Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Queen Is A King
1
Suka
5,917
Dibaca

Beberapa nama aku samarkan, kecuali namaku saja.

Ini bukan fiktif.

Ini adalah kisahku.

Ini kuceritakan dengan sedetail-detailnya.

Semua orang punya kisah masalalunya sendiri. Ada tragedi yang sudah direncanakan. Tidak terduga-duga, tergariskan dan menjadi pembelajaran dalam hidup. Maka dari itu aku mau bercerita. Sebuah tragedi yang mungkin tidak akan kau percaya. Di mana, ini sebagian besar orang menganggap bahw ini adalah sebuah dongeng isapan jempol belaka. Dalam cerita ini, aku mempersiapkan semuanya, ku rancang cover sesuai tema lantaran ini adalah kisah yang mengerikan. Mengerikan tapi kata orang ini sangat memuaskan, lantaran aku pernah cerita kepada orang-orang tertentu yang bisa ku percaya.

Dari cover cerita ini, memang sangat mengerikan. Warnanya gelap seperti sampul buku zaman dulu. Terlalu posterize dan juga agak sedikit retro. Tapi aku tidak peduli dengan desainnya. Yang penting isinya. Sebab, gadis dalam ilustrasi ini adalah aku yang sedang menatap sesuatu, dengan penuh remeh, seakan mengejek segalanya, tidak! bukan begitu! Jangan salah sangka! Cover ini, aku buat sendiri khusus untuk cerita ini, lantaran special. Aku memilih warna merah, lantaran banyak yang beranggapan ini adalah filosofi keberanian. Merah adalah berani, tapi bisa juga dengan aura iblis atau kobaran yang membara karena tidak jauh dari dari simbol api.

Aku menceritakan siapa aku sebenarnya dimasa lampau. Betapa ganasnya aku di dunia nyata yang ternyata, bukan sekedar di sosial media. Orang bilang khususnya disebuah komunitas, tempat aku bergabung, aku adalah orang yang amat kejam dan keras. Bahkan ada juga yang mengganggap bahwa aku ini adalah orang yang bertindak semena-mena tanpa memikirkan resiko apapun. 

 Sudah gatal tangan ini ingin menceritakannya. Jadi aku ungkapkan saja. Sudah lama aku ingin berdansa dengan papan keyboard-ku, di mana aku mengalami banyak tragedi pada saat selepas masa aku tamat SD. Perlahan-lahan saat aku remaja, jati diriku yang cengeng menjadi hilang. Saat kelas dua SMP hobiku adalah melawan para bad boy yang kerjanya suka maling pena, mengejek nama orang tua, bahkan orangtuaku pernah dikatai lonte oleh salah seorang temanku, dan aku memukulnya sampai badannya membiru.  

Bagiku, kalau mereka mengejekku tidak masalah. Namun, ketika dia mengejek kedua orangtuaku, apalagi sampai menyebut ibuku wanita murahan, aku tak akan segan menjadi orang jahat pada level kesetanan. Sampai beberapa diantaranya, ada yang pernah ku buat menangis. Bahkan pada tahun 2009, dia berapa kali mengatai ibuku dengan sebutan kalimat haram itu.

"Ibu kau lonte! Aku nampak dia di jalan jual diri" Ujarnya dengan seenaknya. Aku menanggapinya dengan santai awalnya. Tapi makin lama berulang kali dia mengatakannya. Sampai pada akhirnya, aku berkata seperti ini.

"Mamak kau gak lonte khusus bapak kau, yang menemani bapak kau tidur tiap malam? Kalau mamak kau gak jadi lonte, kau gak bakal lahir"

Auto menangis dia sampai dia hendak melaporkan aku kepolisi. Namun tidak jadi, lantaran banyak orang yang mendukungku. Sampai, aku lupa menuliskannya di sini, bahwa aku pernah mengejek apa yang dia ucapkan kepadaku.

"Laporkan saja! Yang ada mereka akan tertawa. Pasalnya, kau itu laki-laki. Kau pasti dikatai sama polisi itu"

Terlalu sering dia mencuri pena, aku ingat teman sebangkunya juga mengalami hal yang sama. Hingga aku ingat, kepalanya yang beruban, dan ku cabuti beberapa helai diantaranya saking kesalnya.

Aku juga pernah memukul kepala temanku, yang pada saat itu juga memfitnahku sampai aku kesal minta ampun. Aku tidak tau apa-apa. Aku lupa menuliskannya, pada saat itu temanku yang namanya putri, berusaha menjadi pahlawan kesiangan untuk temanku, yang bernama Lucy. Padahal Lucy, ini tidak meminta bantuannya. Saat itu Lucy kesal, lantaran Jimmy membongkar rahasianya, bahwa ia sangat menyukai Hengky. Hingga membuat Lucy menjadi malu. Mereka kemudian bertengkar, hingga Putri ikut campur akan urusan mereka. Sebenarnya, pada masa itu Lucy sudah mencegah Putri untuk jangan ikut campur. Karena cukup dia saja yang berurusan dengan Jimmy. Jimmy pada saat itu, dia merasa bersalah. Masalah dia pada Lucy itu sudah selesai Tapi di perparah sama Putri. Sehingga Jimmy menyuruh dia buat berhenti agar tidak memanaskan keadaan. Aku kasihan melihat Jimmy, dan terpaksa turun tangan karena dia adalah teman yang baik, dan juga dia adalah teman sebangkuku. Saat itu, Jimmy merasa ada menolong dia. Pada saat aku membela Jimmy, semua orang juga ikut. Habis itu, kemudian aku main dengan 3 orang kawanku, main kejar-kejaran seperti anak SD gitulah. Entah kenapa di saat aku sedang bersenang-senang, tiba-tiba saja aku disudutkan. Dia menendang guru, yang membuat aku kaget. Dia mengata-ngataiku lantaran aku pada saat itu membela JImmy. AKu membelanya lantaran dia kawan sebangkuku. Jimmy juga merasa senang kala ada yang membelanya. Putri ini dikatagorikan cewek pick me paling parah pada masanya. Makanya orang-orang pada saat itu kesal sama dia,

Dia juga dibenci oleh walikelas. Habis itu, Putri menendang meja itu sampai bolong di bagian sebelah kanan. Dia memprovokasiku, hingga aku marah dan kami berkelahi. Aku kesal, lalu memukul kepalanya. Perkelahian itu didukung oleh teman-temanku, lantaran aku adalah perwakilan mereka untuk menghajar si Putri. Dia berusaha membalas balik, tapi tidak bisa.

Kemudian aku pindah ke Pariaman, pada tahun 2013. Saat itu aku tidak lulus. Awalnya aku aman-aman saja. Perkenalanku pertama kali, di awali saat buk Baiyar menyuruhku bersyair. Aman-aman saja awalnya. Sampai ada salah satu temanku Effendi, saat itu tidak minta maaf lantaran memegang salah satu tubuhku tidak sengaja. Aku tidak terima, lantaran itu bagian dari pelecehan. Harga diri itu ya guys. Untuk memprovokasinya, aku memasukan sampah ke dalam tasnya. Habis itu dia marah karena tidak terima diperlakukan seperti ini. Aku kesal padanya, sebab dia mengannggapnya bercanda dan tidak mau minta maaf atas perlakuannya itu. Untuk memancing kemarahannya, akhirnya aku melakukan hal itu. Saat itu dia bertanya dengan nada emosi siapa yang melakukannya. Aku jawab dengan berani, bahwa itu adalah aku. Dia langsung menghajarku, dan aku layani. Kami berkelahi dikelas, cowok dan cewek. Aku hampir tersudut, lantaran lokal kami berada diatas. Namun aku berhasil menarik dasinya dan memberikan pukulan telak kepadanya. Hingga aku menjadi orang yang ditakuti. 

Semakin lama menjadi sisi ganasku terlihat dimasa SMK. Kala aku berdiri untuk kawanku yang namanya Sary, dimana dia menjadi korban penindasan oleh seorang gadis bernama Ochi. Aku memberikan gamparan yang amat keras kepada perempuan itu. Bahkan dia memberikan ancaman yang sama. Namun, dia tak berani berkutik manakala teman sekelas juga mendukungku. Ochi ini suka mengumbar aib di sosial media. Bahkan saking noraknya, dia suka mencari perhatian lantaran ia merasa cantik sejagat raya. Jijik bukan? Kalau sekarang, dia adalah definisi gadis pick me.

Aku marah padanya waktu itu, lantaran dia berkali-kali minta tolong kepadaku, tapi tidak tahu malunya dia menjelek-jelekan aku dibelakang. Memang tidak punya otak dia. 

Kalau kasus Sary, dia ini adalah gadis yang memiliki rupa yang jauh dibanding dengan Ochi. Namun dia sangat tulus berkawan. Makanya aku melindunginya. Kejadian yang menimpanya juga pernah aku alami pada masa diriku duduk dibangku sekolah Dasar. Manakala anak juara 1 bertahan, menindasku seenaknya. 

Tamparan itu ku berikan pada Ochi, saat puncak kesabaranku sudah habis, di mana dia suka membesar-besarkan masalah. Bayangkan, aku tahu Sary pada saat itu dia sangat mudah sekali ditekan mentalnya. Waktu itu dia minta dibuatkan nama dilembar jawabannya. Sementara dia sibuk memadu kasih dengan pacarnya yang berada dikelas lain.

Si Sary ini mau-mau saja diperbudak. Bahkan aku suruh Sary itu, untuk jangan dibuat. Akhirnya terdengar oleh Ochi dan mengatakan kalau aku penghasut. Kalau ia kenapa? Masalah buat dia?! Dia berkoar-koar agar image-ku menjadi buruk. Bahkan aku sengaja diam sejenak dan aku langsung berdiri menghampiri mejanya, lalu memberikan tamparan yang amat sangat keras ke wajahnya. Hingga membuat orang lain tercengang.

 Ada banyak cerita yang ingin aku tulis tentang diriku. Tapi inilah yang menarik diantara semua. Dan mungkin kau akan beranggapan, bahwa mana ada gadis berani menentang kejahatan sendirian? Terutama dikampus?

Apa yang terbesit dalam pikiranmu yang melakukannya adalah gadis berhijab? Syar'i? Gadis yang santun? Penurut? Lemah lembut? Dan memiliki tutur kata yang baik? Bagaimana kalau dia itu ganas di waktu yang tepat? Pernahkah kalian bayangkan itu?

Lalu pernahkah kau terbayang kau akan mendapatkan julukan yang aneh? Misalnya Takiya Genji, Serizawa, Narumi, alumni Suzuran dan Housen? Intinya semua hal yang berbau film action? Ini aku dapatkan saat film Crows Zero waktu itu booming. Aku yakin yang ada dikepalamu pasti itu disematkan kepada seorang lelaki. Terutama laki-laki yang berani, dimana dia bertindak layaknya seorang pria alpha

Bagaimana kalau seandainya itu disematkan pada wanita?

Aku mendapatkan julukan itu setelah aku mendapatkan eksekusi, lantaran aku tidak mengikuti KBM(bahasa sopan dari ospek).

Kemah Bakti Masyarakat, yang katanya untuk mendekatkan diri antara senior dan junior. Padahal itu adalah acara ajang eksistensi dari ego, bahwa mereka haus akan kehormatan.

Beberapa nama disamarkan, demi menjaga nama baik kampus terkait.

Tahun 2016:

Namaku Maina. Ini adalah tahun pertamaku disemester dua saat menjadi mahasiswa. Aku adalah seorang gadis yang digambarkan, satu-satunya memakai pakaian syar'i pada masa itu. Perubahanku dimulai sejak disemester pertama. Orang-orang pertama menganggap aku ustazah. Tapi aku tahan semua itu. Kemudian aku hijrah dan istiqomah dalam menutup aurat, sebab ini juga adalah kewajiban pula bagi seorang muslimah, dan itu sudah tertera dalam AL-Qur'an.

Aku punya teman bernama Sithou, Zee dan yang lainnya (bukan nama sebenarnya). Tapi aku kenal dekat dengan Sithou pada saat itu, karena kemana-mana aku sama dia. Beberapa minggu ini, aku melihat mereka tampak krasak-krusuk. Sejak hari senin, sampai hari ini seperti itu terus. Ini adalah minggu persiapan menuju acara KBM. Ku lihat, teman-temanku tergesa-gesa membawa buku tulis baru, yang masih telanjang, tegang, dan belum disampul. Dan mereka ku lihat membawa gulungan kertas nila berwarna kuning emas.

Mereka kemudian membentangkannya, dan meletakannya disebuah bangku panjang yang letaknya di samping sisi kelas, jadi di pintu utama menuju ruangan gedung merah ada jalan yang terbagi 2 celah. Masing-masing sisi kanan dan kiri, ada bangku panjang yang disedikan untuk menunggu kelas dari mata kuliah lain. Setelah itu mereka potong dan mulai melipat-lipat beberapa sisi, yang digunakan untuk menandakan bahwa di sisi itu bakal disampul. Tujuannya agar terlihat rapi dan sisinya terlihat sempurna. Aku melihat mereka mengerjakannya dengan bersungguh-sungguh, namun dengan wajah yang bingung.

"Mai, kamu gak bikin ini?" Tanya mereka kepadaku yang memasang wajah heran.

"Ini untuk apa?"

"Untuk bikin buku Suci"

"Buku suci?" Tanyaku heran.

"Bentar lagi kita KBM loh Mai, kita disuruh sama kakak kelas buat ngumpulin tanda tangan senior."

"Tanda tangan senior?"

"Ia. Kita harus ngumpulin lebih dari 60. Kalau kurang kita bakal dihukum" ujar mereka.

Aku terdiam mendengarnya. Ku kira, hal konyol seperti ini hanya ada sebatas dibangku SMA/ SMK. Tapi ternyata, tidak kawan. Yang ada malah berlanjut sampai perguruan tinggi. Ku fikir, seharusnya ini dihentikan. Ini malah semakin berlanjut. Sudah pergantian tahun dan zaman, masih ada saja sistem senioritas itu ternyata.

Kadang aku berfikir, untuk apa mereka melakukannya? Balas dendam? Itu hanya alasan klise yang sering aku dengar. Tidak masuk akal, diluar nalar. Balas dendam kepada adik junior dibawahnya? Para junior itu, menurutku ibarat bayi yang baru lahir, tidak tahu entah apa dosa mereka, sampai mendapatkan ospek dari senior-senior itu.

 Begitulah seterusnya siklusnya, dan tidak berubah. Kalau ada yang membaca tulisanku, mungkin akan ada yang menimbulkan pro dan kontra. Apalagi kalau sampai kontra, itu berarti dari kalangan senior yang merasa apa yang mereka ucapkan selalu benar. 

Menurutku, aku juga tertawa kala melihat kejadian ini. Terlebih, mereka seakan terkesan sok asik ketika dimintai tanda tangan.

 

Teringat aku akan masa sekolahku di SMK. Wajah bang Salman, seniorku pada masa putih-abu-abu. Betapa menjengkelkannya dia pada masa itu. Mau ku kata-katai dia. Sudahlah hitam, wajah pas-pasan banyak pula kehendaknya. Meminta tanda-tangannya seperti meminta tanda-tangan artis.

Ganteng nggak, banyak pula tingkahnya. Aku ingat betapa jeleknya kelakuannya, seperti rupanya. Bahkan aku sudah ditandai oleh dia, lantaran aku menyebarkan rumor yang tidak enak untuknya. Aku jadi ingat itu.

Buku suci ..., sesuci apa buku itu sampai diberi nama demikian? Aku yang mendengarnya menganggap bahwa, mereka ini sungguh lucu. Apakah seagung itukah para senior sampai buku untuk meminta tanda tangan saja, dikatakan buku suci?  

HEY PARA SENIOR!! BUKU SUCI ITU ADALAH KITAB SUCI AGAMA, BUKAN TANDA-TANGAN KALIAN. NAMA YANG SANGAT NORAK!!!

Beberapa orang dari angkatanku mulai meminta tanda-tangan. Ku lihat pada saat itu, mereka mulai berusaha berkenalan dengan senior tersebut. Ada yang bersedia menyebutkan namanya. Ada yang menyuruh mereka joget India  Bahkan paling menjengkelkan, demi meminta tanda tangan mereka, ada yang disuruh nanya nama mereka sampai dapat kepada mahasiswa lain. Idih! Najis! Kaya penting saja. Bahkan dosenpun tidak begini-begini amat. 

"Cepatlah!!! Bikin lagi Maina! Nanti konsekuensinya kamu bakal dijauhi sama teman-temanmu" ujar mereka dengan cemas. Tenang saja, jangan khawatirkan aku. Aku tak akan mau melakukannya. Bagiku, untuk hal semacam ini hanya membuang tinta pena saja, dan tidak ada untungnya juga. Sampai tamat juga tidak ada gunanya. Ada gunanya sampai sekarang?

Semua orang sibuk meminta tanda tangan. Sementara aku hanya diam saja dan tidak bicara apapun. Mereka para senior gondrong, entah semester berapa mereka mulai mengerjai kawan-kawan seangkatanku. Lucu. Mereka sedang masa lucu-lucunya. Yang kumaksudkan di sini, adalah para senior yang tidak waras itu.

Kejadian ini aku lihat selama 2 hari berturut-turut menjelang kegiatan itu.

Hingga hari Kamis tiba, aku belum juga mempersiapkan apapun untuk KBM. Waktu itu, kebetulan aku kuliah sore. Orang-orang mulai cemas dengan aku yang terlihat santai, seakan bodo amat.

"Maina, kau masih santai-santai aja. Sementara orang sibuk"

"Ia. Nanti kau kalau gak ikut dijauhin teman-teman. Mau kau kaya gitu?"

"Yakin kalian hukumannya itu?" Tanyaku dengan pasti. Aku tidak yakin dan meragukannya kalau mereka berani melakukannya.

"Setidaknya mai, jangan anggap ini adalah hal yang spele."

Kala itu, aku tidak termakan dengan omongan mereka. Itu hanya gertak sambal. Paling kalian setelah itu bakal menyapa aku kembali, seperti biasanya. 

Diperkuat lagi, oleh dosen yang mengajar Dasar-Dasar Kebudayaan. Saat itu ada temanku yang cemas, dan keceplosan bahwa mereka akan ikut KBM dalam minggu ini. Namun, dosen mata kuliah tersebut mengeluarkan kalimat, bahwa kegiatan KBM itu tidak wajib, dan dia tidak suka dengan kegiatan itu, lantaran rektor tidak setuju dengan hal semacam itu.

"Kegiatan seperti itu tidak wajib. Buat apa kalian ikut? Kalau mau ikut terserah. Tapi itu tidak diwajibkan"

Kebetulan dosennya adalah ketua jurusan. Jadi aku menuruti dari dosen saja

Seperti biasa, setiap selesai kuliah. Aku pulang menikmati masa istirahat. Dikosan, aku biasanya tidur-tiduran. Lalu melihat jadwal matakuliah apa besok. Rupanya, hari Jum'at matakuliah yang ku jalani cuman 1 dan itu hanya diwaktu pagi saja. Yes, besok aku bisa pulang kampung. Aku bisa beli ticket kereta setelah jam kuliah selesai. Berarti aku berangkat kereta jam 2. Aku bisa jemput duit dan juga beras. 

Aku tiap minggu pulang kampung. 

Alasan aku setiap minggu pulang kampung, selain jemput uang mingguan, dan beras, aku rutin pulang lantaran aku tidak suka keramaian. Setiap aku melihat banyak orang yang lalu-lalang, bawakannya itu stress dan itulah aku senang namanya menyendiri. Aku tidak betah dengan sesuatu hal yang berisik. Perasaanku tak bebas lantaran aku tak bisa merancang sebuah privacy

"Mai, kamu mau pulang kampung besok?" Tanya kakak kos yang dekat denganku, namanya kak Nurhasnah.

"Kenapa kak?"

"Nggak kakak nanya aja. Kan tiap minggu Mae pulang kampung" Kak Nurhasnah ini tau, bahwa tiap minggu pasti aku pulang kampung.

"Besok orang mau berangkat KBM. Mau gak mau aku harus pulang. Kata dosen, hal kaya gitu gak wajib ikut."

"Emang ia sih. Kakak juga gak ikut pas KBM kemarin"

"Kenapa?"

"Yah, lantaran itu sebenarnya ospek kaya gitu gak boleh. Apalagi campur baur. Pusat udah ngelarang kegiatan kaya gitu, Hanya saja, mereka nakal" Ujar kak Nurhasnah sambil membaca sebuah buku

"Ya udah, kapan balik?" Timpalnya lagi.

"Hari senin kak"

"Oke. Kakak tunggu hari Senin ya"

Semalaman aku bereskan semua perlengkapanku. Mulai dari laptop, dan buku-buku yang ingin aku bawa pulang. Waktu demi waktu berlalu. Sebelum berangkat, aku mengemasi semua kain yang aku jemur karena siap dicuci, untuk dimasukan ke dalam lemari. 

Hingga esok:

Tepatnya pada hari Jum'at. Aku melihat teman-temanku sudah membawa topi yang biasanya digunakan para pendaki (aku lupa menuliskannya disini), serta baju yang akan mereka bawa untuk kemah.

"Mai!" Sapa temanku Sithou.

"Ya?"

"Kenapa kamu gak bawa barang apapun?"

"Aku gak akan ikut KBM"

"Lah kenapa?"

"Aku penyakitan"

Yah, alasan terkuat karena aku juga terkena Magh akut. Jadi aku harus memilih menjaga kesehatan. Semalam, sebelum pulang para senior itu sudah memaksaku untuk mempengaruhiku supaya ikut pada acara kemah bakti itu. Tapi hati nuraniku kuat sekali, untuk berkata jangan. Terlebih lagi, tidak ada dosen yang mengawasi jadi pasti ada sesuatu yang tidak diinginkan.

Aku tidak mau ikut, lantaran ada pertimbangan yang matang. Dosen tak akan ada disana. Dijamin, keamanan juga bakal lost disana.

"Mai, nanti kalau gak ikut mereka bakal jauhin kamu" Ujar Zee yang khawatir dengan keadaanku.

"Tidak apa-apa Zee. Aku gak akan ikut. Sekaligus dipaksapun"

Mereka seakan tak bisa berkutik terhadap keputusanku. Aku berkeras hati untuk tidak ikut. Lagian buat apa coba? Lebih baik aku berdiam diri dirumah melepas penat yang ada dikepala, daripada mengikuti hal semacam itu.

Hari ini, Matakuliah K.D kedua Nirmana berlangsung . Aku berkuliah mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual. Dalam seni apapun, Nirmana ini sangat penting, lantaran ini adalah konsep dasar seni. Dari Nirmana inilah, kau bakal mengerti bahwa seni itu bukan hanya sekedar mencoret-coret kertas, atau melempar kuas cat, seperti orang-orang yang menganggap remeh dunia seni. 

Kelas Nirmana berlangsung hanya sampai 3 jam. Setelah selesai, aku tergesa-gesa pergi keluar untuk berlari ke stasiun. Aku harus cepat mengambil ticket. Karena, kalau lewat dari jam 12.45 otomatis ticket duduk habis, yang ada nantinya hanya ticket berdiri

"Maina, pasti mau pulang kampung" ia mulai pasang praduga.

"Ia."

"Jangan pulang kampung Maina! Kita nanti berangkat Jum'at Sore ini"

Aku terdiam sejenak sambil melihat wajah mereka. Aku menatap mereka lama-lama lebih dalam, karena aku tak mau ikut. Aku lebih memilih ikut kata dosen, dibanding senior. Dimanapun kasta seorang dosen itu jauh lebih tinggi dibanding mereka. Toh, mereka juga mahasiswa. Beda tingkatan atau BP saja. Ini adalah bentuk kepatuhanku terhadap pendidikan juga. Saking patuhnya aku memilih untuk pulang kampung saja. Toh bagiku, kegiatannya juga mirip dengan kegiatan yang ada dibangku SMA. Beda levelnya saja.

Terlebih lagi, pada saat itu aku lupa menuliskannya di sini. Buat apa aku takut?

Bagiku, selagi mereka sama-sama mahasiswa. Dia bisa ku lawan.

"Nanti nilai semestermu yang kena" Ujar Zee dengan nada cemas.

Aku tidak mengerti kenapa pada saat itu mereka begitu mudah percaya? Seakan mereka mempercayai namanya hantu, atau urban legend daerah setempat. Kalau bahasa sederhananya Takhayul, yang diciptakan oleh kakak tingkat. Aku tidak yakin 100% nilaiku bakal ditahan, atau kena. Lagian mereka siapa sampai-sampai bisa berkata demikian? Nilai ku yang kena ini, maksudnya adalah terancam.

"Maaf, aku harus pulang kampung karena kesehatanku tidak baik"

Aku memutuskan untuk berlari menghindari mereka semua. Aku keluar dari gedung itu dan menghindari teman-temanku. Sesampainya diluar, ku lihat para senior, seakan sok akrab dengan Juniornya. Hah, pemandangan yang begitu menjijikan. Aku berlari melewati parkiran, sambil menghiraukan gerombolan orang gondrong, dan mahasiswa laki-laki bertampang boros lainnya. Lalu menelusuri pendopo, hingga aku selamat sampai pintu gerbang fakultas bahasa dan seni, tanpa di lacak oleh senior manapun.

Aku berlari beberapa menit, hingga sampailah aku dipersimpangan jalan. Kemudian menyebrang lewat jalan porboden, menuju stasiun. Aku memutuskan untuk pulang kampung. Menghabiskan masa liburku dirumah, daripada kegiatan itu? Buat apa? Saat itu harga ticket hanya sampai Rp.4.000,00 Tahun 2016, masih murah. Tak seperti sekarang. Yah, cuman naik seribu rupiah saja. Namun prosesnya agak ribet, memakai KTP, kadang online.

Aku pulang dengan menaiki kereta Api Sibinuang. Untung saja, bangkuku menghadap jendela sebelah kanan. Sebab bagian sana, adalah favoriteku. Aku suka melihat pemandangan sawah, pegunungan dan awan biru, lantaran itu menyejukan hatiku. Aku bisa melihat semua itu sambil mendengarkan lagu Fukai Mori dari -Do As Infinity di ponsel miliku dengan headsed.

Perjalanan dari Padang ke Pariaman itu sekitar 1 jam setengah. 

Singkat cerita, sesampainya dirumah ibuku bertanya-tanya kenapa aku memilih tak ikut?

"Lebih baik kau ikut, daripada berdiam diri dirumah"

"Ia aku tahu"

"Lalu kenapa kau gak ikut?"

"Dosen melarang. Dan dia bilang gak wajib. Boleh tidak ikut. Yang bilang itu juga ketua jurusan"

"Ya udahlah kalau gitu. Apakah kau tidak menyesal?"

"Aku tidak menyesal"

"Yakin?"

"Tidak akan. Aku jamin"

"Terserah kaulah ibu tak bisa mengganggu gugat keputusanmu"

Ibu tahu kalau aku ini teguh pada pendirianku. Dirumah, aku mengerjakan apa yang ingin aku lakukan. Bahkan aku bisa tidur-tiduran sambil membayangkan masa depan.

2 hari kemudian:

Tepatnya pada hari senin, aku kembali ke Padang. Kebetulan, hanya satu matakuliah saja yang ada di waktu siang. Di KRS, tertera jam 13.20. Aku datang jam 13.00. Saat aku hendak menuju ruang kampus, aku melihat beberapa botol miras bertumpuk ditempat sampah. Ini membuatku tak bisa berkata apa-apa, bahkan diam sejenak. Kalau botol air mineral, tidak masalah, Ini !!!!

Jujur aku tambahkan disini, aku pada saat itu menggigil seperti melihat sesuatu yang horor. Tumpukan botol itu adalah pemandangan yang lebih mengerikan dari hantu. Mulutku tak bisa bergerak.

Kalau kalian jadi aku, pasti kalian merinding. Apalagi itu berada didekat kalian sendiri. Kalian bakal kehabisan kata. Aku jamin itu.

Aku ingat mereknya, botol bintang 6. Disini aku sudah tau ada sesuatu hal yang buruk telah terjadi. Yah, kenapa ada miras sebanyak ini? Aku memutuskan untuk pura-pura tidak melihatnya. Aku kecewa dengan seniorku, mengapa mereka begini? Pikirku, kalian itu seorang mahasiswa. Apalagi senior, seharusnya menjadi contoh buat adik-adiknya.

"Maina!!!!"

Mereka menyapaku. Seperti biasa mereka juga tertawa Seperti hari biasa. Mereka memanggilku ketika semua senior perlahan-lahan menghilang. Bangkang juga mereka.

"Bukannya aku bakal dihukum, karena gak ikut KBM?" Tanyaku heran.

"Gak ada itu Maina, kami tetap berteman dengan kau" ujar Zee dengan senyuman.

Aku tanya kepada semuanya bagaimana kegiatan mereka pada saat itu. Orang-orang tampak antusias menceritakan pengalaman mereka. Berbagai macam cerita aku dengar.Tapi diantara mereka semua, ada yang tampak suram. Koko dan Kia. Koko ini cowok, Kia ini seorang gadis. Ada temanku cowok yang lain namanya Dian, dia adalah ketua kelas. Diantara semua teman, dialah yang paling antusias dengan semangat yang menggebu-gebu.

Dian waktu itu menganggap apa yang di alami mereka berdua, itu lucu. Namun ternyata menimbulkan traumatik yang amat dalam. Seolah-olah mereka menyesal mengikuti kegiatan itu.

"Koko disuruh sama senior, masukin tangannya ke dalam celananya terus ..."

"Dian! Udahalah, aku gak mau ingat-ingat itu"

Bukannya berhenti, ia malah melanjutkannya.

"Kia sama Koko disuruh senior masukin tangannya sendiri, ke dalam celana mereka sendiri. Terus di mainin 'punya' mereka'"

"Udahlah Dian!"

"Kenapa ko? Kan kan itu lucu"

"Bagi aku itu gak lucu"

Tapi Dian tetap tertawa. Aku yang dengarnya saja marah. Karena aku sudah mengerti, apa yang terjadi pada mereka berdua. Bahkan Kia juga tidak mau mengingat masa itu. Intinya mereka mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Disinilah aku mulai putar otak menyusun rencana. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku tak mau melihat temanku begini.

"Mai, katanya kalau gak ikut. Kau bakal di eksekusi" ujar Sithou cemas.

"Eksekusi?" Tanyaku.

"Ia Mai. Aku harap kau jangan datang"

"Ia mai, karena kau disuruh makan bawang mentah ama jahe mentah."

"Benarkah?"

"Ia"

Aku mulai berfikir, apa yang harus aku lakukan? Eksekusi? Wow! Ini saatnya.

"Uhm! Ini saatnya"

"Ha?"

"Aku akan datang ke eksekusi itu" aku mengejutkan teman-temanku.

"Yakin?"

"Lebih kau pulang aja Mai"

"Aku akan datang"

Jam kuliah sudah selesai. Saatnya aku keluar melihat keadaan kampus. Disana, aku melihat gerombolan senior dan junior berkumpul. Lalu, ada para laki-laki yang bertelanjang dada dimandikan. Apa ini?

Mirisnya, itu adalah anak dari jurusan lain tapi satu prodi. Mereka seangkatan denganku.

"Siapa lagi yang gak ikut?"

"Aku?!!" Ujarku dengan berani. Lalu aku menerima eksekusiku. Aku dihukum oleh kakak senior yang perempuan, dan para junior yang pada saat itu seakan sudah dekat dengan senior. Hah, bocah-bocah.

"Oh ini yang gak ikut kemarin?!"

"Ia"

Aku kemudian disuruh duduk, kemudian jadi santapan bulian mereka.

"Ku dengar, hukumannya makan bawang putih mentah dan makan jahe mentah. Berikan padaku!!" Ujar ku mereka.

Mereka memberikannya kepadaku. Tanpa ada rasa takut, aku makan beberapa siung, dan beberapa buah jahe yang diletakan menjadi satu ke dalam kemasan air mineral berbentuk gelas( maksudnya hanya gelas bekas kosong saja). Aku makan didepan mereka. Aku mengunyahnya dengan santai sambil menahan rasa pedas, dan lidah mulai gatal akibat getah bawang putih, mulai melekat di kulit lidahku.

Disaat aku dieksekusi itu, beberapa junior yang bertindak selayaknya senior mulai menanyakan namaku. Berulang kali mereka melakukannya tapi tidak aku jawab. Aku menahan betapa pedasnya jahe ini. Sampai pertanyaan beberapa orang tak gubris sama sekali. Mereka berusaha ingin tahu namaku, dan mulai berteriak menyebut namaku. Gendang telingaku serasa mau pecah. Sungguh, mereka lebih berisik.

"SIAPA NAMA KAU!!!" mereka kemudian emosi, dan mulai ada menoyor kepalaku.

"Tunggu bentar, aku kepedasan" Ujarku dengan jujur.

Aku sudah menyuruh mereka untuk tunggu sebentar. Tapi mereka sudah seperti orang yang sedang kesurupan. Mereka mulai bermain kroyokan, namun sesuatu hal yang tak terduga terjadi diantaranmereka. Dan ini menggemparkan senior juga.

"BUBH!!!!!!!!!!"

Sesuatu hal telah terjadi. Mereka terdiam secara serempak menyaksikan sesuatu, yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Dan mungkin ini akan menjadi catatan sejarah, dalam dunia ospek yang mereka jalani.

  Aku melakukan down to up. Kau bayangkan saja Sakura memukul Naruto, memberikan bogem mentah ke Naruto, dari bawah ke atas hingga mengenai dagu. Aku meninju salah satu junior yang berisik!! Lalu kemudian aku berdiri.

Tak hanya itu, ketika aku bertindak, sekilas aku mengingat bahwa ada junior dari prodi lain, menjambak rambut salah satu senior. Sehingga dia dikejar sampai ke fakultas lain, seperti macam orang tawuran. Kau bayangkan aja, film Crows Zero ini seperti pertempuran antara Suzuran dan Housen.

"Kurang ajar kau ya?!! Kau berkerudung dalam tapi kelakuan kau kaya gini!!" Ujar senior yang melihat salah satu Junior yang ikut, ku bogem didepan mereka. Saat itu, dia dibela oleh senior lain. 

"Memangnya kenapa?!!" Tanyaku mulai marah.

"Anjing! tanggal kerudungku" kata orang yang ku hajar barusan. Dia mulai mencoba membalas pukulanku. Yang ku pukul adalah seorang gadis, seangkatan denganku. Ketika ia hendak membalasku, aku juga mengejarnya seperti orang yang ikut kesetanan pula. Namun, saat aku hendak melayani perempuan itu untuk ku ajak berkelahi didepan senior, ada seseorang yang datang memeluku. Dian yang sebenarnya datang membelaku.

"Sudah Maina. Jangan berkelahi"

"Aku belum puas!!"

Namun, aku malah di sidang oleh senior laki-laki. Aku sendiri perempuan.

"Sini kau!!!" Aku ikuti kemana langkah mereka. Rupanya aku di ajak ke kantin belakang, yang sudah kosong. 

Permainanku dimulai. Aku melihat wajah mereka boros semua. Sepertinya mereka adalah mahasiswa semester akhir. Terlihat sekali bapak-bapaknya. Atau mungkin ada yang terancam akan di D.O.

"Kau ini ya, cewek berkerudung dalam, pakaian syar'i tapi gak mencerminkan diri kau!!" Mereka mulai berbicara.

"Kau kalau bangkang kau, nilai kau kami tahan!!" Ujar satunya lagi. Abang ini, memangnya kau tata usaha? Kau juga mahasiswapun. Apa yang mau kau tahan?

"Lebih baik kau keluar dari Indonesia ini!!! Atau perlu kau keluar dari kampus ini!!!"

Ada banyak kalimat konyol yang mereka keluarkan kala itu. Tapi aku menganggapnya bahan lawakan.

Hingga suatu ketika ada sebuah kalimat, yang membuatku tambah menentang mereka. Dia abang yang berjacket denim, rambut panjang tapi kelakuan seperti binatang. Ini membuatku sebagai seorang Muslim panas mendengarnya.

"Kau pakai pakaian dalam. Kaya orang Alim, tapi kelakuan kau kaya gini sekarang, mana Nabi kau tu? Nabi kau Mana?"

Pertanyaan yang terngiang-ngiang di telingaku sampai detik ini. Hingga ku ceritakan beberapa orang sebelum aku tulis diblog ini, mereka bingung bertanya korelasinya apa. Mana Nabiku? Kenapa saat itu membawa-bawa itu dengan entengnya?Malah gayanya sok cool  pula.

Aku yang mendengarnya sedih. Bagaimana bisa dia begitu entengnya bertanya dengan nada mengejek? Orang satu itu, berceloteh tidak karuan. Sehingga dengan inisiatif, sebagai seorang Muslim pertanyaan itu seperti penghinaan. Mereka menghina Nabi-nabi dari agamaku, hingga aku dengan lancang meninggalkan mereka, disaat mereka sibuk menceramahiku. Saat itu aku kabur dengan gaya yang lebih tidak sopan lagi dimata mereka. 

"Eh!! Sini kau!!! Mau kemana kau?!! Aku belum selesai ngomong!!! Kau udah pergi gitu aja!!!"

Aku menjauh dari mereka beberapa langkah. Hingga aku mulai berbalik arah sejenak sambil menatap mereka, dengan tampang ganas.

"SEKARANG!! APA MAU KAU?!! MAU KAU ITU APA!!!!? KALAU KAU SURUH AKU MASUK BANDA!!! GAK APA-APA AKU MASUK BANDA" ujarku dengan lantang, dan benar-benar melawan mereka. Tidak ada aku panggil mereka abang satupun. Bagaimana pada saat itu aku menghormati mereka? Aku memang tidak memberikan hormat apapun pada mereka.

Yah, banda yang kotor adalah tempat yang baik untukku saat itu. Daripada mendengar celotehan mereka. Seketika mereka diam. Mereka mulai menghukumku, dengan dsuruh berendam disana. Aku kesal pada mereka. Dan itu mereka menghukumku, hanya beberapa menit. Habis itu, aku disuruh berdiri dalam keadaan kotor.

Melihat kejadian itu, beberapa senior ada yang simpati pada perbuatanku. Aku berani mengutarakan itu adalah hal yang salah. Ada yang diam-diam ingin berkenalam dari hati padaku. Dia seorang perempuan, dan dia benar-benar hijrah setelahnya. Ada yang seakan membelaku (aku lupa menuliskannya ) Senior itu adalah teman seorang artis, jebolan stand up komedi. Tak bisa ku sebutkan namanya disini. Dia begitu kecewa dengan junior, yang tidak mau merangkul temannya.  

Bahkan dia rela mengorbankan uang demi adik-adiknya, yang ingin ikut KBM.

"Kalian ini!! Gak mau kalian merangkul kawan-kawan kalian yang dihukum. Kemana otak kalian?!! Abang berkorban buat kalian, tapi begitu teman kalian susah kalian hanya melihatnya saja!!"

"Memang ada kusuruh kau bayarin!!" Aku mengatakannya dengan lantang. Tapi mulutku dibungkam. Orang menyuruhku diam, tapi aku tak akan diam percayalah.

Sehabis itu, abang itu meminta salah satu temanku mengantarkan aku ke kosan, dengan motornya. Namanya Ani. Sebelum pulang, ku katakan dengan lantang.

"KALIAN SEMUANYA BODOH!!! SEHARUSNYA BUKAN KAMI YANG KALIAN OSPEK!!! TAPI SENIOR TAHUN LALU!!!"

Ujarku. Kalimat itu, tak pernah mereka dengar dari junior manapun. Hanya aku yang bersuara. Setelah itu, aku diantar pulang

ESOK:

Hari selasa. Aku mulai mendapatkan teror. Pertama, orang memberikan aku gelar Takiya Genji atau Serizawa. Ketika aku hendak ke kelas, orang-orang mengintaiku. Tapi Tuhan itu Maha Baik. Dia mengirim teman-temanku menjadi penyelamat dalam hidup. Ada Zee, Sithou dan Har. Mereka datang berbondong-bondong menyelamatkan aku.

Sempat waktu itu, ada yang meminta nomor ponselku, tapi tak aku acuhkan.

Selesai kuliah pagi selesai, saatnya kuliah siang. Bahasa Indonesia. Teman-teman sekelas yang lain, datang untuku. Mereka melindungiku sebisa mereka. Bahkan junior yang dendam padaku, hah lawak juga ya junior mau saja di adu domba. 7 orang mengintaiku biar aku dieksekusi oleh senior, untuk yang kedua kali.

"Itu Genji! Genji"

Mereka pada saat itu hendak datang menghadangku, untuk di bawa ke senior agar aku mendapatkan eksekusi yang ke dua.

Namaku ini Maina ya? Tapi tak apalah. Aku gertak mereka ketujuh orang itu sampai tersungkur.

Dan aku memilih sebangku dengan kawan satu jurusan, tapi beda prodi. Namanya Devi. Ku ceritakan semua yang terjadi padanya. Diapun tak percaya. Pantas, tadi pagi juga tidak ada yang menggertaknya.

"Pantas. Aku aman-aman saja. Soalnya aku juga tidak ikut"

"Ohh.."

"Tapi bagus tindakan kamu. Malahan ada panitianya di skors seminggu"

"Ha??"

Wow. Gara-gara itulah aku dijuluki Takiya Genji. Bahkan ada yang menyebut namaku Serizawa. Lucunya, para senior perlahan-lahan ingin berkenalan denganku layaknya teman. Sementara yang lain, susah payah ingin berkenalan. Aneh bukan. Bahkan kata teman sekos-ku, namaku masuk koran kampus. Entah itu benar atau salah. Yang jelas begitulah. 

Sebenarnya pada saat eksekusi itu, ada temanku yang dipaksa minum air putih. Tau-tau sudah teleng saja. Itu aku tau dari temanku jurusan lain, tapi satu fakultas. Pasti dia dipaksa minum tuak.

Ada yang lupa ku tuliskan disini, temanku dari fakultas lain juga bilang padaku bahwasannya dia berkata:

"Dia seperti dipaksa minum air putih, terus dia sempoyongan. "

Tak salah lagi memang dipaksa minum tuak. Akibat dari kejadian ini, kegiatan ini sempat fakum. Namun terulang kembali dengan syarat, harus ada dosen yang mengawasi.

Inilah kisahku. Apa kisahmu?

Queen Is A King. Kau perempuan, tapi kelakuanmu kaya jantan.

Aku lupa menuliskan disini, pada waktu itu aku bertindak bukan karena aku sok keren. Aku benar-benar tidak suka. Itu saja. Lagian kita sama-sama mahasiswa. Kenapa budaya senioritas itu masih ada? Coba sesekali melawan, kalau itu bertentangan dengan nurani kalian. Mereka juga mahasiswa gak jauh beda dengan junior. Buktinya, pas mata kuliah mengulang dia adakan? Kalau digertak "nilai kalian bakal terancam", jangan percaya. Mereka halu

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Pengakuan Setiap Masa
Ajis Makruf
Flash
Tiket Terakhir
Yuli Harahap
Cerpen
Queen Is A King
Maina Suryani
Novel
Gold
Big Magic
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Langkah Parau
Khairunnisa
Novel
Gold
Deessert
Bentang Pustaka
Novel
ANTHOLOGY
velaaa
Komik
Mirage
Dewi Anggraeni (Brownieck)
Flash
Bronze
Kesalahan yang Sama
B12
Cerpen
Bronze
PURA-PURA BAHAGIA
Noveria Retno Widyaningrum
Novel
Hello An
Nurmala Manurung
Novel
Ganendra
SAKHA ZENN
Novel
Bronze
CERMIN DARI TIMUR
Greace Lee Mayer Ectas Latul
Novel
Bronze
JALAN BUNTU
KUMARA
Novel
Roda Kehidupan
Firsty Elsa
Rekomendasi
Cerpen
Queen Is A King
Maina Suryani
Novel
Space Bound
Maina Suryani
Cerpen
Bronze
After 15 Years Ago? You Safe Me From Your heart?
Maina Suryani
Novel
THE FIVE BREAK WATER
Maina Suryani
Skrip Film
The Crazy Headmaster
Maina Suryani