Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku pernah menjadi apa pun demi sepasang mata yang hanya menatap tanpa melihat. Aku pernah menanggalkan jati diri, menyimpan tawa dan air mata di tempat yang sama, hanya agar seseorang percaya bahwa ada hati yang tulus mengawasi dari kejauhan. Aku juga pernah menepis canggung, menyingkirkan malu, menjahit luka sendiri agar tetap terlihat pantas berdiri di sampingnya.
Namun, cermin yang dulu kupoles untuk memperlihatkan versi terbaik dari diriku, justru dilempar balik. Hancur. Lalu, diserahkan kembali agar bisa berkaca di dalam bingkai yang sudah retak. Seolah hanya dengan cara itu, aku layak untuk diperhitungkan.
Aku sodorkan perjanjian pranikah kepada calon istriku. Tidak ada niat menyakiti. Hanya ada rasa takut kehilangan sesuatu yang tersisa. Bukan...