
Nona Adilau
Novel
Menunggumu di 1998
M. T. Cahyani
Novel
Kersen Merah Jambu
Fasihi Ad Zemrat
Cerpen
Outlook
Adinda Amalia
Rekomendasi
Cerpen
Senyuman di Ujung Telepon
Dini Dwi Cahyani