Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Bronze
Ruang Gunjing
2
Suka
5,717
Dibaca

“Kalau Bapak, pisah sama Emak. Kamu mau ikut siapa?”

“Ikut yang paling banyak duitnya.”

Obrolan pagi berakhir sesingkat itu. Setelah mengambil uang harian aku bergegas pergi ke sekolah, begitu saja. Tanpa mencium tangan Bapak. Entahlah, bukan aku tidak mau, tapi untuk apa? Biarlah itu menjadi kenangan masa kecilku saja. Ya, dulu aku tidak pernah sekalipun lupa mencium tangan orang yang makin tua itu.

Bapak tidak perah lagi bertanya untuk hal-hal yang ia rasa akan menyakiti hatinya. Aku senang sekali jika bisa membuat dia terdiam. Sama halnya dengan Emak, perempuan itu sudah tidak berani lagi memancingku untuk berkata-kata, dia lebih memilih sibuk dengan pasiennya.

Aku bukan anak yang pandai berkata-kata kasar meskipun dua orang dewasa itu secara tidak sadar mencontohkannya padaku. Aku tidak mau seperti mereka, dua manusia tua yang sepertinya tidak pernah dewasa.

Saat malam datang aku tidak pernah merasakan kesepian, isi kepalaku selalu berisik. Entah dari mana suara-suara itu datang padahal aku hanya terdiam dengan mata yang tidak pernah mudah terpejam. Aku benar-benar ingin segera terbebas dari, sekolah, rumah, dan kota sial ini.

Semudah malam meninggalkan kegelapan, pagi selalu datang setiap hari. Aku sudah bisa memasak saparan pagi sendiri, rice cooker sangat mempermudah untuk aku memasak nasi, mencuci baju, ada mesin cuci. Kalau Emak pergi ke rumahnya di Pulau Sebrang sana dan tidak akan kembali lagi, aku sudah tidak peduli. Ya, aku hanya belum bisa mencari uang sendiri dan ini sangat-sangat menyebalkan.

Sekolahan menjadi semacam tempat pelarian, tempat ini bisa membungkam isi kepala sehingga berhenti menyuarakan hal-hal yang tidak berguna. Di saat anak-anak seusiaku berpacaran dan menikmati rasanya kasmaran aku tidak tertarik. Konyol, membuang-buang waktu, menambah pemikiran saja, tidak berguna. Seketika satu sentuhan usil menghentikan lamunanku pagi ini.

“Ra, elu tau gak di ruangan BP ada anak IS 1...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp5.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Bronze
Ruang Gunjing
Robeni
Cerpen
Bolehkah Aku Hidup Di Belakang Gigimu?
Sabrina Sabila Dwi Hikmah
Cerpen
Bronze
Pelanggan Terbaik
Titin Widyawati
Cerpen
Bahasa Bunga
zain zuha
Cerpen
Bronze
Neraka Yang Terulang
Nuniek Sobari
Cerpen
Ngalor-ngidul Di Tongkrongan
Fann Ardian
Cerpen
Bronze
Jejak Dunia Maya
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Bronze
Mantra Untuk Yunan
N. HIDAYAH
Cerpen
CAHAYA DI TENGAH BADAI
sangberuangtidur
Cerpen
Brownies Dalu
Hary Silvia
Cerpen
Bronze
Di antara kopi pahit dan Langit kosong
Langitttmallam
Cerpen
Counter Clockwise
Nida C
Cerpen
Batas Pacuan
Kopa Iota
Cerpen
Bronze
Syamsul dan Senja yang Jujur
Desto Prastowo
Cerpen
Afeksi Sang Rasi Phoenix
Fianaaa
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Ruang Gunjing
Robeni
Cerpen
Bronze
Kucing Kecil
Robeni
Novel
Bronze
Parabunga
Robeni
Novel
Perkumpulan Kucing
Robeni