Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Satu Kursi yang Kosong
0
Suka
205
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Pagi itu, seperti pagi-pagi lainnya, Danar tiba di kantor pukul 07.53. Tiga menit lebih awal dari jadwal masuk, cukup untuk duduk, menyalakan komputer, dan menghela napas sejenak sebelum dunia mulai menuntut sesuatu darinya.

Langkahnya menyusuri lorong dengan lantai keramik kusam yang kadang memantulkan bayangan tubuhnya. Lampu neon di langit-langit bergemerisik halus, tak ada yang memperbaikinya sejak bulan lalu. Namun suara itu justru menjadi bagian dari rutinitas yang ia kenali, seperti suara sendok bersentuhan dengan cangkir di pantry, atau suara printer yang bergemuruh saat lembur tiba.

Di meja kerjanya, segalanya masih sama. Monitor berukuran 21 inci, peta dunia kecil yang tergantung miring, dan sticky notes berwarna kuning pucat berjejer seperti catatan dari masa lalu yang tidak pernah benar-benar dibaca ulang. Danar duduk, menyandarkan tubuh, lalu membuka laptop. Loading. Wajahnya diam, tapi jari-jarinya mengetuk pelan meja, berirama. Seolah sedang mencoba mengingat bahwa dirinya masih hidup.

"Danar!" suara itu muncul dari balik bilik. Suara Lisa, rekan satu divisinya. “Kopi di pantry baru diseduh. Masih panas!”

Danar melirik jam di pojok layar. 08.07. “Oke, bentar lagi,” sahutnya pendek. Ia tahu kopi itu akan jadi pelarian pertama sebelum tenggelam dalam spreadsheet dan grafik penjualan. Tapi ia juga tahu: rutinitas itu semacam pelindung. Selama masih ada kopi pagi, segalanya terasa biasa-biasa saja.

Di pantry, suasana lebih hangat. Bau kopi robusta menggantung di udara. Di sebelah mesin kopi, Lisa dan dua staf lain dari bagian pemasaran sedang berbincang, tertawa pelan. Bukan tawa yang lepas, tapi cukup untuk membuat pagi tidak beku.

“Kamu kelihatan ngantuk, Nar,” celetuk Lisa sambil menyodorkan gelas kertas. “Lembur lagi semalam?”

Danar hanya tersenyum tipis. “Enggak. Cuma susah tidur.”

“Kenapa? Mikirin kerjaan?” Lisa menyipitkan mata curiga. ..

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
WARNA RASA DISETIAP HUJAN
Vy
Flash
Bronze
Aturan Baku
Erena Agapi
Cerpen
Bronze
Satu Kursi yang Kosong
Muhamad Irfan
Novel
Bronze
DARI IRON MAN HINGGA KAKAK TERBAIK
Habibah Umniyyah sahla
Flash
Bronze
Menari Bersama Bidadari
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Wanita Si Pahit Lidah
Erlani Puspita
Novel
Pacar Sewaan
Daca Dacita
Flash
Temanimu Melepas Nada Masa Lalu
catzlinktristan
Cerpen
Bronze
Wanita Nakal
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Salah Siapa?
aksara_g.rain
Cerpen
Bronze
Akhir yang Tak Selalu Baik
Zaki S. Piere
Novel
Fatamorgana Cinta si Zein
Gusty Triyanto
Novel
Gold
My First Make Up
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Punggung Wanita
Titin Widyawati
Skrip Film
Semesta dalam Elegi Biru
Hasna Khairunisa
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Satu Kursi yang Kosong
Muhamad Irfan
Cerpen
Tersisa di Gaza
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bunga yang Tak Pernah Ditaruh di Vas
Muhamad Irfan
Cerpen
BISU
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Nyaris
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bayangan yang Tidak Pernah Pulang
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Tak Terdengar
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Jaket Merah yang Tak Pernah Dikembalikan
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
JIKA RUMAH ADALAH LUKA
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Tanpa Balasan
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
24 Jam Yang Menghapusku
Muhamad Irfan
Cerpen
Tak Layak
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Terlambat
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Tidak ada Tempat untuk Kita Berteduh
Muhamad Irfan
Cerpen
Bukan Lagi Kita
Muhamad Irfan