Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Aksi
Proletariat
0
Suka
11
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Delta 0-122, Senin 19 November 2323

 

Pagi selalu menjadi hal yang menakutkan bagi semua orang di Aetherium. Terbitnya mentari menandakan sebuah algoritma penuh penderitaan yang tidak berujung bagi warganya. Tidak ada kata istirahat agar tiap orang mendapatkan jatah makan, minum, dan oksigen harian.

Ini adalah apartemen 1-BA90-122. Gedung kumuh setinggi 200 lantai yang menampung masyarakat marjinal dan terbawah. Kapasitasnya masif, 80 ribu orang yang masing-masing ditempatkan dalam ruangan berukuran 8 meter persegi.

Tempat kumuh ini juga memiliki strata sosial berdasarkan lantai tempat tinggalnya; masing-masing jenjang dibagai dalam 50 lantai. Makin tinggi tingkatannya, maka makin banyak pula jatah makanan, minuman, serta oksigen.

Tepat ketika waktu sudah menunjukkan pukul 06.00, semua orang harus sudah rapi, berdiri di depan apartemennya masing-masing untuk mendengarkan lagu kebangsaan Aetherium dan hormat ke arah bendera. Masyarakat harus melakukan hormat dengan tangan kanan lurus ke atas dan tangan kiri mendekap dada.

Jangan coba-coba absen dalam ritual ini, karena pasukan Rafentor akan menarik paksa dan memenjarakan pembangkang selama tujuh hari. Tidak ada makanan untuk pelanggar, orang yang dihukum hanya diberi satu butir kapsul untuk pengganti nutrisi harian.

Saat waktu sudah menunjukkan pukul 06.05, semua orang yang berbaris akan berjalan menuruni tangga atau elevator untuk pergi ke tempat kerja. Masing-masing apartemen terletak di tengah kompleks industri. Makin rendah kelas sosial seseorang, maka makin lama juga jatah kerjanya.

Semua orang berjalan tanpa pernah berinteraksi satu sama lainnya. Bagi negara, penghuni 1-BA90-112 adalah mesin pelengkap produksi yang harus bekerja; dengan imbalan yang minimum tentunya.

“1-RBS-013-000145, tugasmu mengantarkan diska ini ke Premor 2-AC78-H10,” kata 2-KRA-101-0HC445, supervisor lapangan yang biasa memerintahkan setiap orang mengantarkan diska berisi data sensitif.

“Siap,” kataku seraya menerima diska ini.

Di Aetherium, tidak ada pendidikan layak bagi manusia seumuranku. Ketika seseorang mencapai usia 15 tahun, nama lahir mereka akan diubah berdasarkan nomenklatur rigid yang telah diatur. Pada usia itu pula, pemerintah melalui ACUTROS memiliki seluruh hidup seseorang.

RBS adalah inisial nama yang tidak boleh kusebut lagi. Angka 1 di depan inisial adalah kelas masyarakat. Angka di belakang inisial nama adalah kode tempat tinggal. Makin kecil angkanya maka makin kumuh. Sementara enam angka dan huruf adalah total nilai sosial yang dimiliki.

Kelas tertinggi masyarakat di Aetherium setidaknya memiliki nomenklatur 9-ABC-999-ZZZZZZ. Namun, tidak banyak orang berada di sana. Orang zona 9 merupakan golongan Suma Aetherian. Sementara, para elite negara yang bergelar Aetherian memiliki nomenklatur yang berbeda.

Para kroco, sebutan bagi kami yang dianggap kaum hama, tidak diizinkan menggunakan transportasi umum. Untuk mobilisasi, kami diberikan akses jalan khusus yang kumuh. Hanya perintah dari supervisor yang memungkinkan kami melintasi zona lainnya.

Tiap orang hanya diizinkan berkeliaran di zona berdasarkan kelasnya. Hanya mereka yang memiliki akses berdasarkan perintah yang bisa melintasi gerbang. Namun, orang dengan kelas yang lebih tinggi bisa bebas ke mana pun.

Lagi pula, mana ada manusia yang datang ke zona 1?

Segala limbah dan residu industri mengalir ke tempat ini. Kebanyakan kaum kroco bekerja sebagai pengais sampah dan menukarkan benda-benda yang masih berharga dengan makanan atau minuman.

“1-RBS-013,” panggil penjaga pintu gerbang zona 2 datar.

Aku langsung maju ke pos pemeriksaan untuk dipindai. Semua data kependudukan diletakkan pada leher sebelah kanan. ACUTROS memiliki alat pindai yang begitu canggih, sehingga bisa mendeteksi ke mana pun warga Aetherium bergerak.

“Kau diizinkan menuju Premor 2-AC78-H10.”

Saat suara dentuman kencang dan besi beradu mulai terdengar, sebuah hawa yang lebih sejuk menerpa wajah. Atmoster di zona lebih tinggi selalu memberikan hal yang menyenangkan. Tidak pengap dan bau seperti di zona terendah.

Setelah warna berwarna hijau, langkahku baru terpimpin.

Sekarang, aku berada di zona 2, tempat di mana orang yang lebih beruntung hidup. Semua struktur ini sudah ditentukan bahkan sebelum kami lahir. Tidak ada seorang pun dari kelas bawah bisa naik dengan cara apa pun.

Namun, pemerintah sangat mungkin menurunkan kelas seseorang karena kesalahan kecil. Premor 2-AC87-H10 adalah zona pemurnian logam yang mengendalikan seluruh distribusi logam non esensial di kota Delta 0-122. Diska yang kubawa adalah hasil perhitungan pegawai dari zona 1 tentang berapa banyak kebutuhan yang diminta oleh ACUTROS.

“Kau pasti 1-RBS-013,” kata seorang gadis berambut cokelat.

Aku mengangguk. “Benar.”

“Ikut denganku,” katanya sambil memimpin langkah melewati beberapa koridor yang tampak lebih bersih dari pada di zona 1.

“Apakah ada sesuatu?”

Ia mengangguk. “Data yang kau bawa adalah hasil pengamatan beberapa orang dari zona 5 tentang potensi logam eksotis yang kita tidak bisa eksploitasi.”

Logam eksotis, apa itu?

“Apakah itu emas?”

Gadis itu berhenti dan membuka satu ruangan. “Itu jauh lebih berharga dari emas.”

Aku ditempatkan pada sebuah ruangan berukuran satu-kali-dua meter yang penuh dengan layar. Sejatinya, meneliti data adalah pekerjaanku sehari-hari. Berbeda dengan zona 1 yang memiliki instrumen a la kadarnya, peranti di sini jauh lebih lengkap dan canggih.

Setelah aku memasang kabel di leher, tempat pemindaian kependudukan Aetherium, semua imaji tentang apa yang diteliti dari zona 5 langsung terbuka. Ada sebuah logam bernama Elianium, katanya nilai 1 gramnya serupa dengan 100 kilogram emas.

Saat semuanya dianalisis, aku mendapatkan fakta bahwa logam ini hanya ditemukan di dekat mantel bumi. Saat ini, ACUTROS tidak memiliki ilmu pengetahuan untuk mengembangkan hal itu. Padahal, dengan logam ini, negara bisa menghasilkan listrik yang bersih melalui reaksi fusi.

“Bagaimana, kau sudah mengerti?” tanya gadis itu seraya membuka pintu ruangan ini.

“Sejauh ini, semuanya masuk akal. Namun, bagaimana kita bisa mengeksploitasi hal itu? Suhu mantel bumi bisa lebih panas dari 1.000 derajat celsius.”

“Itu adalah tugasmu, 1-RBS-13, ketika kau bisa menciptakan formula untuk menembus hal itu, tim kami akan melakukan uji coba.

“Satu lagi, kau mungkin akan berada pada zona 4 sama sepertiku.”

Aku melihat emblem nama gadis itu, 4-AIA-190-19ACGG.

Pantas saja wajahnya terlihat bersih, ia berasal dari zona 4. Belum lagi pakaian yang ia kenakan, sebuah setelan anti radiasi berwarna biru terang, seolah-olah menyatakan kelas sosial yang berbeda dari pakaian biasa berwarna abu-abu lusuh milikku.

“Apakah ini penting?” tanyaku sambil terus melakukan beberapa analisis.

“Bagi Aetherium sangat penting.”

“Siapa yang mau turun ke sana? Kami dari zona 1 tidak memiliki ilmu untuk turun.”

“Orang dari zona 6 sudah mengatur, kau tinggal pikirkan bagaimana menyelesaikan ini,” katanya dan menatapku.

“Ini butuh waktu lama, apa kau yakin?”

“Aku sudah mengajukan izin kepada supervisor untuk memperpanjang izin tinggalmu di sini. Sejauh kau mengerjakan ini, kau diizinkan berada di zona 2.”

Aku tidak pulang ke apartemen sempit itu. Namun, sebagai gantinya jam kerjaku bertambah dari 12 jam menjadi 14 jam. Ada sebuah ruangan yang digunakan untuk singgah bagi pekerja yang diambil dari zona lebih bawah.

Banyak fakta yang tidak pernah aku tahu sebagai orang yang hidup di zona 1. Salah satunya adalah perbedaan harga makanan, minuman dan oksigen. Betap beruntungnya lahir di zona ini, gajinya terasa lebih layak karena memang harga kebutuhannya lebih murah.

Belum lagi, rasa makanannya sangat berbeda. Alih-alih pasta berwarna kuning kecokelatan yang rasanya monoton, makanan di sini lebih bervariasi. Setidaknya ada empat jenis makanan dan tiga jenis minuman yang bisa dipilih. Akan tetapi, apakah memang selamanya aku harus hidup seperti ini?

Sejatinya aku tidak berharap lebih dari ini semua.

Setelah delapan jam tanpa istirahat, akhirnya komputer yang kugunakan diizinkan untuk berhenti. Aku menghela napas, menyadari beberapa hari ke depan pekerjaan ini akan menjadi kewajibanku.

Saat menyusuri lorong yang jauh lebih bersih dari apa yang ada di apartemen 1-BA90-122, aku melihat ada seorang gadis dengan rambut berwarna perak dengan baju putih melintas di depanku. Ia memiliki harum yang tidak pernah kucium sebelumnya.

Ia tidak memiliki alat pemindai di lehernya. Matanya berwarna abu-abu dan terlihat begitu jernih. Dari pakaian yang ia kenakan, tampaknya ia bukanlah penduduk Aetherium. Tidak ada seorang pun menggunakan pakaian seperti ini sebelumnya.

Ia tampak menatap sambil memiringkan kepalanya. “Ada apa?”

Aku menggeleng. “Maaf.”

“Kau dari zona 1, proletariat, kan?”

Aku menghela napas seraya mengangguk. Tampaknya ia adalah penduduk Aetherium, meskipun tidak ada alat pemindai apa pun di lehernya.

“Kau peneliti Elianium?”

Aku mengangguk. “Iya, aku diminta oleh 2-KRA-101 untuk mengantarkan diska, menelitinya di bawah superivisi 4-AIA-190.”

“Nama yang aneh,” katanya dan memejamkan mata. “Siapa nama aslimu?”

Aku menggeleng. “Kami tidak diizinkan menggunakan nama asli sejak umur 15 tahun.”

“Oh,” katanya singkat. “Rian Budirahman Said.”

Tubuhku terhentak saat ia menyebut nama itu dengan ringan.

Seolah-olah ia tidak terikat dengan hukum rigid negeri ini.

Setelah hampir dua tahun, baru sekarang telinga ini mendengar namaku sendiri. Jujur saja, ada sedikit rasa tersanjung karena sejak nomenklatur itu digunakan, bahkan kedua orang tuaku tidak pernah memanggil nama Rian.

“Terima kasih, aku tidak tahu siapa harus memanggilmu.”

“Aluna,” katanya dan berjalan di depanku. “Aku yang akan membantumu untuk menyelesaikan penelitian dan perhitungan tentang Elianium.”

Melihat 4-AIA-190 saja sudah membuatku terpana, apalagi gadis bernama Aluna ini? Sungguh aku tidak menyangka hari ini ada sebuah keajaiban yang mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup.

Selama aku bernapas di bawah atmosfer buatan Aetherium, baru kali ini aku merasakan punya harapan hidup. Mungkin terlalu tinggi harapanku tentang ini semua, tetapi Aluna seolah-olah memberikan oase di kehidupan ini.

“Kau tinggal bersamaku,” katanya dan memimpin langkah untuk naik ke sebuah alat transportasi khusus yang terlihat begitu nyaman dan mewah.

Kami melintas semua zona tanpa pemeriksaan sama sekali. Hingga akhirnya kendaraan otomatis ini berhenti di depan gerbang zona 11. Aku tidak tahu bahwa di atas zona 10 masih ada satu zona lagi, yaitu zona 11.

“Selamat malam, Nona. Kau membawa siapa?”

“Proletariat baru untuk mengerjakan Elianium,” jawabnya tanpa menoleh.

Mereka mengarahkan senter dan memindai leherku dengan agak kasar. Setelah dataku dimasukkan, kendaraan ini kembali berjalan menuju bagian tengah zona 11.

Nama gedung itu adalah Anthala, tidak ada nomenklatur non-manusia yang terlihat di sini. Saat kami masuk melalui lobi utama, sebuah aura penuh kemewahan yang terasa berbeda langsung mendekapku.

Ia memimpin langkah menuju elevator untuk naik ke lantai 330, hingga kami tiba di ruangan bagian atas gedung dengan kaca di semua sudutnya.

“Ini kamarku, kau bisa mengambil apa pun di sini untuk kebutuhan penelitian. Selama di sini, kau bisa tidur di sana.”

Ia menunjuk ke arah pintu yang tampak agak berbeda. Lagi-lagi batin ini tersadar bahwa semewah apa pun ruangan ini, akan tetap ada tempat bagi manusia kelas rendah sepertiku. Namun, ini sangatlah layak, bahkan lebih bagus dari ruangan singgah di zona 2 barusan.

Di dalamnya terdapat instrumen yang jauh lebih lengkap dari yang ada di zona 2. Saat itu hati ini menyadari, dipindahkannya aku ke sini adalah supaya pekerjaan ini cepat selesai.

Instrumen ini seakan-akan mengatakan segalanya bahwa kaum proletar dan marjinal seperti diriku memang terlahir untuk terus bekerja. Aku mengakui, ada beberapa makanan dan minuman yang bentuknya hanya dilihat di iklan televisi.

Namun, tetap saja aku hanyalah manusia tak berharga bagi Aetherium. Mereka membutuhkanku untuk menyelesaikan pekerjaan kotor yang tidak ingin mereka lakukan.

Sejenak, aku memperhatikan kembali griya tawang yang ternyata lebih tinggi dari gedung Premor Delta 0-122. Bangunan ikonik yang bisa dilihat dari apartemen kumuhku ternyata lebih rendah 33 lantai ketimbang Anthala.

Siapa sebenarnya Aluna?

Mengapa ia bisa berada dalam sistem mengerikan ini?

“Kau bukan berasal dari sini, kan?”

Ia menatapku dan menggeleng. “Neues Preußisches Reich.”

Aku tidak tahu apa itu, tetapi wajar apabila ia tidak mengenakan pakaian Aetherium. Dari penampilannya, ia pasti diutus oleh negaranya untuk berada di sini. Aku tidak pernah tahu bahwa selain Aetherium, ada lagi negara lain yang berdiri. Kata Supremor Mahesa, satu-satunya negara di dunia adalah Aetherium.

“Kau bekerja untuk kedutaan?” tanyaku pelan.

Ia menggeleng. “Kaiserin von Preußen”

“Apa itu?” tanyaku penasaran.

Ia menghela napas dan menatapku dari dekat. “Aku adalah Maharani Prusia.”

“Prusia? Negara apa itu?”

“Sulit menjelaskannya kepadamu. Aetherium tampaknya sudah menanamkan doktrin mengerikan di sini. Namun, Prusia adalah satu-satunya negara yang saat ini bisa mengekstraksi Elianium.”

“Mengapa bahasanya sama dengan di Aetherium?”

Ia mengangguk. “Sudah hampir tiga abad, Bahasa Admaspheria kita gunakan.”

Aku menatap gadis itu penuh tanya. Apa itu Admaspheria? Apakah ada negara lain yang berdiri selain Aetherium dan Prusia? Ataukah memang kami tidak pernah tahu apa pun?

“Apa itu Admaspheria?”

Ia duduk di sofa dan menatapku. “Admaspheria adalah negara yang berdiri sebelum Mahesa mengkudeta Ailia Anandta, pendiri negara ini yang sesungguhnya.”

“Apa itu kudeta?” tanyaku masih penasaran.

“Penggulingan kekuasaan yang sah melalui jalan ilegal, dalam hal ini melalui kekerasan dan propaganda.”

Aku terhentak bukan main mendengar penjelasan Aluna.

Sungguh, selama hidup di negara ini, aku tidak pernah tahu bahwa Aetherium dibangun dari sebuah peristiwa semengerikan itu. Namun, itu menjawab mengapa negara ini terasa begitu dingin dan tidak memperhatikan masyarakatnya.

“Apakah sebelum Supremor Mahesa mengambil alih negara ini, sebelumnya Admaspheria adalah tempat yang menyenangkan?”

Ia berdiri dan menatap ke luar jendela. “Admaspheria berdiri pada tahun 2050, satu dekade setelah perang termonuklir. Ailia Anandta membangun kepingan luka dan debu menjadi negara yang makmur.

“Namun, Mahesa tidak menyukai kemakmuran itu dan menggulingkan pemerintahan dengan kejam. Namun, darah Ailia masih mengalir di Prusia.”

“Bagaimana kau menjelaskan itu?”

Ia menggeleng. “Kau tidak perlu tahu.”

“Kau masih muda?” tanyaku pelan.

“Aku lahir 19 Desember 2307, usiaku belum genap 16 tahun.”

Itu berarti ia masih seumuran denganku. Namun, ia sangat beruntung lahir di luar Aetherium. Bagaimana aku bisa mengatakannya, tetapi ada rasa iri menggeliat di dalam hati.

Aku hanya ingin keluar dari segala penderitaan ini.

“Namun, kau seorang maharani? Apa artinya?”

Ia tersenyum. “Di Prusia, Maharani adalah sebutan untuk pemimpin yang menjalankan pemerintahan sehari-hari. Ada orang yang memiliki wewenang lebih tinggi dariku, yaitu Mama. Ia adalah Große Kaiserin atau Maharani Agung.”

Aku mulai menyadari, bahwa ada jurang yang begitu dalam di antara kami. Ia adalah seorang pemimpin negara, mungkin sama dengan Supremor Mahesa. Namun, ia terlihat sangat ramah meskipun awalnya terlihat agak ketus.

“Tugasmu sederhana, Rian. Selesaikan perhitungan ini dengan baik, maka aku akan membawamu dari negara mengerikan ini.”

“Apakah itu memungkinkan?” tanyaku pelan

“Aku adalah Aluna Aldelynn Aldrich. Aku bisa membuat keputusan apa pun dengan Aetherium.”

Aku tidak tahu, apakah ini jawaban atas semua harapan dari dalam hati. Namun, setidaknya aku bisa keluar dari jeratan penderitaan sebagai seorang proletariat. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Aksi
Cerpen
Proletariat
Faristama Aldrich
Cerpen
I Have Nothing
Yutanis
Flash
ss
dededede
Novel
Bronze
Freedom Fighter
TheEod
Novel
Godwin Agency 2: Reunion
FS Author
Flash
Pemburu Zombie
M. Ferdiansyah
Cerpen
Bronze
Sayounara Ryuusei, Konnichiwa Jinsei
Mochammad Ikhsan Maulana
Skrip Film
Pada Akhirnya Waktu Akan Datang (Script)
Anisah Ani06
Flash
Bronze
No Way Out
FS Author
Cerpen
Sebelum Api Obor Mati
Karang Bala
Skrip Film
A MILLION WHO
Husnulispedia
Novel
Bronze
Para Joki
Farida Zulkaidah Pane
Skrip Film
Sinar yang Gelap
Rasyiditas
Novel
Bronze
RAJAPATI
Robby Kusumalaga
Flash
Bronze
Kata Penyemangat!
Daud Farma
Rekomendasi
Cerpen
Proletariat
Faristama Aldrich
Novel
A Legacy of Cyllia
Faristama Aldrich
Cerpen
Kamu Harus Bahagia, Nad
Faristama Aldrich
Novel
The Perpetual Chronicle: Fusion-Null
Faristama Aldrich
Cerpen
Keabadian yang Kau Inginkan
Faristama Aldrich
Flash
Cinta
Faristama Aldrich
Cerpen
Sebuah Pekerjaan
Faristama Aldrich
Flash
"Teman"
Faristama Aldrich
Flash
Marsha
Faristama Aldrich
Novel
Talita, Tentang Sebuah Nama
Faristama Aldrich
Flash
Sugarbaby
Faristama Aldrich
Flash
20
Faristama Aldrich
Novel
The Perpetual Chronicle: Fusion-Aleph
Faristama Aldrich
Flash
Penantian
Faristama Aldrich
Cerpen
Sang Idola
Faristama Aldrich