Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sore hari penutup hari kerja telah tiba. "Kami duluan ya pak" kata salah satu anak buah Gama. "Silahkan, hati-hati kalian ya" kata Gama membalas salam anak buahnya sambil letih melihat kembali ke layar laptopnya. Gama mengecek beberapa email yang dia kirim dan terima, dan dia merenung mengenai kesalahan kesalahan yang telah dia lakukan di waktu dekat. Mungkin tidak dekat juga, tetapi belum te-resolve, salah satunya dikarenakan atasannya tidak melaksanakan tugasnya dan kesalahan yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
Walau ada anak buah Gama yang pulang, masih ada yang bekerja di kantor, dan mereka biasanya bekerja lebih lama daripada Gama. Gama bersiap siap untuk pulang, dia memasukkan Laptopnya ke dalam tas dan memastikan berbagai barang dia tidak tertinggal. Handphone, kunci, earphone dan kartu KRL. "Hey, saya pulang duluan ya. Jaga - jaga ruang kita, jangan lupa dikunci dan mati-matikan elektronik sebelum pulang" bilang Gama "Baik Pak" "Siap Pak" "Ok Pak" salam beberapa anak buah Gama dengan sisanya memberikan gesture salam.
Bekerja sebagai salah satu Supervisor pada area perkembangan divisi dan berkontribusi pada operasional di perusahaan swasta, Gama melakukan pemusnahan barang, dan dia melakukan kesalahan. Pemusnahan ini tentunya dilakukan berdasarkan masukkan-masukkan anak buah, rekan kerja, dan atasan dia baik verbal maupun tulisan. Tetapi ternyata beberapa barang yang dia musnahkan merupakan aset kantor. Aset yang Person in Charge (PIC) -nya bukan dia, melainkan atasannya. Anehnya atasannya tidak ada khawatir sama sekali walau Gama sudah melapor kepadanya. Kenapa baru sekarang bisa terlihat ada kesalahan? Karena perusahaannya menerapkan sistem opname baru untuk membantu pendataan alat, sebuah inovasi yang baik tentu saja, tetapi menyusahkan bila PIC tidak bertanggung jawab. Seperti atasan Gama, yang kerjanya hanya menyuruh. Apakah Gama juga melakukan kesalahan dalam topik pemusnahan ini? Ya. Betul. Tim Gama pernah melakukan pemusnahan alat rusak, tetapi tidak terdokumentasikan dengan baik di 3 tahun kebelakang, sebelum sistem opname ini diterapkan. Apakah sudah dia laporkan ke atasannya? Sudah. Ada progress? Tidak.
Gama juga baru-baru ini melakukan kesalahan dimana salah satu admin kantornya melakukan pemusnahan barang tanpa prosedur yang benar. Dia meminta admin kantor tersebut untuk bertanya ke tim finansial apa yang harus dilakukan dan disampaikan mereka perlu kirim email untuk notifikasi dan bantuan. Akhirnya admin kantor Gama mengirim email tersebut dengan Bos Gama dan Gama di- cc pada email tersebut. Gama jujurnya merasa sangat bersalah. Dia merasa seharusnya dia yang mengirim email, Gama sangat merasa bertanggung jawab akan segala kesalahan anak buahnya. Walaupun begitu Gama saat itu merasa tidak mampu untuk mengirim email tersebut, sehingga dia diam.
Menutup pikiran dan prasangka buruknya, Gama terus berjalan menuju gerbang kantornya sambil memanggil Ojek Online. Menuju stasiun KRL. Pada perjalanan dia memasang musik di Handphone, didengarkan melalui Wireless Earphone. You can do Magic by America dari awal sampai akhir. Lalu California Dreaming, dan terakhir Horse with No Name. Gama sampai pada stasiun dekat rumahnya. Sebelum pulang dia beli kopi dahulu, bukan karena dia haus, atau bahkan karena dia mau kopi. Kopi dia minum sedikit demi sedikit, ditemani dengan asap rokok. Saat dia merasa bosan dan dadanya semakin ketat, dia melanjutkan perjalanannya, pulang ke rumah.
Sesampainya dirumah Gama mandi, membereskan kamarnya, dan menyalakan komputernya untuk hiburan. Dia menonton video di internet tapi dia tidak menonton. Gama berfikir. Berfikir lagi mengenai kesalahan yang dia lakukan dipekerjaannya, kekhawatirannya samakin membesar. "Bagaimana kalau saya harus menggantikan asetnya" "Berapa mahalnya" "Bagaimana kalau saya dipecat" "Bisa -bisa saya tidak diperbolehkan klaim pernah bekerja di PT ini" "Bagaimana saya bisa start over diusia 30 tahun" "Bagaimana saya bisa survive" "Apakah baiknya saya menyerah saja". Pikiran pikiran itu muncul menjamur di kepalanya. Lepas dari kekhawatiran akan kerjanya dia mulai berimajinasi worst case scenario. Lalu dia teringat segala kesalahan yang pernah dia lakukan selama menjabat pekerjaan ini. Lalu pekerjaan sebelumnya, lalu pekerjaan sebelumnya, sampai dia tidak bisa ingat lagi apa yang pernah dia kerjakan dengan benar. Gama merasa terikat, kakinya terasa lemah tidak bisa berdiri dan terasa sakit. Lengan nya tidak bisa bergerak dan jarinya terasa kaku. Kepalanya terasa ditekan dari segala sisi, lehernya terasa tebal. Dada terasa sempit. Gama rindu dengan ketentraman di hidupnya, sudah berapa lama dia tidak merasa tentram, sudah berapa lama dia tidak merasa bahagia. Apakah kebahagiaan - kebahagiaan kecil yang pernah dia alami selama ini betul - betul kebahagiaan atau hanya kebohongan? Pikiran seperti itu terlewat dikepalanya. Kapan terakhir kali dia tersenyum dan tertawa. Betul betul tersenyum dan tertawa. Kapan dia terakhir tersenyum dan tertawa bersama ibunya. Gama teringat betapa sering dia membuat ibunya tertawa, sampai detik ibunya meninggalkan dunia ini. Terakhir kali dia bisa bercanda ria tanpa harus memikirkan persepsi orang lain terhadap dirinya.
Gama teringat rumah lamanya, yang dulu dia tinggali bersama ibu, ayah, dan pembantu rumah yang sudah seperti keluarga. Dia ingat kamarnya, dengan dinding biru dan poster superhero di dindingnya. Bagaimana kalau sore hari ada ayam goreng, nasi, tahu, dan tempe. Bagaimana kalau pagi ada aroma kopi untuk ayahnya dan dirinya, bagaimana suara tv di ruang keluarga, dan ketentraman yang dia rasakan selama tinggal disana. Hidup dirumah lamanya tidak sempurna, nothing is perfect. Seperti Gama pernah sakit dengan durasi lama, kedua orang tuanya berkelahi dan bercerai. Menemukan surat cerai orang tuanya setelah dia menonton film bioskop bersama ibunya. Tapi baik gelap maupun cerah, dia cinta sekali dengan rumah lamanya.
Rumah Gama saat ini tidak buruk. Dia masih tinggal bersama keluarganya. Gama tidak takut tinggal sendiri dan mampu. Tetapi dia takut dengan kehenian kepalanya. Kehenian akan kesendiriannya. Gama melihat dinding kamarnya, dan melihat ke atas. Gama menutup mata dan mengambil nafas panjang, nafas dikeluarkan. Gama mulai siap siap untuk tidur dan mempersiapkan dirinya untuk menemui hari baru, hari esok. Kepala Gama memunculkan pikiran lagi. "Masalah apa yang akan muncul besok" " Rintangan baru apa lagi yang harus saya hadapi" "Apa belum cukup segala permasalahan dan rintangan yang saya dapatkan dan lewati" "Kapan saya bisa mendapatkan reward dari segala rintangan yang saya lewati" "Kenapa masalah saya tidak bisa habis" "Siapa tahu saya akan dapat kekuatan mengulang waktu" "Mungkin besok saya tidak akan bangun". Gama mematikan lampu kamarnya dan naik ke kasurnya, bersiap siap untuk tidur. Mengatur bantal, guling, selimut, dan air conditioner kamarnya. Sebelum menutup mata, Gama berkata:
"Pengen pulang kerumah"