Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ada senjata paling berbahaya. Yang tanpa kau temukan darahnya, ia melukaimu. Memar bahkan bukan apa-apa. Meski Radit tetap harus bersusah payah menyembunyikan warna ungu kebiruan yang memoles sebagian area mata, pelipis hingga sudut ujung kanan bibirnya dari sang ibu begitu dirinya pulang dari sekolah jam 2 siang itu. Sebagian akan mengatakan ini wajar terjadi bagi anak laki-laki sepertinya yang mulai tumbuh dewasa di usianya sekarang yang menginjak 15 tahun. Baru saja duduk di bangu SMA kelas 1. Tapi bagi orang terdekatnya, ini jelas kejadian langka.
“A Radit kenapa berantem? A Radit bukan tipe yang suka bikin ulah kaya gitu,” sebut Rani yang sebelumnya mendapati kakak lelakinya itu mengendap masuk bak pencuri di rumah sendiri. Ia sengaja datang ke kamarnya dan bertanya.
Radit masih diam seribu bahasa.
“Masalah cewek? A Radit rebutan sama temen A Radit di sekolah?”
Radit tersenyum tipis meski sambil menahan perih akibat luka di tempatnya membuat gerak.
“Atau karena temen-temen A Radit ngejek Ibu tukang gorengan?”
Kali ini mata Radit membelalak. Tatapan yang sudah s...