Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hujan turun pelan seperti abu yang kembali ke tanah. Jendela kaca café berembun tipis, memantulkan cahaya kuning yang membuat ruangan tampak lebih hangat dari yang sebenarnya.
Averine menggenggam gelas coklat panas erat-erat; uapnya naik perlahan dan menyentuh pipinya, seolah mencoba menenangkan sesuatu yang tidak bisa ia akui.
Pintu café berbunyi pelan. Kael masuk. Bahu jaketnya basah, helai rambutnya jatuh menutupi kening, dan langkahnya… tidak membawa senyum yang biasanya mendahului dirinya.
“Maaf aku telat,” ucap Kael sambil menarik napas, duduk di hadapannya. Suaranya pelan, seperti baru saja melewati lorong panjang yang penuh gema.
Averine merapihkan posisi duduk. “Kamu kehujanan?”
“Sedikit.”
Kael tersenyum tipis—sekilas saja—dan hilang sebelum sempat menyentuh matanya.
Ada jeda.
Hening kembali mengambil tempat di kursi kosong di samping mereka, nyaman seperti sesuatu yang sudah lama tinggal di sana.
Averine menurunkan gelasnya perlahan.
“Kamu kelihatan capek.”
Kael mengalihkan pandang ke meja.
“Iya… belakang...