Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Aksi
Pertarungan Antara Kebaikan dan Kejahatan
0
Suka
26
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Pertarungan Antara Kebaikan dan Kegelapan

Langit sore itu tampak muram, berwarna ungu tua yang perlahan berubah menjadi hitam. Angin bertiup kencang membawa aroma hujan, membuat daun-daun di hutan Eldoria bergoyang seperti berbisik. Di tengah hutan itu, di antara pepohonan tua dan kabut tebal, dua sosok berdiri berhadapan.

Di sisi timur, cahaya lembut berwarna emas menyelimuti tubuh seorang ksatria muda bernama Ariel. Ia mengenakan zirah perak yang memantulkan cahaya matahari terakhir, dan di tangannya tergenggam pedang suci bernama Luminar—senjata kuno yang konon ditempa dari cahaya pertama dunia. Wajahnya muda, tapi sorot matanya tenang dan penuh tekad.

Di seberangnya, berdiri sosok tinggi berjubah hitam. Matanya merah menyala seperti bara, dan aura gelap menyelimuti sekelilingnya. Dialah Lord Draxion, penguasa Kegelapan, yang selama berabad-abad menjadi sumber ketakutan bagi seluruh makhluk hidup di negeri itu.

“Sudah waktunya dunia berhenti berpura-pura suci,” kata Draxion dengan suara berat dan bergema. “Manusia yang kau lindungi itu tidak layak diselamatkan, Ariel. Mereka menciptakan dosa, lalu bersembunyi di balik cahaya yang kau agungkan.”

Ariel menggenggam pedangnya lebih erat. “Dan sudah waktunya kegelapan berhenti bersembunyi di balik alasan. Aku takkan membiarkanmu menghancurkan dunia ini lagi.”

Petir menyambar di kejauhan. Tanah bergetar. Langit retak oleh guntur. Lalu, dua kekuatan besar itu saling menerjang.

Benturan Dua Dunia

Pedang Luminar bersinar terang menebas udara, sementara tongkat hitam Draxion memunculkan awan pekat yang menelan hutan. Setiap kali senjata mereka bertemu, terdengar dentuman keras seperti petir yang jatuh ke bumi. Cahaya dan kegelapan saling menghantam, menciptakan percikan api yang menari di udara.

Draxion tertawa keras. “Kau tidak akan pernah menang, Ariel! Kegelapan adalah bagian dari semua hati manusia!”

Ia mengayunkan tongkatnya, dan dari tanah muncul ratusan bayangan tanpa wajah. Mereka menjerit, berlari ke arah Ariel dengan tangan hitam yang memanjang seperti asap.

Namun sang ksatria tak mundur. Ia menebas satu per satu bayangan itu, dan setiap tebasannya memancarkan cahaya suci yang membakar kegelapan menjadi debu. Tapi meski serangannya kuat, jumlah musuh tak pernah habis.

Ariel berteriak, “Selama masih ada hati yang percaya pada kebaikan, cahaya takkan padam!”

Draxion tersenyum sinis. “Kau tak mengerti, Ariel. Aku adalah bayangan dari setiap dosa manusia. Selama mereka ada… aku juga ada.”

Jejak Masa Lalu

Di tengah pertarungan, Ariel teringat pesan gurunya, Master Elion, sebelum ia meninggal:

> “Kegelapan bukanlah musuh, Ariel. Ia hanya sisi lain dari cahaya. Jangan mencoba memusnahkannya, tapi pahamilah kenapa ia ada.”

Kata-kata itu berputar di kepalanya. Ia menatap Draxion dan akhirnya berteriak, “Kau dulu juga penjaga cahaya, bukan? Apa yang membuatmu berubah?”

Draxion berhenti sejenak. Dalam sorot matanya yang merah, ada seberkas kenangan. “Aku tidak berubah,” katanya lirih. “Aku hanya muak. Dulu aku melindungi manusia sama seperti kau. Tapi mereka berkhianat. Mereka memujaku ketika butuh, lalu mengusirku saat aku jatuh. Aku menyadari, cahaya yang mereka sembah hanyalah topeng keserakahan.”

Ariel terdiam. Ia tahu sebagian dari ucapan itu benar. Dunia memang tidak sempurna. Banyak yang memilih jalan mudah dalam kegelapan. Tapi tetap saja, ia tidak bisa membenarkan kebencian Draxion.

“Dunia memang kelam,” katanya pelan, “tapi selalu ada satu cahaya kecil yang pantas diperjuangkan.”

Draxion berteriak marah. “Cahaya itu lemah! Dan aku akan memadamkannya untuk selamanya!” Tongkatnya menghantam tanah, dan dari dalam bumi muncul pusaran hitam besar yang menelan segalanya.

Kehancuran Eldoria.

Langit Eldoria berubah menjadi malam total. Bulan lenyap, bintang pun menghilang. Pohon-pohon raksasa patah satu per satu, dan tanah merekah seperti sedang berteriak kesakitan.

Ariel terpental ke belakang, tapi ia menancapkan pedangnya ke tanah untuk bertahan. Angin kencang berputar, mencoba menariknya masuk ke pusaran kegelapan. Dalam kabut hitam itu, ia melihat wajah-wajah manusia yang tersesat: anak-anak, prajurit, bahkan orang tua. Mereka menatapnya dengan mata kosong, seperti meminta tolong.

Ia menutup matanya, berusaha mendengar sesuatu di antara gemuruh badai—suara hatinya sendiri. Ia teringat pada desa kecil tempat ia dilahirkan, pada ibunya yang pernah berkata, “Cahaya kecil pun bisa mengalahkan malam yang pekat, asal kau percaya.”

Ariel menarik napas dalam-dalam. Tubuhnya penuh luka, tapi ia berdiri lagi. “Aku tidak akan menyerah!”

Cahaya keemasan mulai menyelimuti tubuhnya. Luminar bersinar terang, menembus kabut hitam. Cahaya itu begitu kuat hingga Draxion harus menutup matanya.

“Cahaya tidak pernah mati, Draxion!” teriak Ariel. Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan melompat ke udara. Tebasan terakhirnya menembus pusaran gelap dan menghantam tongkat hitam milik Draxion, menghancurkannya berkeping-keping.

Ledakan besar mengguncang seluruh hutan. Suara petir bergema ke seluruh penjuru Eldoria.

Akhir dari Pertempuran

Ketika debu mereda, Draxion masih berdiri—tapi lemah. Jubahnya koyak, dan wajahnya terlihat lebih manusiawi daripada sebelumnya. Sorot mata merahnya perlahan memudar, tergantikan warna abu-abu kelelahan.

“Kenapa kau tidak membunuhku?” tanyanya dengan suara serak. “Bukankah itu tugasmu?”

Ariel menurunkan pedangnya. Ia menatap Draxion lama sekali sebelum menjawab, “Kebaikan sejati bukan tentang menghancurkan musuh, tapi mengakhiri kebencian.”

Draxion tersenyum pahit. “Kau masih sama seperti dulu. Terlalu suci untuk dunia ini.”

Ia memandang langit, lalu menutup matanya. Tubuhnya perlahan berubah menjadi butiran abu hitam yang terbawa angin. Namun sebelum benar-benar hilang, ia berbisik pelan, “Jaga dunia ini, Ariel. Jangan biarkan mereka membuang cahayamu seperti mereka membuangku.”

Ariel hanya bisa terdiam, melihat butiran abu itu menghilang bersama angin malam.

Kembali ke Cahaya

Ketika semua usai, langit perlahan berubah. Awan hitam menipis, dan sinar matahari pagi menembus sela-sela pepohonan. Hutan Eldoria hancur, tapi kehidupan mulai bangkit lagi. Burung-burung kecil berani bernyanyi, dan aroma tanah yang basah berubah menjadi segar.

Ariel berdiri di antara reruntuhan, tubuhnya lelah tapi matanya lembut. Ia memandangi pedangnya—Luminar kini meredup, seperti ikut beristirahat.

“Pertarungan ini belum benar-benar berakhir,” katanya lirih. “Selama masih ada kebencian, kegelapan akan selalu menemukan jalan.”

Namun ia juga tahu, selama masih ada satu hati yang memilih untuk mencintai, kebaikan akan selalu kembali.

Ariel menatap langit. Di antara awan, ia seperti melihat sosok Draxion tersenyum samar sebelum menghilang. Ia menunduk, lalu berbisik, “Terima kasih, saudaraku. Kini aku tahu, kegelapan bukan musuh. Ia adalah bagian dari cahaya itu sendiri.”

Dengan langkah tenang, Ariel berjalan meninggalkan hutan. Setiap langkahnya meninggalkan jejak cahaya di tanah yang sebelumnya hitam. Roh-roh hutan muncul, menundukkan kepala memberi hormat. Dunia tampak kembali bernapas.

Hari itu, dunia diselamatkan bukan karena kekuatan, tapi karena pengampunan.

Epilog

Bertahun-tahun berlalu. Kisah tentang Ariel dan Draxion menjadi legenda yang diceritakan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak tumbuh mendengar tentang ksatria cahaya yang menolak membunuh musuhnya, dan penguasa kegelapan yang akhirnya menemukan damai dalam penyesalan.

Sebagian orang menganggapnya dongeng, tapi setiap kali malam datang tanpa bulan, cahaya samar terlihat di langit Eldoria—seperti pedang Luminar yang masih berkilau.

Dan mereka yang melihatnya tahu, di suatu tempat, cahaya dan kegelapan masih menjaga keseimbangan dunia.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Aksi
Cerpen
Pertarungan Antara Kebaikan dan Kejahatan
Luiz Fernando
Flash
Bronze
Politikus adalah Pemain Golf Jenius
Silvarani
Skrip Film
LOCKDOWN
Cassandra Reina
Flash
Amongst Laughters
Adinda Amalia
Novel
Politician Influencer
Silvarani
Skrip Film
Negeri yang Tak Pernah Selesai
Dede Nurrahman
Flash
Arah Tujuan Mana Yang Ingin Diraih?
Neil E. Fratér
Cerpen
Bronze
Sang Petarung
budi kurniapraja
Flash
Perempuan Evolusi
Art Fadilah
Novel
Suara Dari Tribun
Setia S Putra
Novel
MUDRA
Mega Yohana
Flash
Bronze
Desa Ular Kayu
Silvarani
Flash
Bronze
Virus
Afri Meldam
Flash
Sudah ku bilang, jangan main-main denganku...!
Evie
Skrip Film
The Marsman
Fitran Mustapa
Rekomendasi
Cerpen
Pertarungan Antara Kebaikan dan Kejahatan
Luiz Fernando