Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku selalu percaya bahwa hidup punya caranya sendiri untuk memberi kejutan. Ada pertemuan yang terasa kebetulan, tapi ternyata jadi titik balik dalam hidup. Begitu juga saat aku bertemu dengannya—Arvan.
Hari itu aku hanya ingin menenangkan diri di sebuah kafe kecil di sudut kota. Tempatnya sederhana, tidak pernah terlalu ramai, dan itu yang kusukai. Aku duduk di dekat jendela, membuka buku catatan, mencoba menuliskan sesuatu yang entah apa. Pulpenku jatuh ke lantai, bergulir hingga kaki meja seberang.
Seorang laki-laki meraihnya lebih dulu. “Ini punyamu?” tanyanya sambil mengulurkan pulpen itu.
Aku mendongak. Rambutnya agak berantakan, wajahnya teduh, ada sorot mata yang hangat. Aku mengangguk singkat, menerima pulpen itu. Seharusnya selesai di situ, tapi kemudian ia bertanya, “Boleh duduk di sini? Kayaknya meja lain penuh.”
Aku melirik sekeliling. Nyatanya masih ada kursi kosong, tapi entah kenapa aku hanya mengangguk. Ia duduk, lalu memesan kopi hitam.
Awalnya kami diam. Aku pura-pura sibuk dengan catatan, sementara ia memainkan ponselnya. Tapi akhirnya ia membuka obrolan.
“Kamu suka nulis?” tanyanya sambil melirik bukuku.
Aku mengangguk ragu. “Cuma hobi. Nggak ada yang spesial.”
Dia tersenyum. “Aku nggak bisa nulis, tapi suka dengar orang cerita. Menurutku setiap orang punya kisah,...