Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dari kecil hingga sekarang, aku mempunyai dua orang sahabat. Satu sahabat perempuan bernama Mitha, dan satu sahabat laki-laki bernama Anton. Lucunya dulu mereka saling suka, tapi itu dulu, 8 tahun yang lalu. Dan kini kita sudah punya belahan jiwa masing-masing, namun persahabatan kita masih tetap terjaga dengan sangat baik.
Nada dering ponsel ku berbunyi. Dan ternyata itu panggilan dari Anton.
"Hallo,"
"Entar malam kita keluar gak?" Tanya Anton.
"Iya, donk. Aku pengen makan jagung bakar nih." Jawab ku.
"Oke entar jam 7 aku jemput!" Ucap Anton.
"Oke" Jawab ku.
Setiap malam minggu kita pasti keluar untuk nongkrong atau hanya sekedar keliling naik motor untuk menikmati suasana malam. Bahkan hampir setiap malam Anton datang kerumah hanya untuk bermain, sampai Ibu ku sudah terbiasa melihatnya di hampir setiap malam.
Suara berisik sampai pertengkaran itu sudah biasa aku lakukan dengan Anton di teras rumah.
"Cha, ada Anton tuh!" Kata Ibu ku.
"Iya, Bu. Sebentar," Aku pun mencari jaket kesayangan ku, karena malam ini kita akan makan jagung bakar di area puncak, jadi suasana pasti akan sangat dingin.
"Echa berangkat dulu ya, Bu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Jangan malem-malem pulangnya!"
"Iya Bu," Jawab ku sambil menutup pintu rumah.
Aku pun segera menghampiri Anton yang sudah menunggu di depan rumah.
"Wuuihhhh Motor baru nih," Aku pun kaget melihat motor baru yang Anton pakai kali ini.
"Iya lah, kasihan anak orang kalau harus naik motor butut terus," Anton pun menjawab dengan candaan.
"Ya elah tapi kan seru kalau pakai motor kamu yang biasanya itu, nyaring banget suaranya. Kayak suara kamu Hahahaha."
"Sialan, udah deh buruan naik!" Anton pun sedikit cemberut.
"Halah bilang aja kalau cewek kamu yang udah mulai protes, makanya kamu langsung beli motor baru." Aku pun menggodanya.
"Cerewet banget sih nih anak, aku tinggal nih!"
"Jangan donk!" Aku lalu segera naik ke motor baru itu dengan masih menahan geli.
Sepanjang perjalanan seperti biasa nya, kita sangat menikmati suasana malam. Sambil bernyanyi dengan suara kita yang super sumbang itu.
Sesampainya di tempat, di sana sudah di penuhi pemuda pemudi yang sedang asik nongkrong bersama.
Untungnya kita masih mendapatkan tempat dan langsung memesan 2 porsi jagung bakar dan 2 minuman hangat.
"Sini Hp kamu!" Anton meminta Hp ku, tapi itu sudah biasa. Kita berdua memang selalu terbuka, kecuali soal pacar. Cuma cukup tau aja kalau kita sudah punya pacar masing-masing.
"Pasti mau kirim foto ku lagi kan?" Tanya ku.
"Iya lah, emang fotonya udah ada yang baru lagi?" Anton pun kembali bertanya.
"Pasti donk, aku tuh kalau sehari aja gak narsis, rasanya kayak ada yang kurang."
Anton tak menggubris, dia sibuk mengirim foto-foto ku ke Hp nya.
"Emang sebegitu ngefansnya ya kamu ke aku? sampai demen banget mintain foto-foto aku?"
"Jangan GR, ini buat pemandangan tikus-tikus di rumah aku, biar semua tikus pada kabur."
"Sialan, sini liat Hp kamu sekarang, pasti isinya video bokep semua?" Aku pun langsung merampas Hp Anton.
"Gak ada lah, bisa di pecat jadi anak sama ibu aku entar."
Aku pun mulai melihat-lihat isi galery pada Hp Anton. Namun.
"Eh kamu tuh gak jelas ya, Ton. Hobby kirim foto aku, tapi ujung-ujungnya pada kamu hapus. Foto ku yang sebelumnya kamu kirim udah pada gak ada. Aku jadi curiga, jangan-jangan kamu sebarin buat yang gak gak ya?"
"Hahaha percuma juga aku sebarin. Kamu, aku jual aja juga gak bakal ada yang minat."
"Plaaakkk..." Tangan ku pun dengan santainya mendarat di punggungnya.
"Aw… Situ cewek tapi tenaganya kayak preman pasar."
"Bodo amat, " Kesal ku.
"Btw foto cewek kamu mana? Kok gak ada? aku kan kepo."
Anton langsung dengan cepat mengambil lagi hp nya dari tangan ku.
"Cewek ku itu gak suka narsis, dia kalem banget."
"Kamu nyindir aku?"
"Dikit… Hahahahahaaa."
Akhirnya kita melanjutkan untuk menikmati jagung bakar yg masih hangat itu. Sambil sesekali memainkan game yang ada di hp.
"Kamu masih sama cowok kamu itu cha? Atau udah ganti lagi untuk ke sekian kalinya?"
"Masih, tapi udah jarang banget ketemuan. Maklum lah, dia dimana aku dimana."
"Emang kamu yakin dia bakal serius?"
"Gak tau, jalanin and nikmatin aja. Kamu sendiri gimana sama cewek kamu? Gak pengen ngenalin ke aku gitu?"
"Ogah, kamu resek."
"Hahahaha."
Malam sudah semakin larut, akhirnya Anton mengajak ku segera pulang. Takut kalau ibu aku khawatir anaknya kenapa-kenapa.
Keesokan harinya, aku berencana ingin mencari hadiah ulang tahun untuk adik aku. Dan kebetulan hari ini adalah hari minggu.
"Anton pasti sedang libur kerja, mending aku minta tolong dia aja buat nganterin," Aku pun langsung mencoba menghubungi Anton, tapi tak dia angkat. Akhirnya aku mengirim pesan padanya. Dan tidak lama akhirnya dia membalasnya.
"Sorry lagi gak bisa, Cha. Aku lagi sama cewek aku."
"Oke lah berangkat sendiri aja, kasihan juga sama tuh anak kalau aku repotin terus. Sekali kali biar dia ngabisin waktunya sama ceweknya."
Keesokan hari. Saat hari masih pagi, Anton menelpon ku.
"Iya hallo kenapa, Ton?"
"Kamu nanti dateng ke acaranya Bayu gak?"
"Iya, donk, jemput aku ya!"
"Oke, entar malem aku jemput."
"Oke"
Dan malam itu kita datang ke acara ulang tahun Bayu yang tepatnya di sebuah Cafe kecil.
Keseruan yang asik kala itu membuat waktu pun tak terasa semakin malam.
Saat sedang seru serunya ngobrol dengan teman aku, tiba-tiba mata ku reflek tertuju pada Anton yang ternyata sedari tadi menatap ku dengan mimik muka yang tak biasa. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan tatapan nya malam itu, karena tidak seperti biasanya. Anton yang terkenal paling rame, tapi entah kenapa seperti bukan Anton yang biasanya malam itu.
"Tuh anak kenapa ya? apa lagi sakit? lagian sok banget maksain buat dateng."
Akhirnya aku memutuskan untuk berpamitan pulang terlebih dahulu pada Bayu. Dengan alasan ibu ku melarang pulang terlalu malam, padahal aku merasa bahwa Anton dalam keadaan yang kurang baik. Dan mungkin dia tak enak hati untuk menyudahinya. Kita pun segera pulang ke Rumah.
Siang pukul 10.00 Anton menelpon ku.
"Dimana, Cha?"
"Di Rumah, kenapa?"
"Entar sore pulang kerja, aku kerumah kamu ya. Mau pinjem flashdisk kayak biasanya."
"Oke,"
Anton memang beberapa kali sering meminjam flashdisk ku, entah untuk apa. Karena setau ku, kerjanya sama sekali gak ada hubungannya dengan dunia komputer. Tapi aku malas menanyakannya, karena pasti jawabannya selalu tak serius.
Aku pun menunggunya sambil bersantai di dalam kamar, sampai akhirnya aku tertidur. Dan saat hari sudah menjelang jam 3 sore, Anton mengirimi ku pesan.
"Innalillahi wainnalillahirodziun sore ini teman kita Anton Gemilang Saputra telah meninggal dunia dikarenakan telah terjadi kecelakan di daerah kawasan Damaian. Mohon doanya agar Almarhum di terima disisinya. Aamiin"
Aku pun terdiam sejenak. Lalu menghela nafas pelan sambil berbicara dalam hati.
"Huft dasar nih anak. Kamu pikir aku gampang di kerjain. Udah kebal sama bercandaan kamu. Basi!" Sambil mengetik balasan pesan.
"Bodo amat, buruan kemari wooyyyy. Lagi males bercanda nih." Aku pun.membalas pesannya.
Tak lama hp ku kembali berbunyi. Aku kira itu panggilan dari Anton, ternyata itu panggilan dari Mitha.
"Hallo Mit."
"Cha, udah dapat kabar belum? Anton katanya kecelakaan?"
"Udah. Dan kamu percaya? Hahahahaaa."
"Tapi kata temen aku yang rumahnya tetanggaan sama Anton, katanya emang bener. Dan sekarang dirumah Anton sudah rame banget nunggu jenazahnya dateng." Dengan nada cemas Mitha menjelaskan.
Serasa di sambar petir. Benar-benar sudah tak tau lagi harus berpikir seperti apa.
"Bentar lagi aku jemput, kita kesana sama-sama!" Ucap Mitha.
Dan aku sudah tak mampu lagi untuk berkata apa-apa. Yang aku rasakan hanyalah badan sudah mulai merasa lemas namun aku tak mau menangis, karena aku masih berharap bahwa itu semua masih belum pasti.
Tak lama akhirnya kami pergi menuju rumah Anton. Dan saat akan memasuki area rumahnya, dari kejauhan sudah terlihat banyak warga berkumpul dirumahnya. Dan di situ lah aku mulai menyadari bahwa ini semua benar adanya.
Badan terasa lemas, kaki seakan tak mampu lagi untuk melangkah.
Aku dan Mitha saling bergandengan tangan untuk saling menguatkan. Dan kita pun akhirnya berjalan mendekati rumah Anton.
Akhirnya kini aku dapat melihatnya dari dekat, sosok yang selalu bikin aku kesal namun selalu membuat ku tertawa. Kini dia telah terlelap dalam tidur panjangnya.
Aku menghampiri keluarga Anton untuk mengucapkan bela sungkawa, dengan mata yang sudah mulai sembab.
"Assalammualaikum Om Tante, saya temannya Anton mengucapkan turut berduka cita." Ucap ku sambil mencium tangan kedua orang tua Anton.
Namun ibu Anton masih tak sanggup untuk berbicara.
Kemudian datanglah Kakak perempuan Anton yang mewakili ucapan terima kasihnya.
"Terima kasih. Kalian temannya Anton?"
"Iya, saya Echa, dan ini Mitha teman Anton juga. Kita bertiga sudah berteman dari masih SD. Jadi kita juga merasakan kesedihan atas kehilangannya Anton yang secara mendadak ini."
"Jadi kamu yang namanya Echa?"
"l-iya kak."
"Anton banyak cerita soal kamu."
"Hmmm maaf kak sebelumnya, ada yang mau aku tanyain."
"Ya sudah kita ke belakang aja ya!" Ajak Kakak Anton. Karena disana terlalu banyak orang yang datang untuk berbela sungkawa.
"Mit, gakpapa kan aku tinggal sebentar?"
"Iya, tapi jangan lama-lama ya!"
"Iya."
Akhirnya aku mengikuti Kakak Anton untuk masuk ke dalam. Dan Kakak Anton membawa ku masuk ke sebuah kamar. Yang tak lain ternyata itu adalah kamar Anton.
"Kamu mau tanya apa, Dek?"
"Sebenernya yang mau aku tanyain, kira-kira pacar Anton udah di kasih tau gak ya?"
"Pacar?"
"Iya kak, pacar Anton. Aku emang belum pernah ketemu dia, karena Anton sendiri selalu tertutup masalah itu."
Kakak Anton merasa bingung dengan pertanyaan ku karena ia juga merasa belum tau soal pacar Anton tersebut.
"Sini deh Kakak kasih tau sesuatu." Sambil menggandeng tangan ku.
Kakak Anton memperlihatkan sebuah layar komputer yang ada di meja kamar Anton. Lalu Kakak Anton segera menyalakan tombol on pada komputer tersebut.
Tak berselang lama, komputer itu menyala.
Namun betapa kagetnya, saat ku melihat wallpaper yang ada di komputer tersebut. Terpampang foto ku dengan jelas di situ. Lalu Kakak Anton melanjutkan dengan membuka isi file satu persatu. Dan itu membuat aku semakin tak percaya, disitu hampir semuanya berisi tentang foto-foto ku yang ada di hp bahkan yang tersimpan di flashdisk ku juga.
"Ka-Kak kok banyak banget foto-foto aku di situ?" Dengan wajah penuh heran, aku menatap layar komputer itu.
"Setau Kakak, selama ini dia hanya cerita soal kamu saja. Dan dia juga bilang, kalau dari dulu sampai sekarang, wanita yang pengen selalu dia jaga, cuma sosok ini," Sambil menunjuk layar komputer.
"Dari dulu kita emang deket, dia sahabat terbaik aku kak, dan aku yakin perasaan Anton ke aku tuh gak lebih dari seorang sahabat." Jelas ku.
"Mungkin itu perasaan kamu ke dia, bukan perasaan dia ke kamu. Kakak yakin, Anton sayang banget sama kamu, karena setiap dia menceritakan soal kamu, dia selalu tersenyum bahagia." Terang Kakak Anton dengan nada penuh kesedihan.
Aku benar-benar sudah tak bisa berpikir apa-apa lagi, karena cukup terlambat bagiku untuk menyadari sesuatu. Tapi yang jelas, kini aku sudah kehilangan dia untuk selama-lamanya. Semoga meskipun dia kini telah jauh disana, dia akan tetap menjadi malaikat pelindung aku.