Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Rig Minyak
0
Suka
2,022
Dibaca

Bab 1: Kedatangan di Laut Mati

Gelombang bergulir tak sabar, menghantam lambung kapal survei MV Nautilus dengan dentuman tumpul. Di geladak yang licin dan dihempas angin garam, Dr. Elara Vance memegang erat pagar pembatas, matanya menyipit menembus kabut tebal yang menyelimuti Laut Makassar. Di depannya, siluet raksasa dari Rig Minyak Triton-7 mulai terlihat, menjulang dari lautan seperti kerangka logam kuno yang diukir dari ketidakpastian. Triton-7 adalah hantu yang berkarat, sebuah peninggalan dari kejayaan minyak yang telah lama meredup, dan sekarang menunggu untuk dimatikan selamanya.

"Selamat datang di kuburan baja, Dok," suara bariton kasar dari Kapten Jati memecah lamunan Elara. Pria bertubuh kekar dengan kulit terbakar matahari itu menunjuk ke arah rig dengan jempolnya. "Biasanya ramai, sekarang seperti kota mati. Cadangan minyaknya habis, katanya. Atau... yang lainnya." Jati mengakhiri kalimatnya dengan seringai samar yang tidak mencapai matanya, sebuah gurauan muram yang entah bagaimana menggetarkan saraf Elara.

Elara adalah seorang ahli geologi kelautan, seorang pragmatis yang hidup dengan data dan analisis. Misi timnya adalah melakukan survei seismik terakhir di dasar laut sekitar Triton-7, mengonfirmasi tidak adanya kantung minyak tersembunyi yang tersisa sebelum rig itu dinonaktifkan dan dibongkar total. Ini adalah pekerjaan rutin, meskipun lokasinya terisolasi. Namun, sejak awal, ada perasaan tidak nyaman yang merayapi benaknya.

Tim Elara terdiri dari tiga orang:

* Dr. Ben Carter: Ahli geofisika, seorang pria jangkung dan cerdas dengan kacamata tebal, yang sering kali terlalu bergantung pada teori dan sering sedikit gugup. Dia adalah orang yang paling metodis, tetapi juga yang paling rentan terhadap kecemasan di bawah tekanan.

* Maya Rahman: Teknisi sonar dan operator ROV (Remotely Operated Vehicle) yang brilian, seorang wanita muda yang cekatan dan praktis, biasanya menjadi penyeimbang antara Ben yang teoritis dan Elara yang berorientasi data. Dia memiliki intuisi tajam dan cenderung memercayai instingnya.

* Armand: Pria pendiam, seorang penyelam komersial berpengalaman yang ditugaskan untuk membantu pemasangan sensor bawah air dan sebagai tenaga cadangan dalam kondisi darurat. Tubuhnya kekar, wajahnya serius, dan matanya selalu memindai sekeliling dengan waspada. Dia adalah veteran yang telah melihat banyak hal di laut.

Mereka telah menghabiskan dua hari perjalanan laut dalam cuaca yang semakin memburuk. Kabut telah menebal menjadi dinding susu yang tak tertembus, dan gelombang semakin tinggi, membuat perut Elara bergejolak. Sistem komunikasi kapal sudah mulai mengalami gangguan sporadis, bisikan statis yang datang dan pergi, menambah rasa terisolasi mereka.

Ketika MV Nautilus akhirnya bersandar di salah satu platform tambat Triton-7, kesan pertama rig itu bukanlah kemegahan industri, melainkan sebuah monumen sepi untuk sebuah kegagalan. Baja-baja berkarat diselimuti lumut laut dan karat oranye. Tidak ada suara mesin, tidak ada aktivitas manusia. Hanya desingan angin laut yang menerpa struktur logam dan deburan ombak di bawahnya.

"Ada kru pemeliharaan di sini?" tanya Ben, suaranya sedikit lebih tinggi dari biasanya, saat mereka melangkah ke geladak utama rig. Lampu-lampu darurat yang berkedip-kedip memberikan penerangan yang minim, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang menari-nari seperti hantu.

"Hanya beberapa, Dok," jawab Kapten Jati. "Menjaga agar tidak roboh sebelum dibongkar. Mereka ada di ruang kontrol utama. Mungkin." Jati sengaja menambahkan kata "mungkin," mempermainkan saraf mereka.

Saat mereka melintasi jembatan penghubung yang berkarat menuju bangunan inti rig, udara dingin yang menusuk menyergap mereka, bukan hanya dinginnya angin laut, tapi sebuah kedinginan yang terasa tidak wajar. Kemudian, Elara menciumnya. Sebuah aroma aneh yang tipis, seperti campuran logam basah, ozon, dan sesuatu yang busuk namun sulit didefinisikan, mirip bau tanah liat basah yang telah lama mati. Aroma itu bukan bau rig minyak pada umumnya; ini adalah sesuatu yang lebih tua, lebih primitif.

"Baunya aneh, ya?" bisik Maya, hidungnya berkerut. "Bukan bau minyak, bukan bau laut. Seperti... sesuatu yang tidur di bawah sini."

Ben, yang biasanya paling skeptis, tampak pucat. "Mungkin hanya korosi dan endapan garam laut, Maya. Rig tua."

Namun, Elara tidak yakin...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp14.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Rig Minyak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arga
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
wajah kedua
Tulisan Tinta16
Novel
Bunuh Diri
Muhammad Nasrulami
Novel
Jangan Tidur di Sekolah
abil kurdi
Novel
Gold
Misteri Sanggar Cinta
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Berdansa Dengan Hantu
Adnan Fadhil
Flash
Bronze
Suara Gamelan di Sungai
Risti Windri Pabendan
Flash
Malaikat Maut
Ahmad R. Madani
Komik
BUDI
Muucing
Flash
Adik ku.
Alyssa zalika. A
Cerpen
Bronze
Bidan Sofia
Christian Shonda Benyamin
Novel
Pesawat Dan Mereka Yang Tidak Terlihat
annastasia
Cerpen
Pocong di Zoom Meeting
Kingdenie
Novel
Tok... Tok... Tok...
Rizka Dahlila
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Rig Minyak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arga
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bidan Sofia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kata Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang - Bayang Kaktus Berdarah Seri 02
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Tidak Sakit
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Bersama Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pusaka Naga Hitam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Suara Dari Frekuensi Mati
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang - Bayang Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dia Bukan Bayi Ku
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
Di Balik Tirai
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Email Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang Bayang Dokter
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Yamero
Christian Shonda Benyamin