Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di sebuah kota kecil yang tenang, tersembunyi di balik hijaunya perbukitan Jawa Tengah, Arka menemukan apa yang ia yakini sebagai surga bagi seorang penulis: sebuah rumah tua bergaya kolonial dengan arsitektur yang megah namun tampak usang. Fasadnya yang kusam dan jendela-jendelanya yang besar seolah menyimpan seribu cerita yang belum terungkap. Di sinilah Arka, seorang penulis novel horor yang sedang mencari inspirasi baru, memutuskan untuk memulai hidup baru. Ia membayangkan hari-harinya dipenuhi dengan imajinasi, menghabiskan waktu di balik meja kerjanya yang menghadap ke kebun, menciptakan narasi-narasi menyeramkan yang akan memukau pembacanya.
Namun, harapan dan imajinasinya perlahan mulai buyar. Di malam pertamanya, saat Arka sedang asyik menata buku-bukunya di ruang kerja, sebuah suara lirih menghentikan gerakannya. Bukan suara yang bising, melainkan sebuah senandung lembut, melankolis, yang seolah-olah berasal dari balik dinding kamarnya. Awalnya, ia mengabaikannya. Mungkin itu hanya suara angin yang berdesir, atau tetangga yang menyetel radio dengan volume kecil. Ia berusaha meyakinkan dirinya, mengabaikan perasaan ganjil yang mulai merayap di benaknya, dan melanjutkan aktivitasnya.
Namun, senandung itu bukan hanya sekali. Hari-hari berikutnya, suara itu semakin sering terdengar. Senandung itu tidak pernah berubah, selalu dengan nada yang sama, sebuah melodi yang membuat bulu kuduk Arka berdiri. Perlahan tapi pasti, senandung itu mulai memancing rasa penasaran yang morbid dalam dirinya. Sebagai seorang penulis horor, ia memiliki ketertarikan aneh terhadap hal-hal ganjil dan mengerikan. Arka mulai mendengarkan dengan saksama, mencoba melacak sumber suara itu. Ia menempelkan telinganya ke dinding, berjalan menyusuri setiap sudut ruangan, berharap menemukan celah atau petunjuk yang bisa menjelaskan misteri di balik senandung itu.
Senandung itu menjadi musik latar dari setiap hari yang ia lalui di rumah itu. Saking seringnya, Arka mulai merasa senandung itu ditujukan khusus untuknya. Ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang ingin berkomunikasi dengannya, dari balik dinding yang dingin dan sunyi. Arka yang awalnya skeptis, kini mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres di rumah ini. Perasaannya campur aduk antara rasa takut dan ketertarikan. Ia mulai menulis tentang pengalaman anehnya itu, menuangkan setiap detail dari suara senandung yang ia dengar ke dalam buku hariannya, tanpa menyadari bahwa ia sedang membuka pintu bagi sesuatu yang jauh lebih gelap.
Inspirasi yang ia cari-cari kini datang dengan sendirinya, namun tidak dalam bentuk yang ia inginkan. Alih-alih ide-ide yang segar dan orisinal, Arka mulai terobsesi dengan senandung itu. Ia mulai menciptakan sebuah karakter utama yang juga mendengar suara-suara dari balik dinding, terjebak di dalam sebuah ru...