Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Bronze
Ruang Gunjing
0
Suka
556
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Kalau Bapak, pisah sama Emak. Kamu mau ikut siapa?”

“Ikut yang paling banyak duitnya.”

Obrolan pagi berakhir sesingkat itu. Setelah mengambil uang harian aku bergegas pergi ke sekolah, begitu saja. Tanpa mencium tangan Bapak. Entahlah, bukan aku tidak mau, tapi untuk apa? Biarlah itu menjadi kenangan masa kecilku saja. Ya, dulu aku tidak pernah sekalipun lupa mencium tangan orang yang makin tua itu.

Bapak tidak perah lagi bertanya untuk hal-hal yang ia rasa akan menyakiti hatinya. Aku senang sekali jika bisa membuat dia terdiam. Sama halnya dengan Emak, perempuan itu sudah tidak berani lagi memancingku untuk berkata-kata, dia lebih memilih sibuk dengan pasiennya.

Aku bukan anak yang pandai berkata-kata kasar meskipun dua orang dewasa itu secara tidak sadar mencontohkannya padaku. Aku tidak mau seperti mereka, dua manusia tua yang sepertinya tidak pernah dewasa.

Saat malam datang aku tidak pernah merasakan kesepian, isi kepalaku selalu berisik. Entah dari mana suara-suara itu datang padahal aku hanya terdiam dengan mata yang tidak pernah mudah terpejam. Aku benar-benar ingin segera terbebas dari, sekolah, rumah, dan kota sial ini.

Semudah malam meninggalkan kegelapan, pagi selalu datang setiap hari. Aku sudah bisa memasak saparan pagi sendiri, rice cooker sangat mempermudah untuk aku memasak nasi, mencuci baju, ada mesin cuci. Kalau Emak pergi ke rumahnya di Pulau Sebrang sana dan tidak akan kembali lagi, aku sudah tidak peduli. Ya, aku hanya belum bisa mencari uang sendiri dan ini sangat-sangat menyebalkan.

Sekolahan menjadi semacam tempat pelarian, tempat ini bisa membungkam isi kepala sehingga berhenti menyuarakan hal-hal yang tidak berguna. Di saat anak-anak seusiaku berpacaran dan menikmati rasanya kasmaran aku tidak tertarik. Konyol, membuang-buang waktu, menambah pemikiran saja, tidak berguna. Seketika satu sentuhan usil menghentikan lamunanku pagi ini.

“Ra, elu tau gak di ruangan BP ada anak IS 1...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp5,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Bronze
Ruang Gunjing
Robeni
Cerpen
Pahlawan Tanpa Tanda Apa-apa
Wina Alda
Cerpen
Bronze
AKU PULANG, MAK
Citra Rahayu Bening
Cerpen
Bronze
Tukang Tipu
Shinta Larasati
Cerpen
Menulis Haiku
Rafael Yanuar
Cerpen
Keseharian Yang Begitu Biasa
arkanaka
Cerpen
My Precious Boss
Lovaerina
Cerpen
1/2 Nakal & 1/2 Polos (Tetangga Ku)
muhamad fahmi fadillah
Cerpen
Bronze
RIN
Hesti Ary Windiastuti
Cerpen
Mamamia
Lany Inawati
Cerpen
Bronze
Mat Tabik
Bonari Nabonenar
Cerpen
Bronze
Masakan Ibu
Noveria Retno Widyaningrum
Cerpen
Dunia Cermin
Chiavieth Annisa06
Cerpen
Bronze
Bos Tapi Suami
Farida Zulkaidah Pane
Cerpen
Déjà Vu
Firman Fadilah
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Ruang Gunjing
Robeni
Novel
Bronze
Parabunga
Robeni
Cerpen
Bronze
Kucing Kecil
Robeni
Novel
Perkumpulan Kucing
Robeni