Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di tengah malam yang sunyi, rembulan menggantung bagai saksi bisu, menebarkan cahaya pucat yang menerangi sajadahku. Angin malam berbisik lirih, membawa serta dingin yang menusuk hingga ke relung jiwa, mengingatkanku akan keagungan-Nya yang tak terhingga. Di balik jendela kamarku yang tertutup rapat, kehangatan doa masih membara, menjadi lentera harap dalam kegelapan jiwa yang mendamba ridha-Nya. Di atas sajadah yang terbentang, aku bersimpuh, menengadahkan tangan yang terasa kosong tanpa sentuhan Aila, namun penuh harap akan sentuhan rahmat-Nya. Hati ini merindu, bukan sekadar pada keindahan dunia, namun pada kedekatan dengan-Mu, ya Rabb, pada ketaatan yang sempurna. Kerinduan ini bagai bara dalam kalbu, membakarku untuk terus mencari wajah-Mu yang mulia.
Setiap detik yang berlalu terasa bagai lembaran kitab kehidupan yang kubaca dengan hati penuh khusyuk, merenungi setiap perintah dan larangan-Mu. Bayang-bayang Aila hadir dalam benak, namun kuusir dengan zikir yang tak putus, memohon agar cinta ini tidak melalaikanku dari cinta yang abadi kepada-Mu. Suaranya terngiang dalam sunyinya malam, namun kutepis dengan lantunan ayat-ayat suci, mencari ketenangan hakiki dalam firman-Mu. Rindu ini adalah air mata penyesalan atas segala khilaf, sungai harap yang mengalir menuju ampunan-Mu. Dalam kehampaan ini, hanya doa yang menjadi suluh, jembatan penghambaan yang menghubungkan kelemahan diri dengan kekuatan-Mu yang Maha Dahsyat.
Ya Allah, Ya Alim, Engkau Maha Mengetahui, gejolak rasa yang kurasa ini, adalah ujian dari-Mu, sebuah titipan yang harus kujaga dengan sebaik mungkin. Engkau saksikan setiap debar jantungku, adalah tasbih yang tak henti menyebut nama-Mu, setiap bisikan namamu dalam hening kalbuku, adalah istighfar atas segala dosa dan kelalaian. Malam ini, di keheningan yang syahdu ini, kulayangkan kembali harapku pada-Mu, adalah pengakuan atas kebergantunganku sepenuhnya kepada-Mu.
"Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Mengetahui segala isi hati. Engkau tahu, hari-hariku kini dipenuhi oleh bayang-bayang seorang wanita bernama Aila. Setiap sudut pikiranku terukir namanya. Aku tidak tahu apakah ini benar, apakah rasa suka ini Engkau ridhoi, namun inilah yang kurasakan."
Napas malam terasa dingin menyentuh kulit, mengingatkanku akan dinginnya siksa-Mu jika lalai dalam beribadah, namun kehangatan harapan masih membara dalam dada, adalah keyakinan akan rahmat-Mu yang tak terbatas.
"Tuhan," lanjutku, dengan nada sedikit bercanda, "aku sudah berusaha sekuat tenaga menjadi hamba-Mu yang lebih baik. Aku mencoba berpuasa Daud, menjaga pandanganku dari hal yang Engkau larang. Bahkan, setiap adzan berkumandang, aku sudah lebih dulu tiba di masjid. Ketika muadzin menyerukan 'Hayya 'alash sholah', dalam hati kukatakan, 'Aku sudah di sini, ya Allah, di rumah-Mu yang tenang ini.'"
Di antara barisan kata doa, terselip rasa lapar yang tiba-tiba menyeruak, mengingatkanku akan nikmat rezeki yang Engkau berikan. Perutku keroncongan, mengingatkanku pada kebutuhan duniawi yang tak bisa diabaikan, namun tidak boleh melalaikanku dari mengingat-Mu. Ah, ternyata ketika lapar, yang kuinginkan adalah nasi hangat dan lauk sederhana, bukan semata bayang-bayang Aila yang memenuhi benak, sebuah pengakuan bahwa kebutuhan duniawi adalah amanah yang harus kujaga. Sebuah kesadaran sederhana namun menohok, menyadarkanku bahwa ketaatan tidak hanya dalam ibadah ritual, namun juga dalam menjaga diri dan nikmat-Mu.
Maka, kembali kulanjutkan bisikanku, "Maka aku berserah diri, meski aku sangat menginginkannya, adalah ujian atas kesabaranku dalam menanti takdir-Mu, aku tahu ternyata ada yang penting juga selain Aila, yaitu ketaatan kepada-Mu dalam segala hal. Maka dari itu, ya Tuhan, makan dan hal lainnya yang juga penting, adalah bentuk syukurku atas rezeki-Mu. Aku bersyukur karena Engkau memberinya, adalah pengakuan atas kemurahan hati-Mu. Aku jarang meminta, karena selama ini aku selalu berdoa sapu jagat, merangkum segala kebaikan dalam kepasrahan. Sekarang kutambahkan keinginanku, Robbi laa tadzarnii fardaw wa anta khoirul waaritsiin, adalah harapan seorang hamba yang mendamba keturunan yang saleh dan salehah."
Air mata kembali menggenang, bagai tetesan embun yang menyucikan hati yang penuh dosa, kali ini bercampur antara harap dan pasrah, adalah dua sisi mata uang keimanan, berharap yang terbaik namun menerima segala ketentuan-Mu. Keinginan yang membuncah kutundukkan di bawah kehendak-Mu yang Maha Agung.
"Setiap hari kulalui dengan pemikiran tentang Aila, adalah ujian tentang bagaimana menjaga hati dari keterikatan duniawi. Tuhan, aku sangat jujur kepada-Mu, adalah pengakuan atas kelemahan diriku di hadapan-Mu. Kuceritakan semua hal yang sudah Engkau tahu, adalah bentuk komunikasi seorang hamba dengan Sang Pencipta. Terkadang aku bercanda, 'Tuhan, aku sudah puasa Daud menjaga pandanganku, mengikuti larangan-Mu untuk tidak bermaksiat. Setiap hari ke masjid datang lebih dulu, bahkan ketika adzan berkumandang aku sudah di masjid. Maaf Tuhan, ketika suara adzan 'Hayya 'alash sholah', aku jawab di dalam hati dengan kata aku sudah di sini di dalam musala. Meski tertatih-tatih, adalah perjuangan seorang hamba untuk meraih ridha-Mu, aku berusaha untuk menjadi hamba yang Engkau ridhoi. Setiap salat aku juga berdoa supaya aku diberikan jalan yang lurus, seperti orang-orang saleh terdahulu. Semoga aku dan Aila bisa menjadi dekat, adalah harapan agar cinta ini menjadi jalan untuk semakin taat kepada-Mu.'"
"Ya Allah, Ya Fattah, Engkau Yang Maha Pembuka segala pintu, bukakanlah jalan jika memang ada kebaikan di sana, adalah keyakinan bahwa hanya Engkau yang mampu memberikan yang terbaik. Ya Allah, aku percaya perasaanku padanya juga bagian dari hadiah dari-Mu, adalah ujian tentang bagaimana mensyukuri nikmat cinta. Tapi jika Engkau ingin mengajarkan hal lain, seperti mencintai tidak boleh berharap apa-apa, adalah pelajaran tentang keikhlasan yang sesungguhnya…"
"Tuhan, jika dia berdoa supaya tidak berjodoh denganku, adalah haknya sebagai hamba-Mu, aku ikhlas jika Engkau mengabulkan doanya, karena kebahagiaannya adalah prioritas di atas egoku. Yang terpenting bagiku, dia juga menjadi orang yang salehah, adalah harapanku agar ia selalu berada dalam lindungan-Mu. Jika kedepannya aku tidak bisa membahagiakannya, adalah pengakuan atas keterbatasanku, sebaiknya memang doanya yang Engkau kabulkan, demi kebaikannya di dunia dan akhirat."
Hening sejenak, hanya desah napasku yang terdengar di tengah malam, adalah bisikan kerendahan hati di hadapan kebesaran-Mu.
"Tuhan, hubungan kita selama ini baik-baik saja, bukan? Adalah ikatan seorang hamba dengan Tuhannya. Ketika aku berbuat kesalahan, adalah pengakuan atas kelemahan diri, Engkau juga memberikan kesempatan untuk aku beristigfar dan bertobat, adalah rahmat-Mu yang tak terhingga. Engkau juga memberikan hadiah terindah dengan hari-hariku yang menggenggam Al-Qur'an, adalah petunjuk hidup yang abadi."
"Ya Allah, Ya Qodir, Engkau Yang Maha Kuasa, pemilik segala takdir. Aila berada di genggaman-Mu, adalah ketentuan-Mu yang tak bisa kubantah, aku juga demikian, seorang hamba yang lemah. Statusku hanya sebagai hamba, tak berani mengatur, adalah kesadaran akan kehambaan yang sejati. Aku hanya meminta, jika bukan Engkau yang menolong, kepada siapa lagi aku harus berharap?"
"Tuhan, jika aku bukan jodohnya, adalah takdir-Mu yang harus kuterima dengan lapang dada, tolong biarkan Aila berjodoh dengan orang yang baik juga, adalah doaku agar ia selalu dalam kebahagiaan dan ketaatan, yang bisa membawanya pada keridhaan-Mu. Dan untukku, aku manut saja kepada-Mu, adalah puncak kepasrahan seorang hamba. Tolong jangan buang imanku, bagiku hanya Engkau, ya Tuhan, adalah segalanya dalam hidupku, siapapun wanitanya, aku berserah diri. Beri aku kemampuan mencintai juga kepada wanita itu, adalah ujian tentang bagaimana mencintai karena-Mu. Beri aku kemampuan untuk membahagiakannya, adalah tanggung jawab seorang suami dalam Islam."
Di tengah malam yang sunyi, keraguan kembali menyergap, adalah bisikan setan yang berusaha menggoyahkan keimanan.
"Ya Tuhan, aku tidak tahu mana yang aku butuhkan, adalah pengakuan atas keterbatasan ilmuku. Terkadang Aila memintaku untuk menjawab keraguannya, adalah ujian tentang bagaimana memberikan nasihat yang baik. Aku bingung menjawabnya, Tuhan, adalah kelemahan diriku tanpa petunjuk-Mu. Bantu jawab, ya Tuhanku, Engkau Maha Pemberi Hikmah. Hambamu sangat lemah tanpa bantuan-Mu, tanpa petunjuk-Mu. Aku sendiri tidak tahu apa yang harus kulakukan, hanya takut dosa, dan keinginan untuk bersamanya, adalah pergulatan antara nafsu dan ketaatan."
"Tuhan, jika hubunganku dengannya membawa ridha-Mu, adalah jalan menuju surga-Mu, maka jadikanlah kami bersama. Jika tidak, adalah ujian untuk menjauhi apa yang Engkau murkai, maka jangan jadikan Aila kecewa, adalah doaku agar ia selalu dalam kebaikan. Aku tidak ingin menyakitinya, adalah kewajibanku sebagai seorang muslim."
Sebuah rasa syukur tiba-tiba menyelimuti hatiku, adalah nikmat iman yang tak ternilai harganya.
"Ya Tuhan, Ya Syakur, Engkau Yang Maha Mensyukuri lagi Maha Pembalas, atas segala nikmat yang Engkau berikan. Terima kasih, karena Engkau menjawab doaku yang kemarin, adalah bukti kasih sayang-Mu. Ya Tuhan, cintaku tak berbalas oleh Aila pun tak apa, adalah ujian tentang keikhlasan dalam mencintai. Aku mengakui nikmat-Mu dan bersyukur atas nikmat-Mu ini. Ya Tuhan, Ya Ghaffar, ampunilah dosaku, atas segala khilaf dan salah. Yang sering bangun tengah malam merengek minta punya istri… Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzaalimiin, adalah pengakuan atas dosa dan harapan akan ampunan-Mu."
Malam semakin larut, adalah waktu yang tepat untuk bermunajat kepada-Mu. Biarlah Sang Pemilik Hati yang mengatur segalanya, aku akan terus berusaha menjadi hamba yang lebih baik, dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Dalam setiap hembusan napas, kucari ridha-Mu, berharap suatu saat nanti, kebahagiaan akan hadir dalam ketaatan kepada-Mu. Di keheningan malam ini, aku belajar untuk merelakan, untuk mencintai karena-Mu, karena cinta yang sejati adalah ibadah yang tak pernah putus.
-Tamat