Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
PRING IRENG HUTAN LARANGAN
0
Suka
44
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Suasana desa di kaki perbukitan Menoreh selalu membawa kedamaian yang asing bagi Ratna. Hawa sejuk menusuk kulit, semilir angin membawa aroma tanah basah dan daun-daunan, berpadu dengan bisikan mantra alam yang tak pernah ia dengar di hiruk pikuk kota. Sebagai mahasiswi pendidikan biologi, liburan di rumah Mbah Kinanti ini seharusnya menjadi oase penelitian. Otaknya dipenuhi ide-ide tentang keanekaragaman hayati yang melimpah, terutama di hutan Alas Pring Ireng yang angker, membentang di ujung pandangannya.

"Mbah, hutan di sana itu... benar-benar angker, ya?" Ratna bertanya suatu sore, tatapan matanya terpaku pada rerimbunan bambu yang menghitam, seolah menelan cahaya senja. Mbah Kinanti, yang sedang menganyam keranjang bambu di teras, hanya mendengus pelan. Wajah tuanya berkerut dalam, memancarkan keteguhan khas orang desa.

"Angker atau tidak, bukan urusanmu, Nduk. Yang jelas, jangan sekali-kali masuk ke sana," jawab Mbah Kinanti, tanpa menoleh. Suaranya datar, namun terselip ketegasan yang tak terbantahkan. Ia berhenti menganyam, jemarinya yang keriput perlahan mengusap punggung tangan Ratna. "Orang-orang punya alasannya sendiri kenapa tidak pernah menyentuh Alas Pring Ireng. Dengarkan mereka."

Ratna mendesah, rasa penasaran ilmiahnya bergejolak. Ia membayangkan ratusan spesies tanaman obat yang mungkin tersembunyi di balik kerapatan bambu itu. Potensi pengembangan obat herbal, penelitian botani, atau sekadar observasi ekosistem. Baginya, "angker" adalah label masyarakat yang belum terbukti secara ilmiah. Ia tidak percaya tahayul. Namun, setiap kali ia mencoba melangkah mendekat, entah kenapa, sebuah keraguan halus selalu mencengkeram kakinya. Bukan rasa takut, melainkan semacam penghormatan tak kentara pada larangan yang telah ia dengar sejak kecil.

Warga desa pun demikian. Mereka seolah memiliki kesepakatan tak tertulis untuk tidak pernah mendekati Alas Pring Ireng. Pagi hari, para petani melewati jalan setapak di pinggir hutan dengan langkah tergesa, pandangan mereka menghi...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
PRING IRENG HUTAN LARANGAN
ari prasetyaningrum
Novel
Mereka Yang Tak Terlihat
Mahendra Dwi Putra
Cerpen
Bronze
Sunggar Kuntilanak
Dewie Sudarsh
Novel
Tukang Ban
Faizal Ablansah Anandita, dr
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Vienna
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Charlie, Charlie Are You There?
Lewi Satriani
Cerpen
Bronze
HANTU WONDO & KORBAN G30S PKI
Sri Wintala Achmad
Cerpen
Bronze
Malam Terakhir Naya
Novita Ledo
Cerpen
The Secret of the Forbidden at Villa Van den Berg
Erdem Emre
Cerpen
Bronze
Panggilan Dari Bawah Tanah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Neon Ghost Cafe
Silvarani
Cerpen
Bronze
Sahabat Ku Maafkan Aku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Rumah Po
Desp
Cerpen
Bronze
GENDERUWO JEMBATAN BOYONG
Sri Wintala Achmad
Novel
Bronze
Derflow dan Delusi
White Blossom
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
PRING IRENG HUTAN LARANGAN
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
TERTAWAN SANG KETOS
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
KASIH SEMUSIM LALU
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
ANTARA ANDIKA, ANNISA DAN AMALIA
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
KASIH TERPAUT DI DERMAGA CINTA
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
PELANGI USAI BADAI
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
URBAN LEGEND DESA ARUMDALU
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
PATAH HATI DI UJUNG ADAT
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
PERSAHABATAN YANG CULAS
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
GADIS TOMBOY TER DE BEST
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
RENDANG UNTUK IBU MERTUA
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
WANITA TERAKHIR UNTUK FERNANDA
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
BERKHIANAT DEMI SI BULE
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
KAU KHIANATI AKU, KUBATALKAN PERNIKAHAN
ari prasetyaningrum
Cerpen
Bronze
PAHIT GETIR CINTA
ari prasetyaningrum