Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Senandung Patah Hati di Kedai Kopi Senja
0
Suka
9
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aroma kopi menyeruak, bercampur dengan melankolisnya senja yang merayap di dinding kaca Kedai Kopi Senja. Di sudut kedai, seorang pemuda bernama Aris duduk termenung. Wajahnya sendu, matanya sayu, menatap kosong pada cangkir kopi yang sudah dingin. Aris sedang galau.

Bukan galau biasa, tapi galau akut yang merenggut senyumnya, menyita energinya, dan menghantuinya siang dan malam. Galau ini bernama Cinta. Lebih tepatnya, Patah Hati karena Cinta.

Seminggu lalu, Riana, kekasih yang sudah bersamanya selama tiga tahun, memutuskan hubungan mereka. Alasan klise: "Aku merasa kita sudah tidak sejalan lagi." Kalimat itu terngiang-ngiang di telinga Aris, seperti kaset rusak yang diputar berulang-ulang.

Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak kenangan indah yang mereka ukir bersama. Mulai dari kencan pertama di taman kota saat musim semi, liburan romantis di pantai saat musim panas, hingga malam-malam hangat di depan perapian saat musim dingin. Semua itu kini hanya menjadi kenangan pahit yang menyayat hati.

Aris mencoba mencari tahu apa yang salah. Apa yang kurang dari dirinya? Apakah dia kurang perhatian? Kurang pengertian? Atau kurang memberikan kejutan? Dia sudah berusaha menjadi pacar yang terbaik untuk Riana. Tapi ternyata, usahanya sia-sia.

Setiap malam, Aris selalu terjaga hingga larut. Bayangan Riana selalu hadir dalam benaknya. Senyumnya, tawanya, sentuhannya... semua itu membuatnya semakin merindukannya. Aris mencoba menghubungi Riana, tapi tidak pernah diangkat. Dia mengirim pesan, tapi hanya dibaca tanpa balasan. Aris merasa seperti orang bodoh yang terus mengejar sesuatu yang sudah hilang.

Di tengah kegalauannya, Aris mencoba mencari pelarian. Dia pergi ke gym untuk melampiaskan emosinya. Dia bermain futsal bersama teman-temannya untuk mengalihkan perhatian. Dia menonton film komedi untuk mencari hiburan. Tapi semua itu hanya memberikan efek sementara. Setelah semua aktivitas itu selesai, Aris kembali pada kesendiriannya, pada kegalauan yang tak berujung.

Suatu sore, Aris memutuskan untuk pergi ke Kedai Kopi Senja. Kedai kopi ini adalah tempat favorit mereka berdua. Di sinilah mereka sering menghabiskan waktu bersama, bercerita tentang mimpi dan harapan. Aris berharap, dengan berada di tempat ini, dia bisa merasakan kehadiran Riana.

Aris memesan kopi hitam tanpa gula, minuman favorit Riana. Sambil menyesap kopi, Aris memandangi setiap sudut kedai. Dia melihat meja tempat mereka biasa duduk, foto-foto mereka yang terpajang di dinding, dan mendengar lagu-lagu yang sering mereka nyanyikan bersama. Semua itu membuatnya semakin merindukan Riana.

Tiba-tiba, seorang wanita menghampiri meja Aris. Wanita itu berambut panjang, mengenakan gaun berwarna merah, dan membawa sebuah gitar. Aris mengenal wanita itu. Dia adalah Maya, penyanyi yang sering tampil di Kedai Kopi Senja.

"Hai, Aris," sapa Maya dengan senyum ramah. "Lama tidak melihatmu di sini. Sendirian saja?"

Aris mengangguk lesu. "Iya, May. Lagi nggak mood ngapa-ngapain."

Maya duduk di kursi depan Aris. "Aku dengar dari teman-teman tentang Riana. Sabar ya, Ris. Semua akan baik-baik saja."

Aris menghela napas panjang. "Gue nggak tahu, May. Gue ngerasa kayak kehilangan separuh jiwa gue. Gue nggak bisa bayangin hidup gue tanpa Riana."

Maya tersenyum lembut. "Gue ngerti perasaan lo, Ris. Gue juga pernah ngalamin hal yang sama. Tapi lo harus ingat, hidup itu terus berjalan. Lo nggak bisa terus-terusan terpuruk dalam kesedihan. Lo harus bangkit dan melanjutkan hidup lo."

Aris menatap Maya dengan tatapan kosong. "Gimana caranya, May? Gue nggak tahu harus mulai dari mana."

Maya mengambil gitarnya dan mulai memetik senar. "Gue akan nyanyiin sebuah lagu buat lo. Lagu ini tentang patah hati, tapi juga tentang harapan. Semoga lo bisa terinspirasi."

Maya mulai bernyanyi dengan suara merdu dan penuh penghayatan. Lagu yang dinyanyikannya adalah lagu lama yang sering mereka dengarkan bersama Riana. Aris terhanyut dalam alunan musik dan lirik lagu. Air mata mulai menetes di pipinya.

Selesai bernyanyi, Maya menatap Aris dengan tatapan penuh simpati. "Gimana, Ris? Lo merasa lebih baik?"

Aris mengangguk pelan. "Lumayan, May. Makasih ya."

Maya tersenyum. "Sama-sama, Ris. Lo harus ingat, lo nggak sendirian. Banyak orang yang peduli sama lo. Jangan pernah menyerah sama hidup lo."

Aris terdiam sejenak. Dia merenungkan kata-kata Maya. Dia menyadari bahwa Maya benar. Dia tidak sendirian. Dia masih memiliki keluarga, teman-teman, dan orang-orang yang menyayanginya. Dia tidak boleh terus-terusan terpuruk dalam kesedihan. Dia harus bangkit dan melanjutkan hidupnya.

"May, gue mau minta tolong sama lo," kata Aris tiba-tiba.

Maya mengangkat alisnya. "Minta tolong apa, Ris?"

"Gue mau belajar main gitar sama lo. Gue pengen bisa nyanyiin lagu buat Riana. Siapa tahu, dengan lagu itu, dia bisa balik lagi sama gue."

Maya tersenyum. "Gue akan dengan senang hati ngajarin lo main gitar. Tapi lo harus janji sama gue, lo nggak boleh berharap terlalu banyak sama Riana. Lo harus siap menerima apapun yang terjadi."

Aris mengangguk mantap. "Gue janji, May. Gue akan berusaha sekuat tenaga. Tapi gue juga siap menerima apapun keputusan Riana."

Mulai hari itu, Aris rajin belajar main gitar sama Maya. Setiap sore, dia selalu datang ke Kedai Kopi Senja untuk berlatih. Maya dengan sabar mengajarinya teknik-teknik dasar bermain gitar. Aris ternyata memiliki bakat dalam bermain musik. Dalam waktu singkat, dia sudah bisa memainkan beberapa lagu.

Selain belajar main gitar, Aris juga mulai membuka diri pada orang lain. Dia sering berkumpul dengan teman-temannya, bercerita tentang masalahnya, dan mendengarkan nasihat mereka. Aris juga mulai melakukan hal-hal yang dulu dia sukai, seperti membaca buku, menonton film, dan bermain game. Dia berusaha untuk mengisi hari-harinya dengan kegiatan positif.

Waktu terus berlalu. Aris semakin mahir bermain gitar. Dia sudah bisa menciptakan lagu sendiri. Lagu-lagu yang diciptakannya adalah lagu-lagu tentang cinta, patah hati, dan harapan. Lagu-lagu itu sangat menyentuh hati, membuat siapa pun yang mendengarkannya terhanyut dalam emosi.

Suatu malam, Aris memberanikan diri untuk tampil di Kedai Kopi Senja. Dia membawakan lagu-lagu ciptaannya sendiri. Penonton terpukau dengan penampilan Aris. Mereka terharu dengan lirik lagu-lagu yang dinyanyikan Aris. Setelah selesai bernyanyi, Aris mendapatkan tepuk tangan yang meriah.

Setelah penampilannya selesai, Maya menghampiri Aris. "Lo keren banget, Ris! Gue bangga sama lo."

Aris tersenyum. "Makasih, May. Ini semua berkat lo."

Tiba-tiba, seorang wanita menghampiri Aris. Wanita itu berambut panjang, mengenakan gaun berwarna merah, dan membawa sebuah buket bunga. Aris terkejut melihat wanita itu. Dia adalah Riana.

"Aris," sapa Riana dengan suara lirih. "Gue mau minta maaf sama lo."

Aris menatap Riana dengan tatapan bingung. "Minta maaf buat apa, Ri?"

"Gue udah nyakitin lo. Gue udah ninggalin lo. Gue nyesel banget."

Aris terdiam sejenak. Dia merenungkan kata-kata Riana. Dia menyadari bahwa Riana juga merasakan apa yang dia rasakan. Riana juga merindukannya.

"Ri," kata Aris akhirnya. "Gue udah maafin lo dari dulu. Gue ngerti kenapa lo ninggalin gue. Gue tahu, lo pasti punya alasan yang kuat."

Riana tersenyum. "Makasih, Ris. Lo emang selalu baik sama gue."

"Ri, gue mau nyanyiin sebuah lagu buat lo," kata Aris sambil mengambil gitarnya.

Riana mengangguk. "Gue mau denger."

Aris mulai memetik senar gitar. Dia menyanyikan sebuah lagu ciptaannya sendiri. Lagu itu adalah lagu tentang cinta, patah hati, dan harapan. Lagu itu sangat menyentuh hati, membuat Riana meneteskan air mata.

Selesai bernyanyi, Aris menatap Riana dengan tatapan penuh cinta. "Ri, gue masih sayang sama lo. Gue masih berharap kita bisa bersama lagi."

Riana memeluk Aris dengan erat. "Gue juga sayang sama lo, Ris. Gue juga pengen kita bersama lagi."

Aris membalas pelukan Riana dengan erat. Dia merasa sangat bahagia. Akhirnya, penantiannya selama ini berbuah manis. Dia kembali bersama Riana, wanita yang sangat dicintainya.

Malam itu, Aris dan Riana menghabiskan waktu bersama di Kedai Kopi Senja. Mereka bercerita tentang apa yang telah mereka alami selama ini. Mereka saling memaafkan dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Aris menyadari bahwa patah hati adalah bagian dari hidup. Patah hati bisa membuat kita menjadi lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih menghargai cinta. Aris juga menyadari bahwa cinta sejati akan selalu kembali, meskipun harus melewati berbagai macam rintangan.

Di Kedai Kopi Senja, Aris dan Riana memulai lembaran baru dalam hubungan mereka. Mereka berjanji untuk saling mencintai, saling mendukung, dan saling menghargai. Mereka berharap, cinta mereka akan abadi selamanya.

Senandung patah hati di Kedai Kopi Senja telah berakhir. Kini, hanya ada senandung cinta yang memenuhi ruangan itu. Aris dan Riana tersenyum bahagia, menatap masa depan yang cerah bersama.

Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Bronze
Bukan Kamu
Leni Juliany
Cerpen
Senandung Patah Hati di Kedai Kopi Senja
Lukitokarya
Novel
Puisi Terakhir
yoursweetcrush
Novel
Harapan Pada Bintang
Allindri S Dion
Cerpen
Bronze
Cinta pertama berakhir di satu pilihan
Chiavieth Annisa06
Cerpen
Bronze
Delution Memories
Adinda Amalia
Cerpen
Sebuah Catatan Galau
Lukitokarya
Novel
Bronze
You are my sirius
Nasyha
Novel
Bronze
Cinta Pertama Selalu Menyakitkan
Fitriya
Novel
SATU SATUNYA JALAN MENUJU DIRIMU
Haryani
Novel
G O A T
Rizky Brawijaya
Novel
Bukan Badboy Penyelamat Sekolah
Muhammad Azhar
Novel
Bronze
Awal Sebuah Hubungan Virtual
SastraItuIndah.c
Cerpen
Bronze
Wonder Blossom
Adinda Amalia
Novel
Bronze
Still With You
Arinaa
Rekomendasi
Cerpen
Senandung Patah Hati di Kedai Kopi Senja
Lukitokarya
Cerpen
Sebuah Catatan Galau
Lukitokarya
Cerpen
Lukisan Senja di Balik Jendela
Lukitokarya
Flash
Surat dari masa lalu
Lukitokarya
Cerpen
Harmoni di Balik Pagar
Lukitokarya
Cerpen
Lentera di Ujung Lorong
Lukitokarya