Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Keluar … masuk … keluar … masuk … rongga di dadaku membuka perlahan, teraliri oksigen yang mengembus, memompa paru-paru agar bekerja dengan sempurna. Semua kelenjar terurai, kecuali pikiranku. Ia masih bercokol bandel di sana, mengirim sinyal benci – beserta intimidasi. Kenapa kebencian hadir saat orang berhenti mencinta? Bukankah, seharusnya cinta bisa mengukuhkan eksistensinya lebih lama, meski dua orang tak lagi menjadi sepasang kekasih?
Pagi hari, aku mencoba menimbun rapat-rapat kejadian semalam agar tak muncul lagi ke permukaan, hingga mengganggu rutinitasku mengajar, menjual keteladanan dan sikap tubuh yang sempurna, untuk anak-anak ajar yang mengidolakanku.
“Satu, dua, satu dua….” Kaki-kaki mungil itu melompat, kaki depan mereka menjulur ke samping, naik lebih tinggi dari lantai. “Assemble yang bagus anak-anak!” pujiku sambil bertepuk tangan, geletar suaraku berusaha terdengar stabil.
Kujulurkan tungkai kakiku, untuk memberi mereka ilustrasi gerakan. Memutar ujung jari membentuk li...