Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pagi ini matahari cukup terik tapi udara terasa dingin menusuk kulit. Aku berlari masuk gedung Sekolah Menengah Pertama dengan atribut aneh. Tas kresek merah besar dengan diikat tali rafia menggantung dibahu, berkalung permen dan papan identitas besar di dadaku. Ini hari pertamaku menginjakkan kaki ke sekolah yang termasuk dalam 3 besar Sekolah terbaik di kotaku.
Siswa siswi seangkatanku sudah berkumpul dilapangan. Aku berdiri kebingungan diantara mereka yang mulai berbaris sesuai grup. Tidak ada kenalan bahkan teman sekolah yang masuk sekolah ini. Seseorang menepuk bahuku dari belakang. Dia tersenyum lalu mengantarkanku ke papan pengumuman yang berdiri menghadap ke arah mereka yang sudah berbaris rapi. Terdengar sorakan dari kakak-kakak pembina yang berada di belakang kami. Dia mengantarkanku masuk ke dalam barisan yang membuat suara semakin gaduh.
Kami dibimbing masuk kelas sesuai grup. Aku sendirian duduk di bangku belakang. Kakak pembina kami masuk memperkenalkan diri. Ada Mbak Sena dari kelas 2B, Mas Alvin kelas 3D, Mas Febri kelas 3D, Mas Candra dari kelas 3A dan Mbak Dena dari kelas 3C. Yang membantuku tadi adalah Mas Alvin. Laki-laki tinggi tegap dengan kulit putih. Apa karena Aku duduk sendirian dibelakang, teman-temanku yang lain memperkenalkan diri dari tempat duduknya sedang Aku dipanggil ke depan sendirian.
"Sudah punya pacar gak,dek?" Tanya Mbak Sena yang membuatku cukup terkejut dengan pertanyaannya. Mas Alvin langsung menegur agar tidak bercanda demikian. Setelah memperkenalkan diri, Mereka mempersilahkanku duduk.
Saat itu, kegiatan ini disebut Masa Orientasi Siswa. Membawa dan menggunakan atribut aneh sesuai ketentuan sekolah. Ada beberapa kegiatan, memperkenalkan bagian sekolah dan staff. Belum ada smartphone, bahkan handphonepun bukan bagian dari gaya hidup.
Sejam terasa 10 jam. Setiap game yang diadakan, namaku dipanggil ke depan. Waktu terasa sangat lambat. Akhirnya, bel pulang berbunyi. Aku masukkan atribut yang kukenakan ke dalam tas ransel yang sedari di rumah terlipat rapi didalam kantung kresek. Teman-teman segrupku mulai keluar dari kelas. Aku keluar melewati Mas Alvin yang duduk dipinggir meja 2 bangku dari depanku.
Di depan gerbang sekolah, Aku berdiri menunggu angkot. Saat itu belum ada ojek online. Hanya ada angkot dan bus. Tiba-tiba Mbak Sena dengan setengah berlari menghampiriku. Memberiku secarik kertas kosong dan pulpen.
"Boleh minta nomer telfonnya.nggak?"
Tanpa mengatakan apapun, Kutulis nomer telfon tetanggaku. Bukan Aku tidak memiliki telfon rumah. Tapi sudah lelah dikerjai seharian.
Keesokkan harinya saat akan berangkat sekolah. Dari rumah sebelah, Budhe Ambar teriak memanggilku. Beliau mengatakan kalau ada laki-laki menghubungi beliau dari telfon rumahnya mencariku.
"Gimana sih,Sof.. Masih kecil kok sudah pacaran? Pakai nomer telfon Budhe itu karena takut ketahuan Mamamu.ya?"
Aku cuma nyengir.
Mama keluar rumah terlihat kebingungan. "Kamu punya pacar, Sofia?"
Mukaku langsung berubah serius lalu menggelengkan kepala.
Disekolah, Aku berlari menuju kelas. Menyapa kakak pembinaku yang sudah berdiri di depan kelas. Mas Alvin mengikutiku lalu duduk disampingku. Aku hanya diam saja karena takut terkesan kecentilan. Kulihat teman-teman Mas alvin keluar kelas lalu tertawa. Teman-teman sekelasku terlihat kebingunagn melihat mereka.
H-1 Penutupan Masa Orienta...