Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Segalanya tentang Cahaya
2
Suka
16
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Di kota kecil yang terjebak dalam ritme monoton, Cahaya, 21 tahun, menjalani hidup yang terasa seperti permainan yang sudah diatur. Setiap keputusan—dari memilih kopi di kafe hingga menerima pekerjaan—selalu digiring oleh keadaan tak terelakkan. Seolah tangan tak kasat mata menulis langkahnya, Cahaya, yang dikenal sebagai "Wanita yang Tidak Pernah Memiliki Pilihan," mulai curiga hidupnya bukan miliknya. Di kafe favoritnya, tempat ia mencari ketenangan, Cahaya menjadi pusat persaingan tiga pria: Deni, Aguy, dan Ronan. Ketiganya, dengan strategi dan ambisi masing-masing, memperebutkan hati Cahaya—atau lebih tepatnya, kendali atas takdirnya.

Deni, pria rapi dengan senyum penuh rahasia, mendatangi Cahaya di kafe dan mengaku sebagai "penulis takdir." "Aku yang merancang hidupmu," katanya, suaranya rendah namun penuh kuasa. "Setiap keputusan, setiap pertemuan—it’s my script." Ia mengklaim sebagai entitas yang mampu merangkai realitas, dengan Cahaya sebagai karya terbesarnya. Awalnya, Cahaya menertawakannya, mengira Deni hanya pria eksentrik. Tapi ketakutannya muncul saat Deni selalu menyelesaikan kalimatnya sebelum ia berpikir, seperti saat ia memesan latte vanila yang diprediksi Deni.

Strategi Deni licin: ia ingin Cahaya menyerah pada "cerita" yang ia tulis, di mana Cahaya menjadi miliknya. Ia memamerkan kekuatannya dengan memanipulasi kejadian kecil—tumpahan kopi di meja sebelah, pelayan yang muncul tepat waktu—untuk meyakinkan Cahaya bahwa ia tak bisa melawan. "Kau aman jika mengikuti skripku," ujarnya, menawarkan ilusi keamanan dengan nada yang mengancam.

Aguy muncul beberapa hari kemudian, pria lelah dengan mata penuh kerinduan. Ia mendekati Cahaya dan berkata, "Di dunia lain, kita sudah menikah." Kata-katanya mengguncang Cahaya, bukan karena romansa, tetapi karena kebenaran aneh di dalamnya. Aguy mengaku dari realitas paralel, tempat ia dan Cahaya bahagia sebelum "Penulis"—yang ia tuduh sebagai Deni—merenggutnya dan memenjarakan Cahaya di dunia ini.

Strategi Aguy adalah pembebasan. Ia ingin Cahaya mematahkan skrip yang mengikatnya, menggunakan emosi sebagai senjata. Ia menceritakan kenangan dari "dunia lain"—rumah di tepi danau, tawa di malam musim panas—yang begitu hidup hingga Cahaya mempertanyakan realitasnya. Namun, Aguy menyimpan rahasia: ia tidak jujur tentang bagaimana ia sampai di dunia ini atau pengorbanan yang diperlukan untuk "kembali." Ia harus membuat Cahaya percaya tanpa membongkar semua kebenaran, yang terlalu berat untuk ditanggung.

Ronan, pria baru dalam persaingan, adalah sosok sabar dengan aura sederhana namun penuh misteri. Ia dikenal sebagai "Pria yang Selalu Menebak dengan Tepat," memiliki kemampuan melihat kejadian esok hari dengan kejelasan mengerikan. Berbeda dengan Deni yang mengontrol dan Aguy yang memikat, Ronan mendekati Cahaya dengan ketulusan. Ia sering duduk di sudut kafe, mengamati dari kejauhan, hingga suatu hari ia berbicara: "Aku tahu apa yang akan kau pilih besok, Cahaya. Tapi aku tidak ingin memaksamu."

Kemampuan Ronan memberinya keunggulan strategis. Ia tahu setiap langkah yang akan diambil Deni dan Aguy, bahkan sebelum mereka merencanakannya. Namun, ia memilih untuk tidak memanipulasi Cahaya. Sebaliknya, ia berbagi visinya dengan hati-hati, seperti saat ia memperingatkan Cahaya tentang kecelakaan kecil yang akan terjadi jika ia mengikuti saran Deni untuk pergi ke taman. "Aku tidak ingin kau terluka," katanya, suaranya lembut namun tegas. Ronan bersaing bukan untuk menguasai Cahaya, tetapi untuk memberinya kebebasan sejati—meski ia tahu itu berarti Cahaya mungkin tidak memilihnya.

Kafe kecil itu menjadi arena pertempuran strategi. Deni menggunakan kecerdasannya untuk menabur keraguan tentang Aguy dan Ronan. "Aguy berbohong tentang dunia lain, dan Ronan? Hanya cenayang murahan," ejeknya. Ia memanipulasi kejadian—telepon Cahaya mati saat ia ingin menghubungi Ronan, atau pelayan membatalkan pesanannya—untuk membuktikan kuasanya. Aguy melawan dengan emosi, menceritakan lebih banyak kenangan dari "dunia lain" untuk menarik hati Cahaya, sambil menyerang Deni sebagai "Penulis" yang tidak peduli pada karakternya. "Dia hanya ingin kau jadi bonekanya," katanya.

Ronan, dengan kesabarannya, bermain berbeda. Ia tidak memaksa atau memanipulasi, tetapi menawarkan kejujuran. Saat Cahaya bingung, Ronan berkata, "Aku melihat masa depan, tapi aku tidak bisa mengubahnya kecuali kau yang memilih." Ia memprediksi bahwa Deni akan mencoba memaksa Cahaya dengan kejadian besar—dan benar saja, suatu hari kafe hampir kebakaran, yang dicegah Ronan dengan memperingatkan Cahaya tepat waktu. Tindakan ini membuat Cahaya mulai mempercayainya, meski ia tetap ragu di antara ketiga pria.

Cahaya sendiri menyadari pola aneh. Setiap kali ia mencoba memilih—misalnya, ingin meninggalkan kota—sesuatu menghentikannya. Seorang anak kecil di kafe, yang selalu menggambar di sudut, tiba-tiba berkata, "Besok kau akan tinggal." Dan benar, krisis di kantor memaksa Cahaya membatalkan rencana. Anak itu, yang tampaknya tidak terhubung dengan ketiga pria, menjadi petunjuk bahwa ada kekuatan lain di balik layar—mungkin lebih besar dari Deni, Aguy, atau Ronan.

Persaingan mencapai klimaks saat Deni, Aguy, dan Ronan berhadapan di kafe. Deni, dengan percaya diri, menantang: "Jika kalian benar-benar peduli pada Cahaya, buktikan dia bisa melawan skripku!" Aguy, penuh emosi, berseru, "Cahaya, kau harus memilih—ikuti aku kembali ke dunia kita!" Ronan hanya diam, menatap Cahaya dengan sabar, dan berkata, "Aku tahu apa yang akan kau lakukan, Cahaya. Tapi itu harus datang darimu."

Cahaya, terjebak di tengah, merasa celah dalam skrip. Ia menyadari bahwa Deni membutuhkan kepatuhannya, Aguy kepercayaannya, dan Ronan keberaniannya untuk memilih. Dengan hati berdebar, ia mendekati anak kecil di sudut dan bertanya, "Apa yang terjadi jika aku menolak semua skrip?" Anak itu tersenyum. "Maka cerita ini berhenti," katanya.

Cahaya kembali ke meja, menatap ketiga pria, dan berkata, "Aku tidak akan menjadi bagian dari cerita kalian." Tapi saat ia melangkah keluar, Deni mencoba memanipulasi lagi—lampu kafe berkedip, pintu seolah terkunci. Aguy berteriak, memohon Cahaya untuk percaya padanya. Hanya Ronan yang bergerak, dengan tenang membuka pintu untuk Cahaya. "Aku tahu kau akan pergi," katanya lembut. "Dan aku akan menunggu, apa pun pilihannya." 

Di luar kafe, Cahaya berjalan dengan bebas untuk pertama kalinya. Tidak ada krisis, tidak ada gangguan—dunia terasa hening. Namun, di hatinya, ia terus memikirkan Ronan. Berbeda dengan Deni yang mengontrol atau Aguy yang menjanjikan dunia lain, Ronan memberinya ruang untuk menjadi dirinya sendiri. Kesabaran dan kejujurannya, meski sederhana, meninggalkan jejak.

Beberapa minggu kemudian, Cahaya kembali ke kafe, bukan karena paksaan, tetapi karena pilihannya sendiri. Ia menemukan Ronan di sudut, masih dengan senyum sabar. "Aku tahu kau akan kembali," katanya, tapi tanpa nada mengatur. Cahaya tersenyum, untuk pertama kalinya merasa ia memilih dengan hati. "Mungkin kau benar tentang masa depan," katanya. "Tapi kali ini, aku yang menulis ceritanya."

Deni dan Aguy menghilang dari kota, seolah skrip mereka telah ditutup. Anak kecil di kafe menutup buku gambarnya, berbisik, "Cerita baru dimulai." Apakah Cahaya benar-benar bebas, atau apakah anak itu—entitas yang mungkin lebih kuat—telah merancang babak baru? Cahaya tidak peduli. Bersama Ronan, yang memenangkan hatinya dengan kesabaran dan kepercayaan, ia melangkah ke masa depan, percaya bahwa pilihannya kini miliknya.

-Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Segalanya tentang Cahaya
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Rumah dari Yang Mulia
Aruna Mufida
Cerpen
Proyek Memori: Subjek 27
Ron Nee Soo
Flash
Lantai Keramik
Sugiadi Azhar
Flash
Cermin di Rumah Lian
Arsualas
Cerpen
Sahabat Selamanya
Rexa Strudel
Cerpen
Bronze
SiAlan
Moment
Cerpen
Samsara Paradox
N.P. Ramadhan
Flash
Mendadak Berat Otak
Dias Rima Sutiono
Cerpen
Bronze
A Little Bird
Lirin Kartini
Skrip Film
RAPUH
Eko Hartono
Cerpen
Ketika Telepon Terputus
zain zuha
Cerpen
WITNESS
Rudie Chakil
Cerpen
RENCANA TERAKHIR
Setiyarini
Flash
KERUDUNG MERAH
Vika Rahelia
Rekomendasi
Cerpen
Segalanya tentang Cahaya
Ron Nee Soo
Cerpen
Proyek Memori: Subjek 27
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Alasan Pria Mudah Lelah
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Apakah ada Ruang Untuk Cinta yang Sama
Ron Nee Soo
Cerpen
Jangan Mencinta Terlalu Dalam
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Warna Cinta di Buku Saku
Ron Nee Soo
Flash
Lontong Sayur
Ron Nee Soo
Cerpen
Memahat Jalan
Ron Nee Soo
Flash
Twinflame
Ron Nee Soo
Cerpen
Ironi Kotak Amal Sekolah
Ron Nee Soo
Cerpen
Dalam Cinta Kubertanya?
Ron Nee Soo
Cerpen
Apakah Saat Ini, Aku Sedang Patah Hati
Ron Nee Soo
Cerpen
Kenapa Dia tak Pernah Datang?
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Sttt... Jangan berisik. Kebenaran Bersembunyi dalam Sunyi
Ron Nee Soo
Flash
Bronze
Dua Tahun Lagi
Ron Nee Soo