Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Mobil hitam Arya melaju pelan di jalanan beraspal yang berkelok-kelok. Matahari siang menyorot tajam, membuat Arya harus mengerutkan kening. Sudah hampir dua jam dia berkendara dari Surabaya, dan tujuannya adalah desa Nganjuk, tempat kakek dan neneknya tinggal. Aroma sawah yang basah tercium samar-samar, mengingatkan Arya pada masa kecilnya yang penuh kenangan indah.
“Hampir sampai,” gumam Arya sambil menguap. Sejak semester lalu, jadwal kuliahnya padat dan membuatnya kurang tidur. “Ah, ngantuk…”
Arya melirik ke arah spion. Mobil di belakangnya tampak mendekat dengan cepat. Dia pun menepi ke bahu jalan, memberi ruang bagi mobil itu untuk menyalip.
“Nggak usah buru-buru, Bro,” kata Arya sambil menggelengkan kepala.
Tak lama kemudian, Arya merasakan perutnya mulai keroncongan. “Aah, lapar,” keluhnya. Dia pun melirik jam di dashboard mobilnya. “Sudah jam satu siang. Mending makan siang dulu aja deh.”
Mata Arya tertuju pada sebuah warung sederhana di pinggir jalan. Aroma rempah-rempah dari warung itu menggugah selera makannya. Arya pun memutuskan untuk berhenti dan menepi.
“Mbak, nasi rawonnya satu,” kata Arya kepada pemilik warung. “Terus, kopi susu satu.”
“Siap, Mas,” jawab si pemilik warung ramah. “Mau tambah apa lagi, Mas? Ada tahu, tempe, sambel…”
“Nggak usah, Mbak. Cukup itu aja,” jawab Arya.
Sambil menunggu pesanannya, Arya mengeluarkan telepon genggamnya. Dia menghubungi kakeknya untuk memberitahu bahwa dia sudah dekat.
“Hallo, Kek,” sapa Arya. “Saya sudah dekat. Lagi makan siang dulu.”
“Oh, sudah dekat ya? Cepetan, ya, Nak. Kakek sama Nenek sudah nungguin,” jawab kakeknya dengan suara yang penuh semangat. “Nenek sudah masak rendang kesukaanmu.”
“Iya, Kek. Nanti sampai, ya.”
Arya menutup teleponnya dan tersenyum. “Kakek sama Nenek selalu perhatian,” gumamnya.
Tak lama kemudian, nasi rawon dan kopi susu pesanan Arya pun datang. Dia langsung melahapnya dengan lahap. “Enak banget!” seru Arya. “Nasi ra...