Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Sehimpun Cerita Masalalu
0
Suka
3,977
Dibaca

Kidal, kupanggil kau kidal karena caramu menuangkan tinta pada kertas sungguh berbeda dari yang lain. Hai Albert, kau sangat unik. Pria kelahiran 2004 itu sungguh membuatku terpukau, pria dengan tinggi badan 158 cm serta berkulit putih bersih, dengan mata yang coklat serta kantung mata yang merah muda menambah ketampananmu Albert.

Ahh Albert, betapa memukaunya dirimu, bukan hanya itu saja kau pun salah satu remaja yang cukup baik memahami Agama, laki laki yang sempurna bagiku. Caramu memperlakukan wanita sungguh lembut, tutur kata yang sopan nan ramah, Serta senyum yang berkembang mampu meruntuhkan jiwa.Ntah mengapa waktu aku baru memasuki kelas satu SMA aku tak menyadari akan kehadirannya, yang ku tahu kau adalah pria yang berpenampilan lusuh nan dingin. Tapi sungguh Albert dikelas 2 SMA ini aku menyadari kehadiranmu, kau banyak perubahan dalam penampilanmu namun, aku belum terlalu memperhatikanmu saat itu, hingga waktu membawaku untuk beradaptasi dengan mu.S

emakin lama aku mulai terbiasa berbicara dengan mu mungkin karena kami sering berkumpul dalam kelompok bersama hingga tidak ada lagi rasa canggung yang menyergap. Saking seringnya kita bersama mampu merubah semuannya, kami pun sering berfoto bersama dan seperti biasa kami tertawa akan hal yang konyol.

Dengan candaan itu kau selalu memandangku hingga tak sengaja kita selalu berpapasan pandangan satu sama lain, Kau tahu Albert, pandanganmu itu menyebabkan gelenyar aneh di dada ku, awalnya aku tak menyadari apa itu namun harus aku akui saat takdir membiarkan kita hanya berduaan saja gelenyar aneh itu selalu datang dan sialnya menimbulkan kegugupan dalam diriku saat berduaan denganmu dan sungguh sial, saat aku mencoba untuk biasa biasa saja dengan itu aku tak bisa Albert. Kau pun sepertinya sama, kita seperti sepasang kekasih yang baru memadu cinta, kau sering duduk disampingku dan rupanya takdir selalu menyatukan kita.

Tanpa aku sadari aku mulai mengagumimu secara diam namun akibat kita sering bersama rasa kagum itu berubah menjadi rasa cinta dan ingin memiliki. Ya Albert, aku mencintaimu meskipun aku tak tahu bagaimana perasaanmu padaku, atau mungkinkah kau menyukai orang lain ah ntahlah aku tak ingin memikirkan itu.

Aku buta olehmu, kau sungguh membuat duniaku berbeda Albert. Harus kau tahu aku selalu bersemangat untuk berangkat sekolah. Hanya karena melihatmu saja aku merasakan kedamaian yang tiada tara, tak peduli mereka membicarakan apapun terhadap aku dan kau Albert intinya aku sangat nyaman denganmu. Dan tanpa aku sadari rasa itu setiap hari meningkat entah apa yang diinginkan semesta kita selalu satu kelompok bersama. Contohnya saat itu tugas prakarya kami satu team, kau sangat antusias terhadap apa yang aku ucapkan, kau merespon dengan baik inilah yang membuatku nyaman denganmu Albert, kau sangat mengerti aku satu frekuensi.

Tugas prakarya itu tak lain adalah setiap kelompok harus membuat satu masakan internasional dan team kami memilih Dango has Jepang, Kelompok kami terdiri dari 6 anggota yaitu Agustian, Veronica, Justin, Delvin, Nadhan, Aku dan kau Albert. Kau harus tahu Albert betapa girangnya aku saat namamu disebut didalam kelompokku nampaknya kau pun sama. Setelah membeli bahan apa saja yang akan kami buat selama 3 bulan kedepan kamipun mulai mempraktikannya dan lagi lagi aku dan kau yang mempraktikannya, Ahhh senangnya bekerjasama dengan seseorang yang kita inginkan rasanya aku tak ingin situasi ini cepat usai. Kau pun ternyata sangat usil Albert hingga terigu yang kau uleni kau oleskan pada pipiku, akupun tak tinggal diam untuk membalasmu, hingga yang lainnya hanya tertawa cekikikan menyaksikan kami bercanda.

" Tunggu, aku akan menghapuskannya". Ucapmu dengan tisyu yang kau usapkan padaku, jantungku serasa berdetak lebih kencang, gelenyar aneh itu datang kembali.

" Tak apa Albert, aku bisa membersihkannya sendiri, kau bisa melanjutkannya". Senggaja aku mengalihkan pembicaraan aku tak sanggup harus berhadapan terlalu lamannya, bisa bisa jantungku berhenti berdetak ahh sungguh lebay bukan?

Waktu menunjukan pukul 17:00 kami bergegas untuk pulang namun sial sepertinya cuaca tidak mendukung dan hujan pun datang membasahi rumput serta pohon pohon yang menjulang tinggi. Kami termenung menunggu hujan deras itu berhenti, namun rupannya hujan ini tak ada hentinya dan akupun kebinggungan untuk pulang pasalnya tidak ada kendaraan umum lewat jam segini.

" Nat?". Tanya Albert membuyarkan lamunanku.

" Emmm iyaa?" . Jawabku gugup.

" Mau pulang denganku?".Demi apa dia mengajakku pulang.

" Ahh tak usah Albert, aku bisa menunggu Kendaraan umum disini kau bisa pulang menyusul yang lainnya". Yaa disini didepan toko kue hanya tersisa aku dan Albert karena yang lainnya sudah pulang, ntah apa yang membuat Albert menunggu berdua denganku mungkin hanya karena hujan.

" Sini ". Ucapnya dengan membalikan badanku dan memakaikan jas hujan yang kau kenakan.

" Albert, bagaimana denganmu? "

" Tak apa pakai saja, aku punya jaket untuk melindungiku, aku tak mau kau kehujanan dan kedinginan pakailah". Kau tersenyum ramah dan mengusap jok motor yang basah.

" Naiklah kita pulang". Ajaknya. Untuk kesekian kalinnya kau memberikan perhatian itu padaku. Kami melanjutkan perjalanan disertai hujan yang deras menguyur tubuh, aku mengeratkan pelukanku pada Albert karena dinginnya hujan yang membuatku menggigil. Tak butuh waktu lama sekitar 20 menit kami sampai didepan gang rumahku.

" Albert, Bagaimana dengan jasmu?" Ucapku.

" Tak apa pakailah dulu bukankah dari gang ini rumah mu agak jauh? maaf ,aku tak bisa mengantarkanmu sampai rumah, gang ini terlalu sempit untuk motor". Ucapnya. Hanya anggukan dan ucapan terimakasih yang bisa aku ucapkan melihatmu pergi untuk pulang. Rasannya ingin waktu tak cepat berlalu agar kau dan aku selalu bersama. Bagaimana aku tidak rindu, jarak rumah Albert dan rumahku kurang lebih 10 km, wajar saja aku selalu merindukanmu tiap malam, walaupun keesokan harinya kita bertemu itu tidak cukup.

Aku merebahkan tubuhku diatas pembaringan menatap tiap inci langit langit kamar, seketika lamunanku tertuju padamu Albert, wajahmu, senyummu, sungguh mengikatku.

" Aku sudah sampai " .Seketika lamunanku buyar dengan nada ponsel yang menandakan ada pesan masuk. Dengan senyum girang aku meraih dan membalas pesan darimu Albert. Aku menarik nafas, rasannya hari ini kami bercanda ria yang panjang setiap yang kau lakukan selalu kau ceritakan padaku Albert, membuatku semakin terpukau padamu.

Keesokannya kami bertemu kembali, ia tersenyum dan menyapa ku seperti sedia kala namun, aku merasa ada yang berbeda darimu Albert kau banyak terdiam dibangku kelas memainkan ponselmu hingga tanpa kau sadari aku yang ada dihadapanmu. Namun, sepertinya kau menyadari aku Albert, kau mengulurkan senyum kembali namun hanya senyum tertekan. Ada apa denganmu Albert? aku rasa hari ini kau sangat dingin, ah mungkinkah kau sedang ada masalah dengan kehidupanmu.

Siang harinya aku duduk termenung dibawah kelas menyaksikan orang orang berlalu lalang dilapangan, mempersiapkan perayaan HUT RI yang dilakukan rutin setiap tanggal 17 Agustus.

" Bolehkab aku duduk disini". Tanyanya.

" Tentu". Jawabku girang.

" Kau sedang lihat apa? kuperhatikan kau dari tadi fokus memandangi lapangan". Sungguh? kau memperhatikanku? Ahh Albert mengapa aku harus jatuh cinta padamu, kau dengan kepribadian yang sungguh dingin namun sekarang berubah sehangat ini, sungguh sikapmu sungguh sulit untuk ditebak Albert.

" Aku hanya memperhatikan siswa siswa itu, nampaknya mereka sangat serius dengan pekerjaan menyambut HUT RI ". Jawabku.

Tanpa aku sadari kau terus memandangi ku saat aku berbicara kami pun berpapasan pandangan, tuhann jantungku sungguh berdegup kencang saat mata itu menerobos pandanganku.

" kau mau ikut?". Ajakmu.

" Kemana? ".

" Kantin". Jawabmu seraya menyodorkan telapak tanganmu padaku, tanpa menunggu lama aku pun menerima uluran tangan darimu. Kita bergandengan tangan tak saling melepaskan, Albert apakah kau tak menyadari perasaanku? kau selalu saja berlaku manis menarik ulur perasaanku namun sayang, kau tak pernah menyatakan perasaanmu padaku. Oh tuhann apakah dia hanya menganggapku sebagai sahabat saja?

" Apakah kau masih menyukainya?". Aku menorehkan lamunan ku saat Agustian menyapa.

" Ahh kau rupannya, Ya, sepertinya aku kesulitan untuk menghilangkan rasa ini pada Albert".

" Mengapa tak coba mengunggkapkanya Nat?". Saran Agustian

" Kau gilaa Tin? bagaimana mungkin seorang wanita mengunggkapkan perasaanya pada seorang pria, itu hal yang konyol tin".Bantahku. Memang benar bukan wanita itu terkenal dengan gengsi yang tinggi jangankan hal mengunggkapkan, menyapanya saja pun terhalangi gengsi.

" Tapi tak ada salahnya juga bukan ? aku tak ingin kau bersedih saat mendengar ia mencintai oranglain". Jawab Agustian.

" Sudahlah Tin, kau tak usah mempermasalahkan perasaanku padanya aku yang akan menanggung perasaan ini". Tanpa jawaban dari Agustian aku meninggalkannya di kantin, aku tak mau berdebat dengan pria yang tak mau kalah itu.

Angin sore menguncang rambutku yang panjang nan hitam, Dihiasi matahari sore yang memancarkan sinarnya kebumi ditambah burung burung berkicauan diatas daun yang tumbuh lebat. Orang orang berlalu lalang beraktifitas kian kemari. Terbesit dalam pikiranku tentang perbincanganku dan Agustian, Overthingking mulai merasuki pikiranku, cemas dan takut Albert menganggapku hanya sebagai sahabat saja.

Andaikan saja aku tak jatuh cinta padanya aku tak akan tergangu seperti ini. Aku berjalan melewati jalanan gang rumah untuk menghirup udara segar, melepas rasa lelah nan penat yang menghujamku belakangan ini. Semester ini aku di fokuskan dengan ulangan akhir dan juga akhir dari kelas 2 ini mungkin dua bulan kedepan aku sudah berada diujung perpisahan sekolah.

Dari kejauhan nampak seorang pria yang tengah berjalan terburu buru langkahnya sedikit membungkuk, dengan pakaian yang serba hitam hodie yang ia kenakan menutupi sebagian wajahnya. Aku memandang laki laki itu, dari caranya berjalan aku seperti mengenalinya. Tanpa pikir panjang aku mengikutinya secara diam diam. Rasa penasaran mampu menimbulkan keberanian yang luar biasa, aku mengendap endap membuntuti pria berhodie itu yang mulai berjalan kearah panti asuhan. Aku melihatnya menaruh kotak besar disebuah kursi dan ia mengetuk pintu berucap salam.

Tak lama kemudian muncul lah dari balik pintu seorang ibu ibu yang berjalan sambil menyungingkan senyuman hangat. Karena jarak ku pada panti lumayan jauh membuatku tak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan, kemudian pria itu membuka kotak yang ia bawa dan isinya sebuah nasi kotak dengan berbagai macam aneka jajanan.

Aku terkejut sekaligus heran mengapa ia ber'amal secara sembunyi sembunyi. Saat aku mendekati panti, tak sengaja aku menginjak ruas tangkai pohon yang kering dan menyebabkan suara yang lumayan keras. Ia dan ibu panti menoleh memalingkan pandangannya padaku. Aku terkejut ternyata itu Nathan teman waktu aku berada dibangku SMP Nathan yang terkenal sebagai siswa yang kasar dan liar namun ternyata ia memiliki hati yang baik. Buktinya ia datang ke panti untuk beramal namun nathan cukup memberiku trauma yang besar ia hampir saja mencelakaiku 2 tahun yang lalu. Tanpa berpikir panjang aku berlari menghindari Nathan yang ternyata ia juga mengejarku, aku sekuat tenaga berlari menjauhinya namun ia tetap memanggil namaku.

" Nat!".

" Nathaliaaaaaaa!! Tungguuuuu". Aku tak mengindahkan omongannya trauma yang ia buat dulu masih tersimpan dengan baik diingatan, trauma akan ia kembali menyakitiku. Semakin kencang aku berjalan semakin sesak didada aku menderita pernafasan buruk itu menyebabkanku tak bisa berlari cukup jauh. Saatku memaksakan kembali untuk lari tangan Nathan sudah berhasil meraih tanganku.

" Hentikan, lepaskan aku nathan aku takut aku mohonnnnn".

" Aku berjanji tak akan aku beritahu orang orang tapi aku mohon lepaskan aku". Aku mencoba memberontak dari dekapan Nathan.

" Natt heyyy, aku tak akan menyakitimu tenanglah". Nathan tersenyum, senyuman yang waktu ia mencelakaiku kembali ia sungingkan.

" Maksudmu? apalagi yang akan kau lakukan padaku nathan?". Aku menangis sejadi jadinya trauma itu kembali mengingatkanku.

" Maafkan aku".

" Sungguh maafkan aku Nathalie, aku menyesal ". Ucap Nathan.

"Kejadian itu membuatku kapok, aku mendekam di penjara ku jadikan pelajaraan, namun aku tak tenang jika tak mengucapkannya padamu". Jelas Nathan.

" Jadi?".

" Yaa, aku datang untuk minta maaf padamu, senggaja aku datang kepanti tiap pekan agar bisa melihatmu seperti dulu, namun rupannya kau tak datang juga tapi sekarang aku tak perlu kesulitan untuk menemuimu, kau sendiri yang mengikutiku. Sungguh tak ada niatan untukku menyakitimu lagi Nat aku menyesal". lanjut nathan. Aku mencerna apa yang Nathan omongkan, rasannya sulit percaya pada seorang pria brandal.

" Lupakan, aku sudah memaafkanmu sejak dulu, maaf aku harus pulang". Tanpa menunggu jawaban aku meninggalkanmu Nathan dan rupannya kau paham kau tak mengejarku lagi.

Aku menatap langit langit kamar rutinitas biasa ,Besok adalah ulangan pertama yang artinya aku harus ngebut semalaman untuk belajar, sungguh situasi yang sangat menyebalkan aku kesulitan menghafal dan ulangan ini menekanku. Aku beranjak dari tempat tidur untuk belajar dan aku menyempatkan untuk membuka hp alangkah terkejutnya aku saat aku membuka whatsaap tertera Albert yang memposting foto ia dan seorang wanita, Sungguh Albert aku terkejut pantas saja kau jarang membalas pesanku.

Terakhirkali kita berkirim pesan kau hanya melihatnya saja, apa ini jawaban pesanmu Albert? tanpa sadar air mataku turun membasahi pipi, tangan yang bergetar serta hati yang derdegup kencang tak karuan. Bagaimana esok aku menemuinya haruskah aku menghindarinya ataukah aku biasa biasa saja terhadapnya. Ahh situasi ini aku membencinya Albert, bahkan untuk belajar pun hilang semangat yang ada dalam pikiranku adalah mencari cara untuk menghilangkan perasaan ini.

Hari ini PAT pertamaa, aku memantapkan hati agar lebih tegar untuk bertemu denganmu Albert, namun aku tak berharap kita satu ruangan dan aku tak berharap untuk bertemu denganmu lagi Albert. Aku masuk ke ruangan 13 ruanganku melaksanakan PAT dan bagusnya aku tak menemukan keberadaan Albert yang artinya ia tak ada di ruangan ini akan tetapi baru saja aku mengklik link PAT, seorang siswa laki laki memasuki ruangan 13 ini. Jantungku berdetak kencang hal yang tidak ingin ku lihat mengapa harus ada di sampingku, Albert mengapa takdir selalu menyakitiku lebih menyakitkan lagi kau berada di sampingku Albert.

" Nat, kau disini?". Bahkan setelah kau memposting fotomu dengannya kau tetap menyapa hangat seperti itu Albert.

" I i iya". Jawabku gugup. Hampir saja air mata ini jatuh bercucuran sekuat tenaga aku menahan rasa sesak ini Albert, kau sungguh menyakiti rasa ini. Waktu Ulangan usai dengan cepat aku berlari keluar tanpa menyapa kembali Albert, sepertinya ia kebinggungan dengan tindakan ku yang tiba tiba berubah.

Hari hari selanjutnya pun sama, aku tak terlalu memperhatikan Albert rasanya aku tak sanggup untuk bertegur sapa dengannya, namun sepertinya Albert selalu mencari cara untuk tetap berkomunikasi denganku. Seminggu ini aku disibukan dengan PAT tak ada waktu untuk memikirkan hal hal lain lagi, mungkin ini akibat dari rasaku pada Albert yang mulai memudar ahh ntahlah.

" Aku dibawah rumahmu Nat". Sungguh, aku terkejut dengan pesan itu Albert, ada apa tiba tiba saja kau mengunjungi rumahku.

" Nat kau datang". Sapamu saat aku menghampiri.

" Ada apa Albert?". Tanyaku

" Aku ingin bicara denganmu, tapi tak mungkin disini ayo, kita ke taman".

" Ini sudah malam, disini saja". Ucapku tegas. Sengaja aku berlaku tegas padanya agar aku tak terjerumus rasa padanya lagi.

" Hanya sebentar".

" Baiklah". Balas ku pasrah.

Kami beriringan ditrotoar jalan menuju taman, sungguh aku gugup, tak ada yang berbicara satu sama lain diantara kami. Jarak kamipun agak lenggang tak seperti biasanya.

" Nat".

" Iya".

" Aku melihatmu hari hari ini sungguh berbeda, mengapa?". Bahkan sampai saat ini kau tak menyadari rasaku Albert.

"Hanya sibuk saja".

" Bohong".

" Terserahmu". Ucapku. Kemudian aku beranjak dari tempat duduk namun Albert memegang tanganku dan membalikan badanku serta memeluk dengan erat. Inilah yang ku benci darimu Albert kau selalu saja membuatku tenang, tetapi foto Albert dan wanita itu kembali merasuki otakku dengan cepat aku melepasnya.

" Natt, mengapa?".

" Mulai sekarang kau harus menjaga jarak denganku Albert kau tak sadar jika kau memiliki kekasih? Kelakuanmu yang selalu dekat dengan wanita membuat seseorang tersakiti olehmu, hentikan kelakuan konyolmu dan jangan pernah kau dekati aku lagi hargai perasaan wanitamu!". Aku berlari menghindari Albert luka yang sudah ku sembuhkan terluka kembali. Mengapa Albert kau selalu menarik ulur perasaan.

Sejak kejadian itu kami tidak terlalu akrab kembali. Kami fokus menikmati hari libur panjang tanpa komunikasi satu sama lain akupun mencoba menetralisir pikiran dengan hal hal yang menurutku menyenangkan mulai dengan membaca, joging, photoshoot. Semenjak kau memiliki kekasih aku selalu melakukan apapun sendiri Albert, mungkin inilah yang mengharuskanku beradaptasi tanpamu.

Dua minggu berlibur telah usai, kini aku harus kembali melihatmu dan luka itu kembali Albert, kita sudah memasuki awal tingkat akhir sekolah dan aku harus benar benar siap akan keasingan ini seterusnya. Aku tahu kau tak akan melepaskan kekasihmu itu karena wanita itu sangat sesuai dengan tipe mu.

Aku melangkahkan kaki gontai menuju kelas, debaran jantung kembali berdecak hebat ntah mengapa rasa ini sulit dihilangkan. Teman teman sekelas menyapa hangat, bangku bangku kelas hampir terisi dan untungnya kau belum datang Albert. Aku menarik nafas lega, aku menempati bangku bersebelahan dengan tembok dan Albert ia berada di ujung barisan ke tiga, agak jauh dariku.

" Selamat kalian sudah berada di tahap akhir sekolah, sebelumnya ibu perkenalkan diri, nama ibu Jesic sekaligus wali kelas kalian". Ucap bu Jesic yang tak kalah kejutnya wali kelas kami.

Begitulah selama beberapa bulan berlangsung, aku menikmati suasana kelas tentunya karena ada dirimu Albert. Kau tahu Albert kau masih menjadi pria pavorit ku di sekolah, seolah olah tujuan utama ku adalah dirimu sungguh gila bukan?. Namun sepertinya kau sudah membiasakan diri tanpaku buktinya kau sering menghabiskan waktu dengan teman mu yang baru dibandingkan dengan diriku, ahh tak apa aku senang lebih baik menjadi teman biasa daripada harus menjadi sahabat pasalnya tidak ada wanita atau pria yang berteman baik baik tentunya salah satunya harus mengorbankan perasaan, seperti rasaku padamu Albert. Setiap hari aku harus menyaksikan wanita lain mengisi jok kosongmu itu Albert meskipun itu sahabatmu juga namun rasa cemburuku ini sulit di kendalikan. Setiap hari aku selalu memperhatikanmu cara makanmu, tertawamu, dan cara menulismu.

" Ibu ingin meja meja ini berbentuk liter U jadi tidak ada persimpangan antara murid laki laki dan perempuan". Ya hari itu bu Jesic mengatur posisi duduk kami dan sialnya yang menjadi perbatasan antara pria dan wanita adalah aku dan kau Albert. Jarak kami sangat dekat namun rasa canggung menyergapku kembali, tangan yang bergetar tak karuan ini ah aku membenci situasi macam ini. Kau tersenyum dengan ciri khas itu lagi dan lagi lagi aku tak berdaya dibuatnya. Kau menunjukan kepedulianmu terbukti saat aku jatuh sakit kau selalu membawaku ke ruang UKS Albert kau membopongku dengan raut wajah yang khawatir.

" Apa kataku jangan main air tanganmu melepuh lagi, bandel". Ucapmu. Aku tak tahu kekhawatiranmu itu mengartikan sebagai apa, ntah khawatir sebagai teman saja atau mungkin kau sudah mengetahui perasaanku. Namun yang pasti aku bersyukur kau kembali sebagai teman atau ah ntahlah, akan lebih baiknya jika kau tak mengetahui perasaanku sampai sekolah ini usai Albert. Aku sudah mengikhlaskanmu bersamanya namun setiap aku bertanya kemana kekasihmu kau selalu menjawab " Aku tidak punya kekasih". Aku selalu ragu dengan jawabanmu ntah itu benar atau tidak, itu urusanmu. Aku merasakan akhir akhir ini kau selalu mendekatiku memberikan perhatian lebih sentuhan kecil yang membuatku terpana olehmu Albert.

Hari itu semester ke dua bagi kelas 12 dimana kami sangat sibuk untuk menyiapkan ujian ujian dan praktik yang lainnya. Terlihat sekilas dirimu begitu teliti dalam belajar, memahami inti demi inti yang kau pelajari sungguh hebat otak kecilmu itu Albert kau sangat hebat dalam prihal mengingat.

Terlintas dipikiranku akankah ini segera berakhir? orang orang bilang masa SMA ini waktu sangat singkat untuk bersama. Jujur aku tak siap untuk terjun kedunia masyarakat dan menghadapi masalah Ekonomi yang bertubi tubi dan akupun tak siap untuk kehilanganmu Albert. Akankah kita bertemu kembali? atau mungkin hanya sebagai orang asing yang pernah kenal ah ntahlah aku tak ingin ini berakhir. Aku memandang lekuk lekuk wajahmu dari kejauhan mengapa tidak dari dekat? aku sangat malu dan tersipu jika harus berdekatan dengan Albert.

" Nat". Ucap Agustian.

" Ya".

" Masih memandang nya perlukah aku memberitahunya perasaanmu yang sesungguhnya?".

" Ntahlah aku tak tahu". Lagi lagi dia selalu ingin menyatukanku dengan Albert.

" Aku dengar ia tak memiliki kekasih, kekasihnya pergi meninggalkannya". Aku terhentak bagai tersetrum aliran listrik, rasa haru dan tawa mengelilingi ku tapi aku tak yakin Albert bisa dengan cepat melupakan wanita itu. Tapi mengapa pria sesempurna Albert di campakam begitu saja oleh wanita?.

Hari demi hari waktu demi waktu hal yang ku takutkan adalah perpisahan, namun sepertinya semesta mempercepat waktu ini ujian ujian sudah aku lewatkan aku menikmati titik titik akhir perpisahan sekolah tentunya karena ada dirimu. Sampai saat ini pula aku tak ingin menggungkapkan rasaku padamu Albert dan kau pun tak pernah menyadari rasaku, yang membuatku berpikir untuk memupuk dalam dalam rasa ini karena aku tahu mencintaimu adalah luka terberat dalam diriku dan sekarang aku harus benar benar mengikhlaskanmu tentunya melihatmu bahagia dengan wanita itu. Wanita yang meninggalkanmu namun kau tetap kembali padanya.

Biarkan aku yang merasakan rasa ini dan biarkan aku yang menyembuhkan luka ini. Melihatmu bahagia bersama wanita itu membuatku senang tak apa Albert rasa yang ku pupuk selama tiga tahun ini biarlah layu kembali terimakasih untukmu Albert pria Kidal, berkatmu aku bisa bersemangat untuk melanjutkan cita citaku. Mungkin orang orang berkata benar bahwa "jangan ada pria disaat kamu mengejar pendidikan itu akan menyulitkanmu". Namun aku bersyukur dan bahagia bisa mengenalmu meskipun bahagiamu bersama oran orang lain.

Selesai

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
Aksara dan Kacamata Ajaib
Rizasa Vitri
Skrip Film
Cakrawala
Thopan Diraja
Cerpen
Sehimpun Cerita Masalalu
Ismawati
Novel
Tentang Setelahnya
Rena Nur Fitri
Novel
Gold
Lelaki yang Membunuh Kenangan
Bentang Pustaka
Flash
Sandal dan Senja
Janeeta Mz
Novel
Bronze
Nightmare Tutor
nabilaaebil
Novel
Bronze
RASA CINTA DALAM DUA DUNIA
Nyarita
Novel
My Banana's Love
ShinLadycc
Novel
Gold
My Wedding Dress
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Teman Menuju Syurga
Putri Zikrilla
Cerpen
Bronze
Pangeran Laut
Nabilla Shafira
Cerpen
Bronze
Tiga warna dalam persahabatan
angkaribut
Novel
Bronze
Winter Forest
SunJe
Novel
Athalla
Neng Jihan
Rekomendasi
Cerpen
Sehimpun Cerita Masalalu
Ismawati
Flash
SIAPAKAH DIRIKU?
Ismawati
Flash
𝑯𝑰𝑳𝑨𝑵𝑮
Ismawati
Flash
Sebatas Kenangan
Ismawati
Flash
DUNIA MALAM
Ismawati
Flash
Sumi Arwah penasaran
Ismawati
Novel
GADIS SENJA
Ismawati