Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di suatu pedalaman desa,
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
TOK! TOK! TOK! TOK! TOK!
Rentetan ketukan pintu menyentak kantuk seorang pria berusia hampir setengah abad. Kedua kakinya yang hendak melangkah menuju kamar tidurnya terpaksa berbalik ke arah pintu depan. Jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari. Keheningan malam yang semula tercipta terpaksa mangkat, lalu berubah menjadi keheranan yang berkepanjangan.
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
TOK! TOK! TOK! TOK! TOK!
“Yaaaa….., Sebentaaar,” pria berusia hampir setengah abad itu mempercepat langkahnya menuju pintu depan. Baru beberapa langkah diayunkan, dia sudah sampai di ambang pintu kayu jati penuh ukirannya. Pintu tebal ini adalah salah satu buah karyanya yang sudah banyak dieksport ke Belanda.
“Siapa yang bertamu, Pak?” istrinya yang berusia jauh lebih muda dari suaminya, kira-kira lima belas tahun, memunculkan diri dari balik pintu kamar tidurnya. Dia juga dibuat heran dengan ketukan pintu yang mengganggu waktu istirahatnya. Sekilas matanya melirik ke ruang kamar putra semata wayangnya yang terletak tepat di samping kamarnya. Jarak antara pintu kamarnya dan pintu kamar anaknya hanya dibatasi dengan sebuah piano yang disandarkan ke dinding. Wanita berusia tiga puluh tahunan ini hanya memantau sekalian berharap jika bocah berusia sebelas tahun itu tak terbangun karena kegaduhan di tengah malam ini...