Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Catatan Penulis :
1. Mohon maaf untuk kalimat kasar ataupun vulgar yang terdapat dalam cerita ini.
2. Mohon untuk tidak meniru/terinspirasi adegan tidak baik di dalam cerita ini.
3. Mengingat ada begitu banyak kasus plagiarism, bila ada kesamaan tokoh, atau kesamaan apapun di dalam cerita ini, maka itu adalah 100% unsur ketidaksengajaan.
4. Warning! Setiap ketikan di cerita ini adalah pertanggung jawaban saya sendiri sebagai penulis baik di dunia maupun di akhirat, maka daripada itu mohon hanya mengambil sisi baiknya saja dari cerita ini.
•__•__•
Brakk.
Aku tidak sengaja menabrak seseorang dan terjatuh. Telapak tanganku terasa perih karena refleks menumpu tubuhku dari kasarnya aspal.
Uluran tangan mengambang di depan wajahku, spontan aku menengadah, melihat pemilik tangan tersebut.
Seorang pria.
Deg.
Aku segera bangun dan menepuk pelan telapak tanganku yang kotor. Kuhindari tatapannya dan mencoba mengalihkan pandangan kemana saja asal tak bertemu pandang dengannya.
Ada berapa kota di Indonesia? Setahuku ada ribuan, tapi kenapa pria ini harus berada di kota yang sama denganku.
Sudah lama aku tak mendengar kabarnya tapi terakhir kali ku ingat ia berada jauh di kota lain. Lantas kenapa ia ada di depanku saat ini?
"Maaf," ujarku tanpa menatapnya, lalu beranjak pergi namun tertahan saat ia tiba-tiba bersua.
"Nandhia." Panggilnya.
Aku berdiri kaku, tak bergeming sedikitpun. Pria itu mendatangiku dan berdiri di hadapanku.
"Nandhia, kan?" tanyanya memperjelas.
"Saya tidak kenal kamu." Aku segera melewatinya, berjalan cepat berharap bisa sejauh mungkin darinya.
Serigala.
Anggaplah dia serigala, dan karena itu aku menjauhinya.
Disaat aku berjalan cepat, ponselku bergetar, menandakan ada notifikasi yang masuk.
Aku segera mengambil ponselku dan terhenyak saat mengecek isi notifikasi tersebut.
Sebuah pesan yang berisi foto undangan pesta ulang tahun beberapa tahun silam.
Kuhentikan langkahku lalu berbalik badan, pria itu tampak berjalan santai mendatangiku dengan wajah datar khasnya itu yang tak pernah berubah.
"Maaf harus pakai cara ini, mau bagaimana lagi ... kamu bilang tidak kenal dengan saya. Apa sekarang kamu sudah mengingat saya?" tanyanya tak lupa dengan senyum asimetris khasnya yang sengaja ia tunjukkan.
Nandhia menyimpan kembali ponselnya ke saku seraya memasang raut wajah tak ramah, untuk menunjukkan ketidaksukaannya pada cara pria itu menahan dirinya.
"First time, saya lihat kamu memasang wajah semasam ini," ujarnya, terdengar be...