Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Desa Ngawur seperti biasa riuh setiap kali Pilkada mendekat. Spanduk-spanduk calon bupati menjamur di mana-mana. Wajah-wajah mereka menghiasi tembok, tiang listrik, bahkan pintu toilet umum.
Tapi bagi Murad, Pilkada kali ini adalah ajang menonton komedi gratis. Dia sudah bulat memutuskan: tidak akan memilih siapa pun.
“Murad! Kamu benar-benar nggak mau milih?” tanya Marni, istrinya, sambil menyapu halaman. “Jangan sampai nanti KTP kita digadaikan KPPS buat nambah suara calon.”
Murad yang sedang memakan gorengan hanya mengedikkan bahu. “Mau digadaikan kek, mau dijual sekalian juga nggak apa. Toh, percuma. Pilih yang satu dapat bodoh, pilih yang satu lagi dapat koruptor. Enakan nggak milih aja.”
Marni menghentikan sapunya dan menatap suaminya dengan tajam. “Halah, males kamu itu, ya...