Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pesawat luar angkasa melanjutkan penerbangannya melewati ruang hampa udara. Kendaraan berbahan besi yang bernilai miliaran ini memiliki misi untuk mencari kehidupan di luar Bumi serta mempelajari planet-planet di sekitarnya. Namun, misi ini menjadi sorotan publik setelah informasi mengenai proyek tersebut bocor.
Kebocoran informasi ini terjadi karena salah satu peneliti yang terlibat merasa kecewa setelah dipecat dari misi yang seharusnya bersifat rahasia. Kontroversi yang muncul menciptakan ketidakpastian dan berbagai spekulasi mengenai tujuan dan metode misi ini, membuat banyak orang mempertanyakan etika di balik pencarian kehidupan di luar angkasa.Sejak informasi tersebar luas, orang-orang mulai membicarakannya.
Di stasiun televisi, ruang diskusi, bahkan warung kopi. Semakin lama informasi tersebut tersebar, semakin banyak juga rahasia-rahasia yang terbuka di ruang publik. Salah satunya adalah tentang kemungkinan bahwa pesawat luar angkasa yang akan digunakan hanya mampu menampung satu pilot atau astronot dan tidak bisa kembali pulang ke bumi.
Banyak orang menyebut misi ini sebagai misi bunuh diri. Mereka berpendapat bahwa tidak mungkin seseorang bisa menjalankan tugas yang begitu berat sendirian. Rasa kasihan pun mengalir untuk siapa pun yang terpilih sebagai pilot pesawat luar angkasa dalam misi berisiko ini
Namun, pandanganku berbeda. Aku tidak merasa kasihan pada pilot yang akan menjalani misi ini. Aku juga tidak menganggapnya sebagai misi bunuh diri. Sebab, aku adalah orang yang akan menjadi pilot itu sendiri. Keputusan ini aku ambil dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan orang-orang di luar sana.
Aku mendaftar untuk misi ini setelah mempertimbangkan semua risiko dan tantangan yang ada. Informasi yang aku peroleh tentang misi ini membuatku yakin bahwa keputusan ini adalah langkah yang tepat bagiku. Keterlibatanku dalam rencana ini adalah pilihan yang aku buat dengan penuh pertimbangan dan keberanian.
Bagiku ini bukanlah misi bunuh diri. Selain misi yang telah diinisiatif oleh lembaga antariksa dunia, aku juga memiliki misi pribadi. Misi itu adalah untuk meninggalkan bumi ini. Sudah sejak lama aku menginginkannya. Kemuakkanku dengan manusia sudah mencapai puncaknya. Aku sudah muak dengan wajah palsu yang mereka tunjukkan padahal mereka menyembunyikan kekesalannya di balik senyum yang disunggingnya.
Aku sudah muak sikap baik hati mereka, padahal di belakang, dia membicarakan keburukan orang lain dan mengeluh tentang betapa merepotkan bekerja dengan orang itu. Aku sudah muak dengan kata-kata manis yang meluncur lembut dari mulut mereka padahal di dalam lubuk hati mencaci maki dan menghina dengan kasar.
Manusia sering kali dianggap sebagai makhluk yang paling buruk. Mereka cenderung menyembunyikan sisi gelap mereka untuk tampil baik di mata orang lain. Meskipun Tuhan menganugerahkan otak yang cerdas, banyak dari mereka justru menggunakannya untuk menipu satu sama lain.
Dalam hal ini, manusia bisa dibilang lebih buruk daripada hewan, yang otaknya hanya terfokus pada naluri dasar seperti bertahan hidup, mencari makan, dan bereproduksi. Sementara itu, manusia, dengan segala kemampuan berpikirnya, malah terjebak dalam permainan penipuan dan kepalsuan.Bahkan tanaman jauh lebih baik dari mereka. Hijaunya mereka memberikan kebaikan dengan jujur dan tulus. Mereka tidak akan menghancurkan tanah mereka berdiri. Dia tidak mengeluh untuk menaungi tumbuhan-tumbuhan kecil lain yang belum siap terkena sengat matahari secara langsung. Mereka tidak akan membicarakan tangan-tangan liar yang tanpa alasan mengoyak-oyak hijau mereka. Untungnya mereka tidak memiliki mulut. Bahkan jika mereka memiliki mulut, bibirnya tidak akan mencibir bilah besi yang ditancapkan di badan mereka.
Sebelum waktu peluncuran, aku melihat banyak orang berdemo di gerbang pintu masuk situs peluncuran roket. Banyak dari mereka memegang poster dan spanduk yang mengecam misi ini. Mereka mengatakan bahwa misi ini tidak berperikemanusiaan, tidak menghargai nyawa manusia.
Namun yang aku lihat adalah mereka yang tidak berperikealaman. Aku bisa menebak apa yang akan mereka lakukan dengan barang-barang yang mereka bawa itu. Setelah semuanya berakhir, poster warna warni dan penuh tulisan mengutuk itu pasti akan diletakkan begitu saja di sembarang tempat. Mereka tidak akan menyimpannya, karena untuk apa menyimpan sesuatu yang sudah tidak digunakan.
Sampah tidak disimpan oleh manusia, tapi alam mau tidak mau harus menyediakan gudang untuknya. Sayangnya alam tidak bisa menggunakan itu dan berakhir menumpuk dan menumpuk. Entah sampai berapa tahun atau abad, sampah akan menumpuk hingga jumlah sampah lebih banyak dari pada batang pohon yang berdiri di tanah yang kering.
Melihat itu, tekadku menjadi semakin bulat bahwa aku akan meninggalkan bumi ini dengan perasaan gembira. Tentu aku tetap akan menjalankan misiku demi memenuhi keegoisan manusia yang berjasa menerbangkanku. Tapi yang paling utama adalah aku akan pergi dari tempat ini dan hidup dengan diriku sendiri.
Aku tidak peduli jika hingga aku mati, aku tidak menemukan planet yang berpenghuni. Aku masih bahagia dengan hanya mendarat pada planet kosong dan mengeksplorasi setiap jengkal dan kawah yang terbentuk.
Misi pertama yang aku terima adalah menjelajahi planet padat terdekat dari bumi. Jaraknya hanya perjalanan satu bulan. Setidaknya aku berterima kasih kepada para ilmuwan yang berhasil mengembangkan teknologi sehingga roket ini bisa menempuh kecepatan 10 persen dari kecepatan cahaya.
Untuk kebutuhan bertahan hidup seperti makan dan minum juga sudah bisa dilakukan secara mandiri. Meskipun menu makan yang aku miliki tidak terlalu variatif, tapi semuanya adalah makanan segar karena di roket ini ada kebun kecil yang terus tumbuh tanpa perlu cahaya matahari. Itulah satu-satunya yang aku kagumi dari manusia, mereka mau belajar dan terus belajar. Meskipun sebagian besar kemajuan teknologi digunakan agar manusia bisa bermalas-malasan tapi aku menghargai mereka yang sadar akan esensi kemajuan teknologi.
Aku menghargai para ilmuwan yang berkontribusi dalam misi ini. Ini adalah misi yang memakan waktu yang banyak dan belum tentu mendapatkan hasil. Tentu bisa dibayangkan seberapa banyak pengorbanan yang mereka berikan untuk misi ini. Belum juga diketahui apakah hasil dari misi ini akan digunakan atau tidak karena ini bukan misi yang berguna praktis untuk manusia. Misi ini bisa dengan mudah dipotong di tengah jalan dengan alasan kekurangan anggaran dan sebagainya.
Mereka yang berdemo mengecam untuk membatalkan misi ini akan lupa dan meskipun mereka membacanya dalam sebuah berita, mereka akan melewatkannya. Tapi peneliti tidak bisa dengan mudah melewatkannya. Mereka harus memulai lagi dari nol hidupnya bahkan harus beralih dari pekerjaan mereka karena keegoisan manusia lain.
Planet pertama tempatku mendarat sudah tampak di radar. Aku sudah mencapai tujuanku untuk meninggalkan bumi itu dan hidup di luar angkasa. Aku akan bekerja keras agar para ilmuwan di sana tidak dipecat dari pekerjaannya dan menyesali kehidupannya, sepertiku.