Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
RENCANA TERAKHIR
(By : Setiyarini)
Hujan lebat pagi itu tidak menyurutkan semangat delapan anak mahasiswa, yang terdiri dari Bayu, Nisa, Sarah, Tio, Agung, Yogi, Maryam, dan Luthfi, untuk mewujudkan rencana mereka, mengisi liburan akhir semester ganjil.
Delapan mahasiswa ini adalah gabungan mahasiswa fakultas seni rupa dan ilmu budaya, yang sementara waktu ingin melepas penat dari hiruk pikuknya ibu kota dan padatnya rutinitas kampus. Kegiatan mengisi waktu seperti ini, biasa mereka lakukan setiap masa liburan perkuliahan tiba.
Pada trip liburan kali ini mereka memutuskan untuk menghirup udara segar di daerah pedesaan bernuansa pegunungan, tepatnya di kota G.
Syukurnya, saat melalui jalur tol hujan tidak lagi turun, bahkan cuaca begitu bersahabat, namun ketika hampir sampai di kota tujuan, cuaca kembali mendung.
Setelah menempuh kurang lebih empat jam perjalanan dari Jakarta, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak, singgah untuk makan siang di sebuah rumah makan lesehan, yang letaknya di pinggir jalan arah kota G.
"Nah genks.. sekarang kita istirahat makan siang dulu ya di sini. Rumah makan ini biasa jadi tempat langganan, kalo gue n keluarga mudik ke kota C", ujar Bayu sambil mengarahkan mobilnya ke rumah makan itu.
"Wah enak banget ya jadi lo Bay, mudiknya ke daerah pegunungan begini, jadi enggak sabar gue pengen buru-buru nyampe di lokasi yang kita tuju", sahut Tio, yang duduk di sebelah Bayu sambil melepas sabuk pengaman.
"Memang perjalanan kita masih berapa lama lagi sih Bay ?, udah deket kan ?, pada pegel nih badan sama kaki gue, gak sabar pengen rebahan", celetuk Sarah yang duduk di jok tengah, sambil menguap dan menguletkan tubuhnya.
"Udah kalian tenang aja, pokoknya sebentar lagi kita bakal nyampe ke lokasi yang kita tuju. Nanti kalau sudah sampai sana, gue jamin kalian bisa istirahat sepuasnya deh di sana", tandas Bayu sambil meyakinkan teman-temannya.
"Ayo ah.. sekarang kita isi perut dulu yang penting.. emang kalian pada enggak laper ?", celetuk Tio sambil turun dari mobil dan menutup pintu.
"Laper lah yo, tadi pagi baru keisi teh anget sama roti aja nih perut gue", cetus Sarah yang juga turun dari mobil dan menutup pintu.
Tiba-tiba Bayu menyapa Nisa yang turun dari mobil, dan lebih banyak diam di sepanjang perjalanan, sontak Nisa pun kaget, "Nisa.. lo sehat ?, baik-baik aja kan ?, gue perehatiin lo diem aja Nis dari berangkat tadi pagi”.
"Tau lo Nis.. jangan diem mulu, gue ngeri lo kesambet !, entar kita juga yang repot", celetuk Tio sambil berkelakar.
"Udah kalo lo lagi punya masalah mending ngomong aja deh Nis, gak baik juga dipendem sendirian", tukas Yogi sambil memegang bahu Nisa.
"Ih kalian yang kenapa, orang gue baik-baik aja kok, ya cuma kepala gue agak pusing aja sih sedikit", cetus Nisa dengan nada sedikit kesal.
"Hahaha.. Nisa.. Nisa.. lo pusing karena gak biasa perjalanan jauh atau pusing sama bacotnya Tio yang gak mau diem sepanjang jalan tadi ?, udah ngaku aja deh Nis !", tukas Sarah sambil berkelakar.
"Eh apaan lo Sar ?, justru gue sepanjang jalan tadi berisik biar Bayu enggak ngantuk, bener kan Bay maksud gue Bay ?", tanya Tio pada Bayu dengan nada sedikit merayu.
"Oh gitu maksud lo yo ?, aduh sori ya kalo musiknya tadi gue kencengin, biar balance aja gitu maksudnya, suara lo kan jadi ketutup sama itu musik, hahaha...", ujar Bayu sambil berkelakar.
"Wah sialan lo Bay, berarti lo enggak menghargai niat baik gue kalo gitu Bay, ckckck..", sahut Tio sambil menggelengkan kepala, dan yang lain pun ikut tertawa.
"Aduh Tio..Tio.. bener-bener deh, gak ada lo pasti gak rame ya.., eh jangan ge-er dulu ya", celetuk Maryam yang datang menghampiri Tio, Bayu, Nisa, Sarah, dan Yogi.
“Eh gaes.. emm kalo kita balik kanan aja gimana ?, perasaan gue agak gimana gitu”, ujar Nisa dengan cemas.
“Ah lo Nis.. kalau gak niat ikut ngapain pakai ikut ?!, sekarang kita udah sampai sini, kalo gak mau ikut ya pulang aja sana sendiri !, nyusahin aja lo !”, cetus Tio dengan geram.
Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara seorang juru parkir, yang sudah berdiri di belakang mereka, "Punten Aa-Aa.. dan teteh-teteh.. kalian pasti dari Jakarta ya ?, pada mau ke mana ini ?, mau liburan ?", tanya juru parkir itu.
"Oh iya kang, kami dari Jakarta, mau liburan, ke kota G", sahut Maryam.
"Ooh ke mananya di kota G nanti ?", tanya juru parkir itu lagi.
"Ke dusun Situ Hejo kang, kami mau liburan ke sana. Masih jauh enggak kang ya ?", celetuk Bayu dan balik bertanya pada juru parkir itu.
"Iya sebenarnya sudah tidak terlalu jauh juga sih dari sini, ada sekitar satu jam setengah lagi, cuma jalannya harus hati-hati, sering terjadi kecelakaan menuju dusun itu, maklum banyak tikungan tajam", tandas juru parkir itu, sambil menjelaskan medan yang akan dilalui oleh para mahasiswa tersebut.
"Oke kang, terimakasih banyak udah ngingetin kami tentang kondisi jalan yang mau kami lalui nanti", sahut Bayu.
"Sama-sama a, ini berarti kalian menginap ya nanti di sana ?", tanya juru parkir itu lagi.
"Ya pastinya kang, karena perjalanan kami kan jauh, jadi butuh beberapa hari sih kami liburan di sana", celetuk Luthfi.
“Oh iya pesan saya, jangan lupa kalian untuk jaga sikap dan ucapan selama perjalanan nanti, begitu juga ketika di sana, karena kalian kan dari kota, jadi penting sekali jaga sikap dan ucapan ketika di sana nanti”, tukas juru parkir itu sambil menasehati.
“Ya kalau soal itu sih enggak perlu diingetin lagi, kami juga tau kang bagaimana harus bersikap dan berucap di tempat yang belom pernah kami datengin”. Celetuk Agung dengan nada agak kesal.
“Ya punten a.., saya hanya sekedar mengingatkan”, sahut juru parkir itu dengan nada merendah.
Kemudian tiba-tiba seorang satpam menghampiri mereka dan meminta mereka untuk masuk ke dalam rumah makan. "Permisi Aa dan teteh semua, mohon ma'af, apakah pemilik mobil warna silver metallic pemiliknya di antara kalian ?, tolong dibantu parkirnya disesuaikan sama garis yang ada di parkiran ini ya.., biar enggak menghalangi mobil tamu lainnya yang mau masuk”. Ujar satpam itu dengan nada sopan pada mereka.
"Oh iya punya saya pak.., maaf saking fokusnya sama obrolannya kang parkir, jadi enggak bener nih saya parkirnya", ucap Bayu.
“Apa ?!, tukang parkir ?, mana ada tukang parkir di sini ?, enggak ada tuh juru parkir di rumah makan ini”, tandas satpam itu dengan mimik keheranan.
“Loh bapak gimana sih, baru ya kerja di sini ?, ya kang parkir rumah makan ini lah”, celetuk Maryam dengan nada sedikit meninggi.
“Saya sudah tiga tahun teh saya kerja di rumah makan ini, tapi juru parkir yang terakhir kerja di sini itu adanya seminggu yang lalu, karena ya enggak datang-datang lagi ke sini dan enggak ada yang tau kabar dia sampai sekarang”, tandas satpam itu dengan nada meyakinkan delapan mahasiswa itu.
“Tapi beneran tadi ada kok pak, kami sempat ngobrol sebentar sama juru parkir itu, emang bapak enggak melihat kami tadi ngobrol sama juru parkir di sini ?”, celetuk Sarah yang berusaha meyakinkan satpam itu, sontak teman-temannya pun ikut bingung, karena akang juru parkir yang mereka maksud tiba-tiba sudah tidak ada di dekat mereka.
“Punten, yang saya lihat dari kejauhan, sejak kalian tiba di sini, saya hanya melihat kalian berkerumun di parkiran ini, ya hanya melihat kalian saja, tidak ada orang lain lagi selain kalian. Kalian delapan orang kan ?”, tanya satpam itu untuk memastikan.
“Iya kami berdelapan pak”, celetuk Yogi.
“Nah dari awal kalian datang sampai sekarang kan tetap delapan orang, artinya ya hanya kalian saja, tidak ada orang lain lagi”, sahut satpam itu.
“Iya betul pak, terus juru parkir tadi siapa dong gaes ?, kok tiba-tiba gak ada ?, ke mana perginya ya tu orang ?, cepet banget ngilangnya”, celetuk Bayu dengan ekspresi wajah kebingungan.
“Punten lagi ya a.. teh.., saya datengin kalian ini karena saya melihat kalian agak lama berkerumun di parkiran ini sejak tadi, di tambah lagi saya lihat mobil kalian ini parkirnya menutupi jalan masuk ke rumah makan ini, kan kasihan kalau ada tamu lain yang mau ke sini untuk makan. Jadi tadi saya yang ditegur oleh menejer rumah makan ini, untuk memberitahu aa-aa dan teteh-teteh ini agar parkirnya yang benar”, tandas pak satpam itu yang berusaha untuk menjelaskan pada para mahasiswa itu.
“kalau begitu maaf ya pak, oke kalau begitu kami masuk dulu mau pesan makan”, cetus Bayu.
“oiya silakan, selamat menikmati menu khas sundaan di rumah makan ini ya”, sahut satpam itu dengan ramah.
Masih dengan perasaan bingung dan penuh tanda tanya di kepala mereka, akhirnya mereka masuk ke rumah makan itu dan memesan beberapa makanan.
Ketika seorang pramusaji perempuan sedang mencatat daftar menu makanan yang mereka pesan, Agung bertanya karena rasa penasarannya soal juru parkir tadi. "Teh, ngomong-ngomong, rumah makan ini memang gak ada juru parkir ?".
Sambil mengernyitkan dahinya, pramusaji perempuan itu menjawab pertanyaan Agung dengan mimik bingung. "Emm.. akang juru parkir yang mana ya a' ?, sudah seminggu ini kita enggak ada juru parkir a".
Ya, setelah mendengar jawaban dari pramusaji perempuan itu, wajah delapan mahasiswa itu pun bingung dan tegang.
Satu jam setengah kemudian, setelah perut terasa kenyang, dan rasa lelah agak mereda, delapan mahasiswa itu melanjutkan perjalanannya kembali dengan mini bus milik Bayu.
"Kalian denger sendiri kan apa yang tadi dijelasin juga sama teteh pelayan itu ?, bikin bingung tau enggak sih ?, jelas-jelas tadi kita ngobrol sama kang parkir, tapi kata satpam tadi, Cuma lihat kita doang. Jangan-jangan kang parkir tadi hantu tuh", celetuk Agung yang duduk paling belakang.
“Huuss.. sembarangan aja lo kalo ngomong, inget kata juru parkir tadi, jaga ucapan jaga sikap Gung..”, sahut Luthfi yang duduk di sebelah Agung sambil menegakkan sandaran kursi.
Sementara itu Yogi dan Sarah pun gelisah memikirkan penjelasan yang disampaikan oleh satpam rumah makan itu.
"Aduh kok jadi berdiri begini bulu kuduk gue gaes, setelah denger ceritanya pak satpam dan jawaban teteh pelayan tadi, kalian ngerasa aneh gak sih ?", ujar Yogi sambil meringkukkan kedua bahunya, dan sambil menggosok-gosok tangan serta tengkuknya.
"Ah elaah apaan sih lo Yog.. bikin gue jadi takut aja, iya gue juga merinding nih.. berdiri bulu kuduk gue..", sahut Sarah yang juga menggosok-gosok tangannya yang merinding.
"Udah aah enggak usah pada mikir yang enggak-enggak deh, jangan sampe kebawa pikiran ke lokasi nanti ya.., yang gue paling takutin sekarang justru Nisa nih yang lagi banyak diem, sariawan ya Nis ?, hehehee", celetuk Bayu pada teman-temannya sambil berkelakar.
“Ih apaan sih lo Bay ?, udah kalian tenang aja, gue gak papa, gue mau lanjut tidur dulu ah, abis makan ngantuk”, tandas Nisa yang duduk di kursi tengah, sambil menyandarkan kepalanya dengan lebih rendah, dan sebetulnya Nisa tidak sedang tidur, dia hanya berpura-pura tidur agar terlihat tenang di depan teman-temannya.
Perjalanan mereka menuju dusun Situ Hejo di kota G setelah makan siang itu diiringi hujan gerimis, sehingga membuat medan yang dilalui semakin menantang, dengan Jalur yang banyak tikungan, ada yang menanjak dan menurun serta licin, bahkan tak jarang mobil mereka melalui jurang-jurang terjal di kanan kiri jalan .
Sayangnya perjalanan mereka tak hanya terhalang oleh hujan gerimis saat itu, namun juga terhalang oleh sekerumunan orang, yang sedang menyaksikan laka lantas, sebuah mini bus yang jatuh ke jurang.
“Aduh ada apa lagi sih di depan ?, menghambat aja”, celetuk Tio yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
“Biasa, kecelakaan”, sahut Bayu.
“Aduh tapi gak biasa buat gue Bay. Itu orang-orang pada nontonin apaan sih ?, rame bener”, ujar Tio sambil melihat-lihat kondisi jalan di sekelilingnya.
Daerah ini kayanya memang rawan kecelakaan, gue jadi inget kata-kata juru parkir rumah makan tadi”, cetus Sarah, sambil melihat-lihat situasi sekeliling jalan dari kaca mobil.
“Udah ah, masih diinget-inget aja lo Sar kata-kata mereka”, tandas Tio kesal, kemudian mengeraskan suara lagu yang sedang diputar dalam mobil.
Ketika mobil yang membawa mereka menanjak, tiba-tiba saja mesin mobil itu mati, karna tidak kuat menanjak, lalu mereka pun turun dan bekerja sama untuk mendorong mobil yang mereka naiki dengan sekuat tenaga.
“Aduuuh ada-ada aja sih Bay ?, sebelum berangkat emang enggak lo cek dulu nih kondisinya ?, gagal deh gue mau menikmati perjalanan”, celetuk Agung bernada kesal dan bermuka masam.
“Udah lah bro, sepanjang jalan tadi aman-aman aja kan ?, baru ini juga kan mogoknya. Ini mobil udah gue taruh di bengkel tiga hari sebelum berangkat, sehari sebelum kita berangkat udah gue pastiin lagi aman kok”, tandas Bayu kepada teman-temannya, memastikan bahwa mobilnya aman.
“Dorong Gung.. ah elo ngedumel mulu dari tadi”, cetus Luthfi yang kesal dengan Agung.
“Gue udah ikut dorong ini, emang dasar medannya juga susah.. menanjak gini.. huh !”, sahut Agung ketus.
“Aaaarrgghh… aduhh berat.. sori gue gak kuat, dada gue sesak, takut asma gue kambuh di sini”, cetus Maryam dengan nafas tersengal-sengal.
“Ya udah dorong ke aja ke pinggir pelan-pelan ya gaes..”, cetus Bayu sambil mengemudikan mobilnya yang mogok .
Bayu dan teman-temannya, Agung, Tio, Luthfi, Yogi, dan Sarah, mereka terus berdebat sambil berupaya agar mobil Bayu yang mogok di jalan menanjak itu bisa sampai di tepi jalan, sementara itu Nisa menuntun Maryam yang merasakan sesak di dadanya, berjalan ke warung kecil di pinggir jalan untuk beristirahat.
“Mar.. lo gak apa-apa ?, masih kuat kan ?, gue tuntun lo istirahat di warung kecil itu ya..”, ucap Nisa, sambil menuntun Maryam berjalan ke warung kecil di pinggir jalan.
Tiba-tiba, braaaakkkk…., terdengar suara dentuman keras menggelegar, bak suara bom yang meledak, dan jeritan histeris orang-orang yang berada di sekitar lokasi jalan menanjak itu.
Nisa dan Maryam yang sedang berjalan menuju warung di pinggir jalan pun langsung membalikan tubuh mereka, dan melihat pemandangan pilu yang tak pernah mereka duga sebelumnya.
“Hah !... Aaaaa….. enggaaakkk… Sarah… Bayu… Luthfi… Agung… Yogi… Tio… enggaaakkk… ini enggak mungkin… gaeeesss….”, Maryam sambil terbelalak dan menjerit histeris. Ia menangis sambil memanggil keenam orang temannya yang menjadi korban kecelakaan di jalan menanjak itu.
Ya, sebuah truk tangki minyak yang tak kuat menanjak ternyata telah hilang kendali, dan berjalan meluncur mundur kencang sekali, sehingga menabrak habis beberapa kendaraan di belakangnya, termasuk mini bus milik Bayu yang sedang didorong menuju ke pinggir jalan.
Sementara itu Nisa dengan mata yang terbelalak, jantung yang berdegub kencang, pikiran yang bingung seperti orang linglung, yang entah harus berbuat apa saat kecelakaan itu terjadi, hingga kemudian tangisnya pun pecah melihat situasi dan kondisi teman-temannya yang mengenaskan.
Pada peristiwa tragis itu, sebagian kendaraan yang tertabrak ada yang terperosok ke dalam jurang, bahkan separuh body truk tangki itu pun sudah menyentuh bibir jurang.
Ya, perjalanan dalam rangka mengisi waktu liburan di hari itu ternyata menjadi rencana terakhir mereka.
Sekilas kisah juru parkir misterius.
Ketika delapan mahasiswa itu singgah di rumah makan lesehan di pinggir jalan menuju kota G, mereka sempat bertemu dan mendapat nasehat dari seorang juru parkir di rumah makan itu, bahwa mereka diharapkan untuk berhati-hati melalui jalan menuju sebuah dusun yang akan mereka tuju.
Kemudian sewaktu mereka menempuh perjalanan ke tempat yang mereka tuju, mereka sempat melihat sekerumunan orang yang sedang melihat ada sebuah mini bus yang masuk ke jurang, sementara pengemudinya meninggal. Ya, bahwa juru parkir misterius yang berbicara dengan mereka di parkiran rumah makan itu, sebenarnya adalah jiwa dari juru parkir yang menjadi korban laka mini bus terjun ke jurang, di area jalan menanjak yang mereka lalui itu.
Sekilas kisah Bayu.
Sewaktu mereka berangkat di pagi itu, hujan lebat tidak berhenti sejak malam, namun sebenarnya Bayu sempat dilarang oleh ibunya untuk pergi bersama kawan-kawannya, dalam mewujudkan rencana liburan kuliah mereka.
Menjelang kepergian anaknya di waktu pagi, ibu dari Bayu memiliki firasat buruk, yang ditandai dengan turunnya hujan yang tak henti-hentinya sejak malam hari, bahkan ibu Bayu begitu mengerti medan menuju ke dusun yang Bayu dan kawan-kawannya tuju, bahwa bila sedang musim penghujan, akses menuju daerah itu terbilang dapat membahayakan keselamatan bagi pengendara yang tidak biasa melalui jalur tersebut.
Sekilas kisah Nisa.
Nisa adalah mahasiswi fakultas ilmu budaya jurusan sastra Indonesia. Kecintaannya akan kearifan budaya lokal kedaerahan menjadi tujuan utama dari dirinya, sehingga ia memutuskan untuk ikut ajakan dari ketujuh teman-temannya itu.
Nisa sendiri merupakan gadis yang pendiam, dan memang tidak suka banyak bicara, ia sangat menyukai tempat-tempat yang jauh dari keramaian dengan pemandangan indah. Ia juga memiliki kesamaan dengan ibu dari Bayu, yaitu firasat yang tajam, itulah mengapa ia lebih banyak diam ketika masih bersama ketujuh kawan-kawannya saat dalam perjalanan.
Ya, tragedi mengenaskan itu telah membuat Nisa dan Maryam begitu terpukul, bahkan mengalami syok yang berkepanjangan.
*********************************