Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Gak ada yang namanya kebetulan kalau belum coba terjun ke dunianya. Iya, kala itu Tio sendirian mencari rahasia yang belum terungkap sejak lama. Sebelumnya, Tio memang sudah mengincar apa yang dicarinya selama ini dan ternyata benda itu ada di rumah pak tua dekat perbatasan sungai di desanya. Untuk mendapatkan benda itu, Tio harus mengendap-endap dari kejauhan karena tak ingin terlihat oleh pak tua. Tio seorang yang nekad, rasa penasarannya yang begitu besar membuat dia kini terjebak.
“Sial. Kenapa harus kena jebakan ini.” Ucap Tio frustasi karena terjebak di lorong cerobong asap di rumah pak tua itu.
Krett.. krett..
Suara engsel pintu itu mulai terbuka kembali.
Ternyata, pak tua menyadari ada orang di cerobong asap rumahnya. Pak tua pun mencoba mendekat dan memanggil Tio.
“Kemarilah Nak, sedang apa kau disana?” ucap pak tua dengan sikap dingin.
Tio pun kebingungan mengapa pak tua itu mengetahui keberadaan dirinya. Tio tak langsung turun karena dia bingung harus bertindak seperti apa kepada pak tua itu. Namun, pak tua tetap memaksanya turun karena merasa terganggu dengan kehadiran orang asing dirumahnya.
“Kenapa dia tahu kalau aku disini? Aduh, gimana nih. Gak ada cara lain selain aku harus temuin pak tua itu.” Ujar Tio sambil menahan pegangannya diantara lubang cerobong asap.
“Cepat Nak, jangan berlama-lama. Saya tahu kamu disana. Cepat turun,” ucap pak tua sambil sedikit marah.
Karena pegangannya semakin lama semakin tak tahan lagi, Tio pun akhirnya turun dengan muka berabu dan pakaian sedikit berdebu karena cerobong asap itu.
“Uhukk..uhukk,” Tio sedikit batuk.
“Kenapa Nak. Ada apa kau kesini? Saya tahu kamu pasti kesini, jadi jangan heran kalau saya tahu keberadaanmu yang pasti ada dan datang kesini,” ucap pak tua itu dingin.
Tio pun masih heran dengan pak tua itu mengapa dia tahu keberadaannya.
“Sudahlah Nak. Duduk sebentar, gak akan apa-apa.” Ucap pak tua itu sambil menuju ke arah kotak kayu lusuh diatas mejanya.
Tio pun kemudian duduk sambil berjaga-jaga takut pak tua itu marah karena keberadaannya di rumah pak tua tanpa pamit-pamit.
“Aku harus hati-hati, jangan sampai pak tua tahu kalau aku mengincar benda itu,” ucap Tio dalam hati. Kemudian Tio melihat pak tua mendekat menuju meja rumahnya. “Mau kemana lagi pak tua itu jadi heran saya?” ucap Tio dalam hati.
Pak tua kemudian membuka kotak kayu lusuh yang ada di atas meja. Perlahan-lahan dia buka, namun sayang engsel kotaknya berkarat sehingga macet saat dibuka. Pak tua pun menyuruh Tio untuk mendekat.
“Sini Nak. Sini,” ucap pak tua sambil melambaikan tangannya pada Tio.
Tio pun sedikit canggung takut ada hal yang tidak mengenakkan mengenai dirinya. Dia pun bingung harus mendekat atau diam saja.
“Sini Nak, tak apa. Ada hal penting yang ingin saya tunjukkan. Tenang saja Nak, saya gak marah karena kamu masuk tanpa izin ke rumah ini walaupun pintu belakang jadi susah di kunci dan tanaman juga ada yang sedikit benyek,” ucap pak tua itu.
Tio pun sedikit malu karena ulah nekadnya itu dan ternyata pak tua tahu kalau ada orang yang datang ke rumahnya lewat ulah nekad Tio yang meninggalkan jejak. Tio pun kemudian mendekat ke arah pak tua itu dan meminta maaf karena ulahnya.
“Maaf pak gak sengaja. Lain kali gak diulangi lagi. Janji,” ucap Tio kepada pak tua.
“Iya, lain kali kalau datang dan bertamu harus baik-baik ya. Jangan mentang-mentang terbawa cerita aneh-aneh dari orang jadinya kamu nekad. Padahal semua orang yang kamu temui belum tentu benar sikapnya dengan apa yang orang lain bicarakan, jadi kalau ada maksud dan tujuan yang penting, langsung bicarakan kepada orangnya jangan mencari strategi untuk mendapatkan yang dicari dengan cara sembunyi-sembunyi, ya hasilnya gini sia-sia juga kan?” ucap pak tua itu sambil sedikit menggurui Tio.
“Iya pak, sekali lagi saya minta maaf. Sebenarnya saya seperti ini karena saya takut sama bapak. Memang benar banyak omongan tidak sedap mengenai bapak di luaran sana. Jadi saya nekad untuk mencari barang itu untuk mengungkap rahasia besar yang selama ini tersimpan rapat dan siapa tahu saya bisa membantu bapak untuk mengembalikan nama bapak di luaran sana karena kalau dilihat-lihat ternyata bapak ini baik juga ya,” ucap Tio dengan nada sedikit segan.
“Sudahlah gak usah bahas itu. Sekarang tolong bantu saya, gimana caranya membuka kotak ini, engselnya sudah karatan jadi macet,” kata pak tua itu sambil tetap berusaha membuka kotaknya.
“Oh iya pak, biar saya coba buka.” Tio pun penasaran dengan isi kotak itu dan mencoba bertanya. “Memangnya isi kotak ini apa pak, seperti sudah lama?”
“Ya itu,” pak tua sedikit ragu untuk menjelaskannya.. “Sudah buka saja dulu gak usah banyak omong dan jangan sampai dirusak juga.” Ucap pak tua itu sambil mencoba merangkai kata untuk menjelaskan apa yang ada di kepalanya mengenai isi kotak itu.
Tio pun berusaha untuk membuka kotaknya dan ternyata bukan macet karena engsel yang karatan melainkan kotak itu harus dibuka dengan perasaan. Rasa penasaran Tio yang memuncak menjadikan kotak itu perlahan terbuka dan menunjukkan isinya.
“Wah akhirnya terbuka juga pak. Aneh. Saat perasaan biasa aja kotak ini macet, saat penasaran kotak ini bisa terbuka. Ada hal yang tak biasa pak dari kotak ini,” ucap Tio keheranan.
“Ah. Perasaan kamu saja Nak. Kotak itu sudah lama jadi wajar saja macet.” Kata pak tua sambil berusaha menutup-nutupi asal-usul kotak itu.
Dan ternyata benar apa yang ibu Tio katakan dahulu pada pak tua. Sekarang terbukti jikalau kotak itu hanya bisa di buka jika benar bahwa Tio anak kandung ibu itu yang pak tua kenal sejak lama. Kotak itu juga hanya orang tertentu saja yang bisa membukanya selain keturunan asli dari ibu itu. Orang tertentu itu hanya orang yang memiliki kesabaran dan keikhlasan dengan apa yang terjadi dalam hidupnya walaupun dalam keadaan yang tidak mereka sukai dan rumor besar yang mereka alami seperti yang pak tua alami saat itu. Dan sebenarnya, bukannya pak tua tidak bisa membuka kotak itu tapi pak tua hanya berpura-pura saja sulit membukanya agar Tio bisa membuka kotak itu sendiri dan mengetahui isi kotak itu dengan refleksi dirinya sendiri. Ya, kotak perasaan itu kini mulai terbuka lagi dan telah berada di tangan yang tepat.
Kejadian aneh pun terjadi, setelah kotak itu terbuka. Pak tua menghilang begitu saja dan Tio merasa ketakutan.
“Pak. Pak tua? Kamu sebenarnya siapa sih, saya jadi takut ini, kamu juga belum menjelaskan kotak apa ini?” ucap Tio sambil berusaha menenangkan diri karena kejadian aneh tersebut. “Lalu, bagaimana ini isinya kenapa kosong. Aku harus bagaimana ini pak tua?” ucap Tio bingung dan keheranan mencari tahu kenyataan yang ada.
Tio pun kemudian mencari tahu mengenai rahasia di balik kotak itu dengan mengelilingi isi rumah pak tua barang kali ada hal yang bisa ditemukan jawabannya di rumah itu.
Namun tak disangka, kotak itu mengeluarkan asap sendiri tak tahu dari mana asalnya. Tio kebingungan lagi hingga akhirnya dia bersikap tenang seolah tak ada hal yang aneh terjadi dan kotak itu kemudian perlahan kembali ke semula serta mengeluarkan tulisan di dalamnya. Tio pun kemudian membaca tulisan dari dalam isi kotak itu.
Tulisannya berbunyi :
Hai, ,
siapapun kamu yang bisa membuka kotak perasaan ini.
Kamu adalah anakku yang sengaja ku jaga walau kita jauh raga.
Kamu tak usah khawatir bagaimana kehidupanmu nantinya karena jika kamu berada di jalan yang baik pasti akan mengantarkan mu menuju kepada hal besar yang dinanti.
Kotak ini juga akan aman berada ditangan orang yang tepat yang mampu melewati berbagai ujian kehidupan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Ku harap, kotak ini bisa menjadi teman ceritamu saat kamu merasa sepi dan kotak ini pula bisa merefleksikan setiap perasaan seseorang yang membukanya.
Jadi, jangan kaget kalau kotak ini akan bekerja sesuai dengan apa yang kamu rasa dan kamu pikirkan.
Jangan kau salah gunakan untuk hal yang mampu menyebarkan rumor tak sedap karena ujungnya malapetaka bagi yang menyalahgunakannya.
Jadi, jangan sampai kotak ini berada di tangan orang salah yang hanya ingin memanipulasi kehidupan.
Sampai jumpa di waktu yang tak tahu kita akan bertemu di dimensi mana.
Sampai bertemu nanti jika waktunya telah tiba.
Tio pun kaget dan merasa penasarannya sudah terbayarkan dengan benda yang ingin diketahuinya itu sejak dari lama dan dia sadar kalau kotak perasaan ini ternyata sengaja ibunya tinggalkan untuk menemani Tio jika dia tak bertemu lagi dengannya. Tio pun kemudian membawa kotak itu ke rumah singgahnya dan akan menutup rapat-rapat rahasia yang ada di dalamnya. ***