Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Senandung Tanah Lado
2
Suka
83
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Saat cinta itu datang, beribu alasan takkan diperlukan untuk menjelaskannya. Begitulah, bertahun lamanya telah kutinggalkan Jakarta dan kuputuskan untuk menapaki Bandar lampung, sebuah kota di Lampung bersiger ini. Di sinilah kucoba kembali menata masa depan dan juga hatiku.  Bertahun kemudian akhirnya kota bersiger ini berikan nuansa baru dalam kehidupanku. Pekerjaan yang layak dengan gaji yang sesuai sebagai seorang manager di Biomas, sebuah perusahaan penghasil etanol. Begitupun dengan cinta. Ya, di sini kembali kutemukan cinta. Mulei Lampung telah memikat hatiku. Seorang gadis manis pengrajin tenun tapis tradisional, dan bersamanya kelak akan kembali kutata masa depanku. Aku suka caranya mencintaiku. Dia selalu memahamiku tanpa harus bertanya apa yang kualami terlebih dulu. Dialah yang paling sabar diantara semua gadis yang pernah kukenal. Dia sangat mengerti dan membuatku sadar bahwa dialah pilihan tepat untukku, untuk menjadi istriku. Aku tak pernah bertemu dengan gadis yang sebegitu sabarnya terhadapku. Dia tetap sabar dan memaafkanku meski aku sering menyakitinya. Itulah yang membuatku tersadar dan merubah hidupku. Lampung telah memberiku hidup yang baru.

***

Jakarta masih sama sumpeknya seperti ketika kutinggalkan, makin terasa pengap saja dipenuhi lautan manusia yang makin bertambah kuota setiap tahunnya, bahkan makin terlihat padatnya di akhir pekan seperti ini. Akhir pekan. Benar sekali, akhir pekan ini aku hanya ingin sejenak menikmati kesendirian di sudut ibukota. Aku sedang bingung menentukan pilihanku, di satu sisi aku masih ingin bebas mengepakkan sayapku untuk terbang jauh menggapai masa depanku agar lebih baik lagi, namun di sisi lain aku tetap ingin merasakan besarnya cinta yang selalu diberikannya sepenuh hati untukku. Mana yang akan kupilih nantinya antara beasiswa dari perusahaan atau mulei sikepku itu, gadis cantikku. Ah,entahlah. Biarkan sejenak kurefreshkan fikiranku agar lebih mantap tentukan pilihan. Kembali ponselku bergetar. Sudah kesekian kalinya batinku. Oh, rupanya Nuari. Sempat kukatakan padanya bahwa aku ingin menikmati kesendirianku beberapa waktu kedepan tanpanya. Ah, pasti mulei sikepku itu mengkhawatirkanku, tapi kubiarkan ponsel itu terus bergetar di saku celanaku. Sama seperti hatiku yang akan terus bergetar ketika aku berada dekat dengannya. Seorang gadis manis yang berhasil meruntuhkan hatiku saat berjumpa di Lampung Expo sekitar 5 tahun yang lalu.

 

Kala itu, kebetulan sekali perusahaanku juga mengikuti ajang tersebut dan stan perusahaan kami tepat berada di depan stan tempat gadisku bekerja, Siger Art Design. Tiba-tiba saja mataku terpaku pada seorang gadis manis yang terlihat begitu piawai menggunakan alat tenun tradisional. Ia memainkan jari-jari manisnya menyulam kain tapis yang kemudian kuketahui bahwa sulaman yang sedang ia buat adalah tapis Jung Sarat. Sambil terus berkutat dengan benang emas, ia coba menjelaskan kepada pengunjung bahwa tapis Jung Sarat yang ia kerjakan ini biasanya dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat, dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta mulei cangget (gadis penari) pada upacara adat. Begitulah hingga akhirnya kami bersama hingga sekarang. Ya, setidaknya sebelum kuputuskan untuk meninggalkannya demi beasiswaku.

Untuk saat ini, aku memang sedang tak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk muleiku itu. Aku ingin berpikir dulu sebelum nantinya aku kembali meninggalkan Jakarta dan menemuinya tanpa beban. Aku sedang pusing memilih antara dirinya atau keinginanku untuk mengambil beasiswa S2 ke Jepang yang ditawarkan perusahaan seperti impianku selama ini, setelah itu jabatanku akan lebih tinggi dan lebih mapan. Dengan begitu, ada yang bisa kubanggakan selama beberapa tahun dalam dekapan Lampung. Malam makin merayap dan semakin banyak orang berdatangan ke taman kota ini. Mereka saling sapa dan saling canda, bercengkarama menikmati sebuah hubungan yang terlihat harmonis dan menyatu. Sedangkan aku terasing dalam padatnya Jakarta , dalam kegalauan hatiku antara cinta dan masa depan .

Masih segar dalam ingatanku sewaktu tiba-tiba kuputuskan untuk menapaki kota bersiger itu. Keluargaku tampak terkejut, bahkan mereka melarangku. Bayangkan saja, banyak orang meninggalkan kampung halaman mereka demi menikmati kehidupan Ibukota, sedangkan aku malah meninggalkannya dan memilih Lampung sebagai penggantinya. Aku tak perduli. Aku tetap meninggalkan Jakarta. Meskipun keluarga melarangku dan menyayangkan kehidupanku yang sudah mapan di tanah kelahiranku, namun aku tetap bersikeras untuk pergi. Akhirnya mereka menyerah dan membiarkanku menata masa depanku yang baru.

Meskipun Lampung telah membuaiku selama bertahun-tahun ini, tapi setiap ada waktu luang, selalu kusempatkan ke Jakarta untuk melepas kerinduanku pada keluarga. Ya, seperti sekarang ini aku mengunjungi mereka sekaligus untuk meminta pertimbangan mereka mengenai beasiswa yang kuperoleh dari perusahaan untuk melanjutkan studiku di negeri sakura. Mendengar ini, keluargaku tampak bangga dengan prestasiku di tempat kerja, terlebih ayahku. “Ayah bangga padamu. Perlahan namun pasti, kamu bisa membangun karir di tempat yang baru dan menunjukkan keseriusanmu dalam bekerja, berdedikasi tinggi hingga perusahaan menawarkan beasiswa untuk melanjutkan studimu.” Aku merasa dilema. Aku ingin sekali mengambil tawaran beasiswa untuk melanjutkan studiku di negeri sakura itu, namun aku tak bisa meninggalkan Nuari. Keberadaan Nuari dengan segenap cinta yang dimilikinya untukku pun tak kalah membuatku pusing karena aku dihadapkan pada dua pilihan sulit yaitu cinta dan masa depan. Tak pernah kubayangkan jika perjalanan hidupku akan seperti ini. Hidupku  adalah milikku. Aku tak bisa mengikuti kata orang lain. Aku tak ingin jalani hidupku dengan aturan-aturan yang membuatku merasa tak nyaman.

***

Entah karena aku telah jatuh cinta pada Lampung atau karena cinta pada mulei sikepku itu, sejauh apapun langkahku, selalu saja senandung Sang Bumi Ruwa Jurai memanggilku untuk kembali berada dalam buaiannya. Sekembaliku pagi tadi, malam ini ingin kunikmati indah langit berbalut gemintang dan rembulan bersama muli sikepku. Sengaja kuparkirkan Pajero di sudut taman, lalu kami berjalan kaki menyusuri sudut taman kota Bandar Lampung. Dengan hangat kugandeng Nuari. Aku merasa begitu damai bersamanya. Tanah lado yang dulunya begitu asing bagiku, kini menjadi lekat di hati. Aku tau, cintaku bersama Nuari akan butuh perjuangan yang panjang untuk sampai ke mahligai kebahagiaan kelak.

Berminggu didera kegundahan demi kegundahan dan mencoba berjalan tanpa Nuari, ternyata aku sulit bertahan jika tanpanya. Kesederhanaan sikap tulus dan cinta yang dimiliki, senyum hangat dan segala yang ada padanya selalu membuatku kembali bersemangat. Aku bicara dengan hati-hati padanya tentang beasiswa yang kuperoleh dari perusahaan untuk melanjutkan studiku di negeri sakura selama 3 tahun yang dilanjutkan dengan penempatanku pada jabatan yang lebih tinggi dengan syarat untuk tidak menikah selama 5 tahun kedepan.  Bisa kulihat kecemasan di wajah manisnya saat kubicarakan ini, tapi Nuari ternyata tidak memaksaku untuk tetap tinggal di tanah lado ini. Dia menyerahkan semua keputusan padaku. Dia sadar jika aku mengambil kesempatan ini, kemungkinan masa depanku akan semakin cerah sesuai dengan apa yang kuinginkan, namun dia juga berkata bahwa seandainya kuabaikan tawaran itu pun, aku tetap  juga menjadi orang sukses jika aku bekerja keras. Nuari terlihat begitu dewasa meskipun jauh di dalam hatinya ia pasti tidak ingin kutinggalkan.

***

Meskipun malam itu aku telah kembali ke pelukan tanah lado, tapi sebenarnya bukanlah malam yang bisa begitu saja kulewatkan. Malam itu adalah sebuah jawaban bagiku atas kegundahanku selama berminggu ini. Aku yakin bahwa Bandar Lampung memang tempatku hidup sekarang, Nuari adalah cintaku, Lampung adalah masa depanku. Aku berharap malam akan berlalu dengan sebuah kesan yang mendalam bagiku. Sebuah pendewasaan diri. Sebuah kesunyian akan berubah menjadi kebahagian bersama orang-orang tersayang. Nuari memang begitu lembut, sabar dan keibuan. Aku sungguh mencintainya meskipun usianya jauh dibawahku dan aku harus bersusah payah menyesuaikan diri dengan adatnya yang begitu kental. Dia selalu berkata bahwa hubungan ini memang tak akan mudah untuk dijalani, namun dia percaya bahwa akan selalu ada kemudahan di dalam kesulitan.

Dia pun tak memaksa jika aku akhirnya mundur dan lebih memilih untuk mengepakkan sayapku untuk terbang lebih tinggi menggapai impianku. “Yai pergilah, kesempatan tidak akan datang berkali-kali. Mungkin ini pilihan yang sulit untuk kyai, tapi aku yakin bahwa kyai bisa mengambil keputusan ini dengan bijak.” Suaranya terdengar bergetar, tapi senyum manis tetap menghiasi wajah ayunya. Namun aku selalu bilang bahwa aku tak akan mundur karena aku pun yakin dengan cintaku untuknya, sama seperti dirinya yang begitu yakin memberikan cintanya untukku. Waktu akan terus berganti seiring dengan kehidupan yang akan terus berputar. Begitupun denganku yang ingin kembali meraih mimpi dan tak hanya sekedar berdiam diri saja. Aku kembali mengawali pagiku dengan senyuman hangat penuh semangat sehangat mentari pagi. Aku pasti bisa melalui hariku tanpa harus pergi ke Jepang, tanpa harus meninggalkan gadisku, tanpa harus meninggalkan tanah lado yang membuaiku dalam dekap hangatnya selama beberapa tahun ini.

Aku akan tetap di sini, akan tetap nikmati indahnya menatap langit malam dan menggandeng tangan lembut mulei sikepku untuk menyapa tiap sudut kota Bandar Lampung sambil bersenandung. Sangon jak saka nyak demon jama niku/ api cak ganta sumang tekhasa wi lawi/ kimak putungga sekhani biak di hati/salah kodo dikhiku ki nyak terlanjur sayang/najin sekhibu jukhang penghalang wi lawi/ di huus badik pun makukhung kulapahi/ halus budi mo iyoskon hati /niku jengan busadu lawan tikhamku/ salah kodo dikhiku ki nyak terlanjur sayang najin sekhibu jukhang penghalang wi wi lawi/ nagon jak saka nyak demon jama niku...

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Cerpen
Senandung Tanah Lado
Wulan Ews
Novel
Bronze
You are my sirius
Nasyha
Novel
Bronze
Mutiara
Chrystal Calista
Cerpen
Bronze
Happy Birth Day Our Queen
Daud Farma
Novel
Bronze
Two Writers
Nurul Lathiffah
Novel
Lady Bug
AdityoWahyu
Novel
Bronze
Gamer's Romantic
Aldrich Candra
Novel
Bronze
PERANG SUDAH BERAKHIR
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
Ritme
icitbilala
Novel
Bronze
Hidup Tak Pernah Sederhana
Wiwit Widianti
Novel
Gold
Guru Para Pemimpi
Mizan Publishing
Novel
Cinta
fabian
Novel
Bronze
Ms. Newbis, Mr. Boss, & Mdm. Devil Seri 2
Bebekz Hijau
Novel
Gold
Under the Blue Moon
Noura Publishing
Cerpen
Bronze
Kamu dan Angan
Ilfina Azka Najah
Rekomendasi
Cerpen
Senandung Tanah Lado
Wulan Ews
Flash
Kamar 13
Wulan Ews
Flash
Kamar kos Dodi
Wulan Ews