Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Bronze
Ruang Gunjing
0
Suka
540
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Kalau Bapak, pisah sama Emak. Kamu mau ikut siapa?”

“Ikut yang paling banyak duitnya.”

Obrolan pagi berakhir sesingkat itu. Setelah mengambil uang harian aku bergegas pergi ke sekolah, begitu saja. Tanpa mencium tangan Bapak. Entahlah, bukan aku tidak mau, tapi untuk apa? Biarlah itu menjadi kenangan masa kecilku saja. Ya, dulu aku tidak pernah sekalipun lupa mencium tangan orang yang makin tua itu.

Bapak tidak perah lagi bertanya untuk hal-hal yang ia rasa akan menyakiti hatinya. Aku senang sekali jika bisa membuat dia terdiam. Sama halnya dengan Emak, perempuan itu sudah tidak berani lagi memancingku untuk berkata-kata, dia lebih memilih sibuk dengan pasiennya.

Aku bukan anak yang pandai berkata-kata kasar meskipun dua orang dewasa itu secara tidak sadar mencontohkannya padaku. Aku tidak mau seperti mereka, dua manusia tua yang sepertinya tidak pernah dewasa.

Saat malam datang aku tidak pernah merasakan kesepian, isi kepalaku selalu berisik. Entah dari mana suara-suara itu datang padahal aku hanya terdiam dengan mata yang tidak pernah mudah terpejam. Aku benar-benar ingin segera terbebas dari, sekolah, rumah, dan kota sial ini.

Semudah malam meninggalkan kegelapan, pagi selalu datang setiap hari. Aku sudah bisa memasak saparan pagi sendiri, rice cooker sangat mempermudah untuk aku memasak nasi, mencuci baju, ada mesin cuci. Kalau Emak pergi ke rumahnya di Pulau Sebrang sana dan tidak akan kembali lagi, aku sudah tidak peduli. Ya, aku hanya belum bisa mencari uang sendiri dan ini sangat-sangat menyebalkan.

Sekolahan menjadi semacam tempat pelarian, tempat ini bisa membungkam isi kepala sehingga berhenti menyuarakan hal-hal yang tidak berguna. Di saat anak-anak seusiaku berpacaran dan menikmati rasanya kasmaran aku tidak tertarik. Konyol, membuang-buang waktu, menambah pemikiran saja, tidak berguna. Seketika satu sentuhan usil menghentikan lamunanku pagi ini.

“Ra, elu tau gak di ruangan BP ada anak IS 1...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp5,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Bronze
Ruang Gunjing
Robeni
Cerpen
Bronze
Arini
Khairul Azzam El Maliky
Cerpen
Ucup Si Programmer
Saputra
Cerpen
Sang Penembus Dua Sisi
Janeeta Mz
Cerpen
Jas Hujan Biru
aksara_g.rain
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Perempuan Pemakan Bangkai
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Mendekap Surga
Trippleju
Cerpen
Neli, Sang Pembantu Bisu
Shabrina Farha Nisa
Cerpen
Bronze
Tukang Tipu
Shinta Larasati
Cerpen
Mama Mia
Rahmaaa
Cerpen
HUBUNGAN-HUBUNGAN MEREPOTKAN
Azalia Lenka
Cerpen
Kisah Aksara
Alda Kusmono
Cerpen
Bronze
Pesugihan Abah Miun
Bisma Lucky Narendra
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Ruang Gunjing
Robeni
Novel
Bronze
Parabunga
Robeni
Cerpen
Bronze
Kucing Kecil
Robeni
Novel
Perkumpulan Kucing
Robeni