Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
14 Februari 2017
Prolog
Setiap orang ada masanya, tapi setiap masa tidak selalu ada kamunya, masa itu adalah masa yang akan selalu abadi dalam diriku. Walaupun kami sudah tidak bersama, aku selalu senang setiap bersamamu. Kamu, Aqela Putri Jihan dan aku, Rifky Aksa Atmojo, namanya selalu abadi di Surya Kencana bersama keindahan Gunung Gede. Kami merayakan happy anniversary yang ke-2 tahun kami—menjalin kasih hubungan yang penuh gambar gembira di dalamnya.
Banyak dari mereka—orang yang menjalin hubungan, pergi merayakan hari spesialnya di tempat-tempat mewah seperti restoran ternama dan tempat lainnya. Sedang kami, kami memutuskan untuk merayakannya di Surya Kencana. Bukan karena kami tidak mau merayakannya di tempat mewah, tetapi kami ingin merayakannya bersama keindahan yang ada di atas sana—Surya Kencana.
Hari pendakian.
Pendakian pertama dan terakhir kami, kami sudah merencanakannya dari beberapa bulan lalu, namun karena ada beberapa kesibukan antara satu sama lainnya, terkadang aku yang bisa, tapi Aqela yang tidak bisa begitupun sebaliknya. Kami baru sempat mendaki lusa. Persiapan yang matang membuat kami tidak takut—akan resiko yang terjadi di sana. Namun meski begitu, kami juga harus mengantisipasi segala bahaya dari cuaca, binatang buas ataupun bahaya lainnya—yang dapat mengancam kami.
Setibanya di basecamp Gunung Gede, kami langsung segera mengurus SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) agar kami dapat melanjutkan perjalanan dengan resmi—tidak di cap pendaki ilegal atau menggunakan jalur yang tidak seharusnya. Saat kami mendaki, cuaca sangat cerah sekali—merestui kami untuk terus melanjutkan perjalanan. Kami melakukan perjalanan pagi hari. Karena tujuan kami adalah mendirikan tenda di pos 5, Alun-alun Surya Kencana. Dan kami juga ingin menikmati sunset di Surya Kencana. Perjalanan demi perjalanan telah kami lalui dan pada akhirnya kami telah tiba di Telaga Biru. Kami istirahat di sana untuk makan siang—sambil menikmati keindahan Telaga Biru.
"Kamu mau makan apa, Aqela?" tanya Rifky.
"Aku lagi gak pengen makan." Aqela menjawab sambil terus matanya tertuju pada Telaga Biru.
"Jangan gitu dong. Nanti kalau kamu sakit gimana? Aku masakin mie goreng ya? Nanti kita makannya sepiring berdua aja kalau kamu takut ga habis. Yang penting perut kamu ga kosong."
Aqela mengangguk pelan—setuju dengan ucapan Rifky.
Setelah kami selesai makan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena waktu yang semakin siang. Pos demi pos kami lalui, akhirnya kami sampai di pos 5, Alun-alun Surya Kencana. Kami langsung mendirikan tenda di sana. Kami duduk di luar tenda sambil menikmati sunset di Surya Kencana.
Pukul 16.30 di Surya Kencana
"Indah banget ya ternyata pemandangannya," ucap Aqela yang takjub dengan keindahan Surya Kencana.
"Iya indah, seperti kamu," jawab Rifky yang menanggapinya sembari gombal.
Aqela terdiam mendengar jawaban Rifky—menatap ke arahnya sambil tersenyum melihat tingkah kekasihnya itu. Kami menghabiskan waktu duduk bersama sambil mengobrol sampai matahari tenggelam dalam kegelapan malam.
Malam Hari di Surya Kencana.
Kami di situ hanya makan malam saja dan sedikit menghabiskan waktu di malam itu. Karena malam itu dingin udara menusuk tubuh kami dan memang karena kita terlalu lelah, jadi kami memutuskan untuk tidur lebih awal untuk bangun lebih pagi—mendapatkan sunrise di Surya Kencana.
Pagi harinya.
Kami terbangun, hari sudah pagi, namun langit masih gelap—menandakan matahari belum terbit. Aku langsung membangunkan Aqela yang masih tertidur di dalam selimutnya. Sambil menunggu Aqela terbangun, aku berinisiatif untuk menyalakan kompor dan memasak air—membuat teh hangat. Tepat saat teh itu dibuatkan olehku, Aqela terbangun dari tidurnya.
"Sudah pagi ya?" Aqela bertanya sambil mengucek matanya.
Aku menganggukkan kepala—menunjuk ke arah langit yang masih gelap. Aku langsung memberikannya teh hangat. Kami duduk berdua di luar tenda menikmati teh hangat yang telah aku buatkan tadi. Disaat fajar mulai terbenam, matahari perlahan mulai muncul dari permukaannya dan menunjukkan sinar cahayanya. Kami berdua termangu melihat ketakjuban pemandangan yang ada di hadapan kami.
"Ini adalah momen yang tidak akan bisa aku lupain. Pemandangan terindah yang pernah aku lihat," ucap Aqela yang takjub dengan pemandangan sunrise di Surya Kencana.
"Aku pun begitu. Mungkin akan tetap indah jika aku pergi sendiri ke tempat ini, namun beda rasanya jika tanpa cintamu yang selalu ada di sampingku."
"Halah, gombal mulu. Sebentar lagi kita putus nih." Aqela bergurau kepadaku.
Kami hanya tertawa setelah mendengarkan percakapan konyol itu. Kami sangat amat bahagia menghabiskan pagi hari itu di Surya Kencana. Rasanya seperti melewatkan keindahannya jika kami berkedip.
Epilog
Satu bulan setelah mendaki bersamamu, aku mendengar kabar dari orang lain bahwa kamu di universitas ternama di Eropa sana. Ternyata itu semua benar, tidak lama dari itu, kamu mengirimkan beberapa pesan lewat handphone kepadaku.
"Rifky ... Maaf sepertinya ini kali terakhirnya aku berkomunikasi denganmu. Nanti sore amu harus segera berangkat ke bandara untuk melakukan penerbangan. Aku mendapatkan panggilan dari universitas negeri di Inggris untuk melanjutkan pendidikan ku."
"Satu hal yang harus kamu tahu, aku sangat mencintaimu. Tidak ada sedikitpun rasa penyesalan saat bersamamu. Semoga takdir dan waktu dapat mempertemukan kita lagi. Pesan dari Aqela Putri Jihan, kekasihmu yang cintanya akan selalu abadi."
Aku yang membaca pesan itu sebenarnya sedih, tetapi di satu sisi aku tersenyum haru karena bangga memilikimu yang pemikirannya sangat dewasa dan bijak sekali. Aku pun tidak akan memaksakan kepergianmu untuk selalu terus selalu bersamaku. Yang terpenting, cinta ini selalu untukmu—begitupun sebaliknya.
Tahun demi tahun telah berganti, namun kamu tetap tak kunjung kembali. Aku selalu menunggumu sampai kapanpun itu. Walaupun fisik kamu sudah tidak dapat terlihat lagi oleh kedua mata ini, suaramu sudah tak terdengar lagi oleh kedua telinga ini, dan wangimu yang khas tak lagi dapat aku rasakan. Meski begitu, cintamu membuatku jatuh cinta berkali-kali kepadamu. Terkadang aku menyempatkan untuk beberapa hari untuk mendaki sendirian ke Gunung Gede. Tujuanku hanya satu, bermalam di Surya Kencana untuk menikmati Sunset dan Sunrise di sana—mengingat segala kenangan saat bersamamu di Surya Kencana. Terlihat seperti hal konyol, namun itu adalah satu-satunya caraku untuk bisa selalu mengingat segala hal tentangmu. Surya Kencana menjadi saksi mata betapa indahnya kenangan saat kedua pasang kaki ini menginjakkan kaki di tempat itu—Surya Kencana. Namun mungkin sekarang, Surya Kencana rindu akan kehadiranmu yang tak kunjung kembali padanya.
Untuk kamu yang masih selalu ku tunggu kehadirannya walaupun masih terhalang oleh takdir dan waktu, sisa umurku di dunia ini akan selalu menantikan cinta yang dikirimkan oleh Tuhan. Dan semoga cinta yang diberikan untukku adalah kamu—Rifky yang masih menunggu kamu kembali.