Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Langit sore bulan Agustus di Jakarta selalu punya warna yang kejam: ungu kebiruan yang cantik, tapi dipenuhi janji-janji kemacetan yang harus Rania hadapi. Rania Sanjaya (17) menarik napas panjang, bau debu jalanan, dan sedikit aroma peppermint dari permen yang baru ia kunyah. Ia berdiri di halte bus, seragam putih abu-abunya terasa lengket karena seharian di SMAN Abhipraya yang terkenal dengan AC yang sering bermasalah.
Rania bukan tipe gadis yang sering muncul di novel remaja. Rambutnya sebahu, hitam lurus, tanpa poni dan tanpa cat warna-warni. Kacamatanya berbingkai tipis perak, dan ia cenderung memakai jaket hoodie abu-abu tipis di atas seragamnya, bukan untuk gaya, melainkan untuk melindungi diri dari angin malam bus kota yang dingin. Nilainya selalu di tiga besar, tapi ia tidak pernah menjadi Ketua OSIS, juga bukan kapten tim basket. Ia adalah pengamat yang sangat baik.
Ia membuka buku sketsanya, halaman kosong itu menantangnya. Sudah seminggu ia mencoba menggambar siluet kota dari jendela kamarnya, tapi selalu gagal menangkap rasa sunyi di tengah bis...