Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Sang Kolektor Jiwa
0
Suka
2,964
Dibaca

Bab 1: Aroma dari Masa Lalu

Matahari sore di Jakarta menembus jendela kaca buram, jatuh di atas tumpukan dokumen tua dan debu yang beterbangan di udara. Udara di Rumah Widjaja terasa pengap, berat, seolah waktu berhenti berputar di dalamnya selama berpuluh-puluh tahun. Aroma lembap kayu lapuk, kertas yang menguning, dan sedikit bau karat bercampur di udara, sebuah simfoni olfaktori yang familier bagi Ethan Reynaldi. Sebagai seorang kurator seni di Museum Nasional, ia telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di antara benda-benda antik, dan indra penciumannya adalah aset terbesar sekaligus beban terberatnya. Ia bisa mencium sejarah, membedakan jenis kayu dari abad ke-18 dengan akurasi mencengangkan, atau mengenali keaslian lukisan dari bau catnya. Namun, di Rumah Widjaja ini, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang mengganggu.

Ethan baru saja ditugaskan untuk mengatalogkan koleksi pribadi mendiang Hartawan Widjaja, seorang filantropis dan kolektor eksentrik yang meninggal mendadak, meninggalkan harta karun berupa artefak kuno yang tersebar di seluruh penjuru rumah warisannya. Konon, Widjaja adalah seorang reklusif yang hidup dalam bayang-bayang koleksinya, jarang berinteraksi dengan dunia luar. Sebuah desas-desus beredar di kalangan kolektor bahwa barang-barang Widjaja memiliki "aura" yang sangat kuat, seringkali terasa dingin dan tidak menyenangkan. Ethan, yang selalu pragmatis dan skeptis, hanya menganggapnya sebagai omong kosong metafisika.

Ia melangkah masuk ke dalam ruang tamu utama. Jendela-jendela ditutupi kain tebal, menciptakan suasana remang-remang yang abadi. Lampu gantung kristal yang dulunya megah kini diselimuti sarang laba-laba. Patung-patung kuno dari perunggu dan kayu, porselen dinasti, dan permata langka dijejerkan di lemari-lemari kaca yang berdebu. Ini adalah surga bagi seorang kurator.

Namun, di tengah semua aroma kuno yang familier itu, Ethan mencium sesuatu yang asing. Sesuatu yang pahit, logam, dan nyaris seperti bau… ketakutan. Bukan bau mayat, bukan bau darah, tapi sebuah esensi yang jauh lebih halus, namun menusuk. Ia mengerutkan hidung, mencoba mengidentifikasi sumbernya. Aroma itu tidak spesifik pada satu benda, melainkan menyebar samar di udara, seperti bisikan yang tak terlihat.

"Selamat datang, Tuan Reynaldi," sebuah suara serak memecah kesunyian. Itu adalah Bu Lastri, penjaga rumah tua yang setia, seorang wanita paruh baya dengan sorot mata lelah dan aura kesedihan yang mendalam. "Tuan Widjaja telah menanti Anda."

Ethan mengangguk. "Terima kasih, Bu Lastri. Saya akan mulai dengan ruang tamu ini."

Ia mengeluarkan sarung tangan putihnya dan mulai memeriksa patung perunggu kecil yang berdiri di atas meja marmer. Patung itu menggambarkan seorang dewa kuno dengan ekspresi menyeringai. Saat jarinya menyentuh permukaan dingin patung, aroma pahit dan logam itu semakin kuat. Sebuah rasa dingin menjalar dari ujung jarinya, bukan dinginnya logam, melainkan sensasi yang menusuk, seolah energi patung itu terserap ke dalam dirinya. Bulu kuduknya merinding.

"Apakah ada sesuatu yang aneh dengan patung ini, Tuan?" tanya Bu Lastri, seolah membaca pikirannya.

Ethan menggeleng. "Tidak, Bu. Hanya... terasa sangat tua." Ia menarik tangannya, meskipun dorongan aneh untuk menyentuhnya lagi muncul.

Seiring berjalannya hari, Ethan menjelajahi ruangan demi ruangan. Di setiap ruangan, aroma pahit, logam, dan "ketakutan" itu semakin pekat. Ia menemukan beberapa artefak yang secara khusus memancarkan aroma tersebut dengan intensitas luar biasa: sebuah topeng kayu suku purba dengan mata kosong yang seolah menatapnya, sebuah kalung perak kuno dengan liontin yang berbentuk seperti tengkorak mini, dan sebuah pisau upacara dengan bilah yang diukir rumit. Setiap kali ia menyentuh benda-benda ini, rasa dingin yang menusuk itu muncul, disusul oleh kilasan-kilasan samar di sudut matanya—bayangan-bayangan bergerak cepat, terlalu cepat untuk diidentifikasi, namun cukup untuk membuat jantungnya berdebar.

Ethan mencoba rasional. Kurang tidur, mungkin. Stres karena pekerjaan baru ini. Tetapi ia tidak bisa mengabaikan bisikan sam...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp14.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Sang Kolektor Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Skrip Film
AVENDOR
Audhy R.H
Novel
DENTING
Denting Project
Skrip Film
Gedung Tua di Senen
bagus aprilianto
Novel
The Last Karta
Samuel Fetz
Novel
SITINGGIL PETILASAN KERAMAT
Heru Patria
Flash
Bronze
Kereta Terakhir
Risti Windri Pabendan
Flash
Bronze
Pemakaman Jhon Mortonson karya Ambrosr Bierce penerjemah : ahmad muhaimin
Ahmad Muhaimin
Novel
Bronze
HUTAN GAIB
JUMAINAH
Novel
Gold
Rumah di Perkebunan Karet
Mizan Publishing
Novel
Bronze
The Evil of The Black Rose
Trinaya
Flash
Berita Kematian
Ahmad R. Madani
Novel
Who is The Ghost? || Sebuah Romansa Putih
Arifzu
Cerpen
Bronze
Kodok Jantan Yang Tak Diundang
Wafa Nabila
Novel
Ada Penampakan di Pesantren
Hargo Trapsilo
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Sang Kolektor Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bidan Sofia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ada Apa Dengan Diriku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jalan Buntu 404
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ujung Koridor
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Saksi Semuanya
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan Dari Bawah Tanah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pintu Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Indigo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Terjebak Dunia Arwah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kakek Memanggil
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang - Bayang Kaktus Berdarah Seri 01
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kata Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
Di Balik Tirai
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panti Jompo Harum Melati
Christian Shonda Benyamin