Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Suasana desa di kaki perbukitan Menoreh selalu membawa kedamaian yang asing bagi Ratna. Hawa sejuk menusuk kulit, semilir angin membawa aroma tanah basah dan daun-daunan, berpadu dengan bisikan mantra alam yang tak pernah ia dengar di hiruk pikuk kota. Sebagai mahasiswi pendidikan biologi, liburan di rumah Mbah Kinanti ini seharusnya menjadi oase penelitian. Otaknya dipenuhi ide-ide tentang keanekaragaman hayati yang melimpah, terutama di hutan Alas Pring Ireng yang angker, membentang di ujung pandangannya.
"Mbah, hutan di sana itu... benar-benar angker, ya?" Ratna bertanya suatu sore, tatapan matanya terpaku pada rerimbunan bambu yang menghitam, seolah menelan cahaya senja. Mbah Kinanti, yang sedang menganyam keranjang bambu di teras, hanya mendengus pelan. Wajah tuanya berkerut dalam, memancarkan keteguhan khas orang desa.
"Angker atau tidak, bukan urusanmu, Nduk. Yang jelas, jangan sekali-kali masuk ke sana," jawab Mbah Kinanti, tanpa menoleh. Suaranya datar, namun terselip ketegasan yang tak terbantahkan. Ia berhenti menganyam, jemarinya yang keriput perlahan mengusap punggung tangan Ratna. "Orang-orang punya alasannya sendiri kenapa tidak pernah menyentuh Alas Pring Ireng. Dengarkan mereka."
Ratna mendesah, rasa penasaran ilmiahnya bergejolak. Ia membayangkan ratusan spesies tanaman obat yang mungkin tersembunyi di balik kerapatan bambu itu. Potensi pengembangan obat herbal, penelitian botani, atau sekadar observasi ekosistem. Baginya, "angker" adalah label masyarakat yang belum terbukti secara ilmiah. Ia tidak percaya tahayul. Namun, setiap kali ia mencoba melangkah mendekat, entah kenapa, sebuah keraguan halus selalu mencengkeram kakinya. Bukan rasa takut, melainkan semacam penghormatan tak kentara pada larangan yang telah ia dengar sejak kecil.
Warga desa pun demikian. Mereka seolah memiliki kesepakatan tak tertulis untuk tidak pernah mendekati Alas Pring Ireng. Pagi hari, para petani melewati jalan setapak di pinggir hutan dengan langkah tergesa, pandangan mereka menghi...