Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sepulangnya dari kampus, sana yang hendak berjalan menuju kamarnya terhenti karena panggilan sang ayah.
"San, sini dulu. Ada yang mau ayah bicarakan"
"Apa yah? " ucapnya dengan nada datar
"Orang yang mau lamar kamu akan datang besok"
"Ayah, kok gitu sih. Sana kan baru pulang dan kenapa mendadak kayak gini sih yah"
"Siapa yang bilang mendadak, ayah kan udah kasih tau kamu setelah kasus di rumah kos kamu"
"Ayah kok jadi bahas itu sih"
"Kamu kalau nggak di gituin bakalan seenaknya"
"Ya udah deh, sana ke kamar dulu. Tapi yah, gantengkan?"
"Ganteng, percaya deh kamu pasti suka"
Sana berjalan ke kamarnya dengan langkah tanpa semangat. Entah kenapa ayahnya begitu ingin dia cepat menikah. Apalagi dirinya masih dalam masa kuliah.
Sana yang sampai di kamarnya melihat foto dirinya dan sani yang penuh dengan senyuman. Andaikan kak sani masih di sini, pasti aku nggak akan kesepian kayak gini.
Tiba- tiba fikirannya kembali berputar ke ucapan sang ayah tentang lamarannya.
Sana menelfon amora, teman satu kampusnya.
"Mor, gue sedih banget"
"Kenapa??
"Gue di jodohin sama ayah gue"
"Bagus dong, gue aja minta di jodohin. Orang tua gue nggak izinin"
"Kan itu kemauan lo, gue kan bukan"
"Nah ini masalahnya san, sesuatu yang kita mau terkadang bukan sesuatu yang bukan orang lain inginkan. Jadi nggak usah di bandingin dan maksain apa yang kita mau sama orang lain"
"Iya nyonya amora, tapi masalahnya gue nggak tau siapa orangnya"
"Masih untung lo di cariin, dari pada comot di jalan"
"Apaan sih lo, ya udah deh. Gue mau bersih- bersih"
"Oke, bye calon pengantin baru"
"Amora!"
Sani melangkah ke kamar mandi dengan wajah kesal. Dia merasa sudah salah orang untuk mendengarkan curhatnya.
Keesokan harinya, sana sudah menggunakan pakaian casualnya.
"San, kok kamu p...