Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di dunia yang terbuat dari kubus-kubus sempurna, hiduplah seorang petualang muda bernama Alex. Setiap pagi, matahari berbentuk persegi terbit di langit biru berbentuk pixel, menerangi gunung-gunung hijau yang tersusun rapi seperti anak tangga raksasa. Di dunia ini, semuanya terbuat dari balok—dari pohon oak persegi dengan daun hijau kubus, hingga awan putih yang menggumpal seperti kapas berbentuk kotak.
Alex adalah seorang "Petualang Pemecah Blok"—sebutan untuk mereka yang bisa memindahkan dan menyusun ulang balok-balok dunia. Dengan tangan kosongnya, Alex bisa "menambang" balok kayu dari pohon, balok batu dari gunung, bahkan balok berlian dari perut bumi. Tapi ada aturan tak tertulis: setiap balok yang diambil harus diganti dengan yang baru, agar keseimbangan dunia kubus tetap terjaga.
"Hari ini aku akan membangun rumah pohon terbesar di dunia kotak ini!" seru Alex pada teman-temannya—seekor kucing ocelot bernama Spot yang berekor persegi, dan seekor serigala yang dinamai Wolfie dengan bulu abu-abu berbentuk pixel.
"Meow Meow!" balas Spot, ekor kotaknya berdiri tegak.
"Grrrufff!"tambah Wolfie, mengibaskan ekor baloknya.
Mereka berjalan menyusuri hutan birch, dimana batang pohon putih-hitamnya tumbuh lurus sempurna ke langit. Alex mulai bekerja, mengetuk-ngetuk batang pohon dengan tangan kosong. Tap... tap... tap... Setiap kali dia mengetuk, sebuah balok kayu terlepas dan melayang ke inventory tak kasat mata di depan perutnya. Dalam sekejap, pohon itu menghilang, meninggalkan balok pengganti yang bersinar sebentar sebelum menyatu dengan tanah.
Tapi tiba-tiba... BRRRMMMM!
Suara gemuruh keras mengguncang hutan. Dari dalam tanah, muncul makhluk-makhluk aneh—Creeper! Makhluk hijau yang tinggi, makhluk tersebut dikenal sebagai monster di dalam dunia balok, Creeper itu akan meledak jika Alex mendekatinya. Biasanya makhluk seperti monster ini hanya muncul di malam hari, tapi hari ini mereka keluar di siang bolong!
"Lari ! Ada banyak Creeper!" teriak Alex.
Tapi Spot si kucing justru berjalan mendekati Creeper itu. Ajaibnya, Creeper-Creeper itu berhenti mendesis dan mulai mundur. Ternyata, Creeper itu takut terhadap kucing!
"Kau pahlawanku, Spot!" seru Alex sambil mengelus kepala kucing kesayangannya.
Setelah aman dari para monster, Alex melanjutkan perjalanannya. Dia ingin mencari bahan untuk membangun rumah pohon impiannya. Dia memerlukan:
· Balok kaca untuk jendela (dari pasir yang dilebur)
· Balok wol untuk tempat tidur (dari bulu domba)
· Dan yang paling penting... glowstone untuk penerangan!
Untuk mendapatkan glowstone, Alex harus pergi ke Nether—dimensi lain yang berbahaya. Dengan menggabungkan balok obsidian yang dia dapat dari gunung berapi, Alex membangun portal ungu yang bergetar.
"Kalian tunggu di sini aja ya," kata Alex kepada Spot dan Wolfie. "Nether bukanlah tempat yang aman untuk kalian."
Tapi Wolfie menggeram dengan khawatir, sementara Spot mengeong-ngeong untuk protes.
"Aku janji, aku akan berhati-hati dan segera kembali!" ucap Alex sebelum melompat ke dalam portal Nether.
Whoosh!
Dunia berubah menjadi merah. Nether adalah tempat mengerikan dengan langit yang merah dan gelap, lava sungai yang mengalir lambat, dan jamur raksasa sebesar rumah. Di sini, terbanglah Ghast—makhluk putih seperti ubur-ubur besar yang menembakkan bola api.
Alex harus berhati-hati. Dia mengambil glowstone dari langit-langit gua, sambil menghindari bola-bola api yang ditembak Ghast. Tetapi saat sedang asyik menambang, tiba-tiba...
CRACK!
Tanah di bawahnya runtuh! Alex terjatuh ke dalam kolam lava! Untungnya Alex cepat bereaksi. Dari inventory-nya, dia mengambil balok batu dan cepat-cepat menyusunnya menjadi tangga darurat. Tap-tap-tap! Tangga batu tumbuh dengan cepat, menyelamatkannya dari lava yang panas dan mematikan.
"Huh, nyaris!" napas Alex terengah-engah.
Dia kembali ke portal dengan glowstone yang berhasil dikumpulkannya. Tetapi saat sampai di portal... ada masalah besar! Seekor Ghast telah menghancurkan portalnya! Portal itu sekarang padam, berwarna abu-abu dan tidak aktif.
Alex terjebak di Nether!
Alex tiba-tiba merasa panik, perasaan takut dan cemasnya mulai muncul dengan intens, jantungnya berdebar kencang, napasnya pendek, tangannya gemetar dan berkeringat. Alex mencoba untuk menenangkan pikirannya, setelah beberapa saat setelah Alex tenang, Ia mengingat teman penjelajah lamanya mengatakan : "Di dunia kubus, tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan dengan kreativitas."
Alex melihat sekeliling,mengingat cerita temannya, bahwa temannya pernah terjebak juga didalam nether, Alex memutuskan untuk mencoba teknik yang dipakai teman lamanya, Alex memerlukan :
· 10 balok obsidian untuk membuat portal baru
· Flint dan steel untuk menyalakannya
Obsidian dapat dibuat dengan menuangkan air ke atas lava. Flint bisa didapat dari gravel, dan steel dari iron yang dilebur.
Dengan perjuangan berat, Alex akhirnya berhasil mengumpulkan semua bahan yang dibutuhkan. Tangan kecilnya bekerja dengan cepat, menyusun balok-balok obsidian menjadi frame portal. Lalu... click! Flint dan steel menyala, mengaktifkan portal ungu yang berputar.
"Yeay! Berhasil!" sorak Alex sambil melompat kegirangan.
Sesampainya di dunia utama, Spot dan Wolfie langsung menyambut Alex dengan gembira, seolah-olah Alex telah meninggalkan mereka selama berhari- hari. Spot menggosok-gosokkan badan kotaknya ke kaki Alex, sementara Wolfie melompat-lompat senang.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu terlalu lama," kata Alex memeluk kedua temannya dengan erat. "Sekarang bahan yang kita butuh sudah ada semua, ayo bangun rumah pohon kita bersama!"
Dengan bahan-bahan yang sudah dikumpulkan, Alex mulai membangun. Tangannya bergerak cepat seperti seorang seniman. Balok demi balok disusun, sampai akhirnya...
"Akhirnya, selesai!" seru Alex.
Rumah pohon itu sangatlah luar biasa! Tiga lantai tinggi, dengan jendela kaca berwarna warni, balkon dari kayu birch, atap dari daun oak, dan glowstone yang menerangi setiap sudut rumah. Alex juga menyiapkan ruang khusus untuk Spot dengan tiang garukan, dan tempat tidur empuk untuk Wolfie.
Yang paling spesial—di atap rumah, Alex membuat taman dengan bunga-bunga berwarna-warni yang ditanam di pot tanah liat. Saat malam tiba, bulan persegi terbit, menerangi rumah pohon yang sekarang bersinar seperti lentera di tengah-tengah hutan.
"Rumah kita indah sekali!" kata Alex pada teman-temannya.
Spot mendengkur puas di pangkuannya, sementara Wolfie sudah tertidur lelap di karpet wolnya.
Keesokan paginya, Alex bangun dengan ide baru. "Ayo kita buat lebih banyak rumah untuk teman-teman lain! Kita bisa membangun desa lengkap dengan perpustakaan, toko, dan taman bermain!"
Spot menganggukkan kepala kotaknya, sementara Wolfie mengibas-ngibaskan ekor baloknya dengan semangat.
Dan begitulah petualangan Alex si Petualang Pemecah Blok terus berlanjut. Setiap hari selalu ada hal baru yang dibangun, dan setiap malam pasti ada cerita baru yang dibuat. Di dunia berkotak ini, selama ada imajinasi dan keberanian, tidak ada yang tidak mungkin.
"Karena dunia ini," bisik Alex sambil memandang matahari persegi terbit, "adalah kanvas terbesar yang pernah ada."
Dan dengan balok di tangannya, dia adalah senimannya.