Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Komedi
Perjalanan Kaki
0
Suka
82
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Madi ingin pergi, tapi dia harus menanam kaki. Separuh tabungannya dihabiskan untuk membeli bibit varietas unggul, dengan harapan akan tumbuh kaki-kaki tangguh. Setiap hari Madi merawat tanaman kaki. Disiram tiga kali sehari. Dipupuk seminggu sekali. Dijemur di bawah sinar matahari pagi. Hingga muncul jempol tanpa kuku, diikuti jari-jari lainnya seukuran jari bayi. Ketika disentuh, jari-jari itu tidak pernah berhenti menggeliat-geliat, seolah tak sabar ingin menjelajah. Madi semakin semangat menanti tanaman kakinya tumbuh sempurna.

Setiap malam Madi kesulitan tidur. Dia selalu kepikiran dengan tanaman kaki. Apakah tumitnya sudah timbul? Apakah kuku-kuku sudah mengeras? Bagaimana jika terserang hama? Jadi, setiap dua jam sekali, Madi memasang alarm untuk memeriksa perkembangan tanaman kaki. Ketekunannya membuahkan hasil. Kaki yang dia tanam tumbuh lengkap dan besar. Yang tadinya seukuran kaki balita, kini seukuran kaki remaja. Ototnya semakin kelihatan. Mata kaki menonjol dengan indah. Tiap sore Madi membawa tanaman kaki jalan-jalan di pekarangan untuk melatih kelincahan dan ketangkasannya.

Suatu hari, ketika Madi memangkas kuku kaki yang berlebih di depan rumah, seseorang lewat dan mengamati tanaman kaki Madi. Dia memperkenalkan diri sebagai Profesor Buhan, peneliti tumbuhan yang telah mengantongi ratusan sertifikat. “Ini jenis langka,” kata Profesor Buhan. “Lengkungan telapak kaki membentuk bulan sabit musim hangat. Ruas-ruas jari berasio emas. Cengkeraman erat seperti kaki elang. Ini kaki istimewa. Kaki sejenis ini bisa membawa pemiliknya keliling dunia atau ke tempat-tempat tak terjamah. Mereka mampu melangkah di segala jenis tanah.”

Sejak saat itu, berita tentang tumbuhan kaki Madi menyebar ke seluruh penjuru benua. Orang-orang berbondong-bondong berkunjung, ingin melihat langsung, berfoto bersama, menyentuh salah satu jari, bahkan ingin membeli tanaman kaki Madi. Semua orang berlomba-lomba menjanjikan bayaran fantastis.

“Aku bayar dengan ratusan juta uang.”

“Aku bayar dengan rumah mewah idaman.”

“Aku bayar dengan emas berlian.”

Selain itu, ada tiga orang lainnya datang menghampiri Madi. Masing-masing membawa tanaman yang mereka pelihara.

“Tukarkan dengan tanaman bahu ini. Beban seberat apa pun bisa dipikul layaknya kapas wajah.”

“Tukarkan dengan tanaman telinga ini. Sudah berpuluh-puluh tahun dia berpengalaman mendengar rahasia berharga.”

“Tukarkan dengan tanaman lidah ini. Setiap malam kuasah ketajamannya untuk mengundang perhatian banyak orang.”

Madi tergiur. Namun, dia belum tahu bayaran apa yang layak untuk tanaman kakinya. Jadi, dia memanggil Profesor Buhan untuk meminta pendapat.

“Kenapa tidak kau kembang biakkan saja?” usul Profesor Buhan. “Di zaman ini, kau bisa menumbuhkan berkali-kali lipat kaki hanya dengan satu bibit. Jika kau melipatgandakan tanaman kaki ini, kau bisa mendapatkan banyak keuntungan.”

“Bagaimana caranya, Prof?” tanya Madi.

“Aku telah berpengalaman mengembangbiakkan bermacam-macam tanaman dengan bermacam-macam metode, bahkan aku telah merumuskan beberapa metode menjadi sebuah cara baru yang lebih mudah dan efektif. Cara ini sudah diuji puluhan ahli dan berhasil diterapkan pada banyak tanaman dengan berbagai macam media dan cuaca.” Profesor Buhan menunjukkan sebuah buku bersampul kilat kepada Madi. Judulnya Penemuan Baru Buhan untuk Tumbuhan, dan ada cap “Best Seller”.

“Semua langkah-langkah dan penjelasannya ada di buku ini. Harganya tidak seberapa jika dibandingkan dengan biaya operasional riset dan juga hasil yang kau dapatkan nanti.”

Madi pun membeli buku Profesor Buhan. Dipelajarinya semalam suntuk. Besoknya, dia mulai bercocok tanam mengikuti anjuran yang tertera di buku. Caranya sangat mudah. Madi hanya perlu memotong tanaman kaki yang dia punya menjadi beberapa bagian dan menanam bagian-bagian itu kembali.

Pagi sekali, Madi memanen tanaman kaki. Saking gembiranya, jari-jari kaki semakin menggeliat-geliat, menari di udara. Tumit saling hentak-menghentak, tak sabar menyentuh tanah. Madi membersihkan tanaman kaki tersebut dan mengikatnya agar tidak bergerak-gerak. Dengan pisau dapur, Madi memotong-motong tanaman kaki menjadi beberapa bagian, sesuai arahan di buku Profesor Buhan. Potongan-potongan tanaman kaki menggelepar-gelepar di meja, mirip ekor cecak yang baru tanggal. Selanjutnya, Madi menanam ulang potongan tumbuhan kaki. Totalnya ada satu lusin.

Rutinitas merawat tanaman kaki kembali dijalankan Madi. Disiram tiga kali sehari. Dipupuk seminggu sekali. Dijemur di bawah sinar matahari pagi. Namun, kali ini dia harus meluangkan lebih banyak waktu dan tenaga karena jumlah tanaman semakin banyak. Pengunjung yang berdatangan, yang ingin melihat tanaman kaki pun disuruh pulang oleh Madi.

“Kalian datang beberapa minggu lagi. Akan kutunjukkan tanaman kaki baru!”

Namun, tiga hari kemudian, beberapa tanaman kaki Madi layu dan mati. Hanya setengah lusin yang bertahan. Madi pun kembali meminta bantuan Profesor Buhan.

“Hanya setengah yang mati. Itu sudah biasa, bahkan termasuk berhasil. Bayangkan, dari satu benih, bisa menghasilkan enam kali lipat,” kata Profesor Buhan sambil mengamati perkembangan tanaman kaki yang baru. Jempol dan beberapa jari lain sudah mulai bermunculan.

“Pupuk yang kau gunakan kurang bagus. Berilah pupuk yang memang khusus untuk tanaman kaki.” Profesor Buhan memberi saran setelah menanyai perawatan yang Madi lakukan. Memang, selama ini Madi hanya memupuk tanaman kakinya dengan pupuk biasa. Dia bahkan baru tahu ada pupuk khusus untuk tanaman kaki. Untung saja, Profesor Buhan dan koleganya menjual pupuk tersebut.

Segera Madi mengganti pupuk lama dengan pupuk baru. Benar saja, keesokan paginya, dia menemukan semua tanaman kaki memiliki jari sempurna seukuran bayi. Berita baik ini disampaikannya kepada Profesor Buhan.

“Jika ingin hasil maksimal, berikan vitamin penambah urat agar tanaman kaki tumbuh subur.” Profesor Buhan kembali memberikan nasihat.

Madi baru tahu tanaman harus diberi vitamin. Dia tertarik. Jika pupuk khusus bisa menyuburkan tanamannya, mungkin dengan tambahan vitamin, tanaman kakinya bisa tumbuh lebih cepat. Beruntungnya, kali ini Profesor Buhan memberikan sampel vitamin dengan cuma-cuma kepada Madi. Jika seterusnya Madi ingin menggunakan vitamin itu, dia bisa membelinya dari Profesor Buhan.

Sesuai anjuran pada kemasan, Madi memberi tanaman kaki vitamin setelah matahari tenggelam. Saat diberikan vitamin, jari-jari tanaman kaki Madi semakin lincah menggeliat. Dua hari kemudian, tumit tanaman kaki mulai muncul, waktunya lebih cepat dari yang tertulis di buku pedoman.

Tanpa pikir panjang, Madi membeli banyak vitamin dari Profesor Buhan meski harganya lumayan mahal. Dia membayangkan hasil yang nanti didapatkan akan setimpal dengan usaha dan modal yang dia keluarkan saat ini. Namun, impian itu sirna seketika.

Beberapa hari kemudian, begitu bangun tidur, terkejutlah Madi menemukan tanaman kakinya tumbuh tidak normal. Ada yang berbentuk kaki kucing. Ada yang berbentuk kaki angsa, beruang, cicak, gajah. Tak ada yang berbentuk kaki manusia. Jarinya runcing-runcing. Telapaknya bengkok-bengkok. Tumitnya ada yang datar, ada yang bergelombang. Kuku-kuku bergerigi, bahkan ada yang berbentuk seperti capit kepiting.

Madi mendekat untuk memeriksa lebih cermat. Namun, tanaman-tanaman kaki itu bergerak tak karuan, hendak menendang, mencakar, mencabik, dan menginjak-injak segala hal di sekitarnya. Madi mencoba menghentikannya, tetapi tanaman kaki semakin beringas. Dipukul satu, yang lain melawan. Dibungkus selimut tebal, kuku-kuku merobek dengan tangkas. Tanpa pikir panjang, Madi menyambar parang, memangkas semua tanaman kaki di hadapannya. Menimbun mereka dengan batu besar. Anehnya, semakin dihancurkan, tanaman kaki semakin tumbuh banyak. Jari-jari tumbuh bercabang tiga dan empat. Mata kaki yang terkoyak timbul lebih besar. Dinding dan lantai rumah Madi penuh dengan jejak-jejak mereka. Ranjang, bantal, ambal, dan kursi santai tercabik-cabik, busanya tercerai-berai. Di tengah kekacauan itu, dari luar ada yang menyerukan namanya.

“Madi! Madi!”

Tiga calon pembeli yang menawarkan tanaman bahu, telinga, dan lidah tampak tak sabar menantinya untuk keluar. Madi pikir mereka ingin memeriksa tanaman kaki.

“Bukankah sudah kubilang tunggu beberapa minggu lagi? Tanaman kaki belum tumbuh sempurna.” Madi beralasan.

Namun, ketiga tamu itu menggeleng tidak peduli. “Kami ke sini malah ingin membatalkan janji. Kami tak jadi beli tanaman kakimu. Di kota sebelah ada tanaman telunjuk yang lebih istimewa. Setiap orang yang ditunjuk, akan bernasib baik atau buruk, sesuai dengan keinginan pemiliknya.”

Bersama tiga orang itu, Madi pergi ke kota sebelah untuk melihat sendiri kehebatan tanaman telunjuk. Kerumunan di sana ternyata dua kali lebih ramai dari penonton tanaman kaki pertama Madi dulu. Diam-diam Madi menunggu di suatu titik, memantau percakapan, dan menyaksikan tawar-menawar. Hingga satu per satu pengunjung pulang ke rumah masing-masing, pekarangan semakin sepi, Madi mendekati pemilik tanaman telunjuk.

“Kau mau menawarkan apa untuk tanaman telunjuk ini?” tanya pemilik tanaman.

Madi menggeleng. “Aku ini pemilik tanaman kaki dari kota sebelah,” katanya santai, membuat pemilik tanaman telunjuk membelalak antusias. Sinyal positif itu menumbuhkan kepercayaan diri Madi. Sambil berkacak pinggang, dia menatap lekat tanaman telunjuk itu, seolah sedang menilai. “Kenapa tidak kau kembang biakkan saja?" usulku. "Di zaman ini, kau bisa menumbuhkan berkali-kali lipat telunjuk hanya dengan satu bibit. Jika kau melipatgandakan tanaman telunjuk ini, kau bisa mendapatkan banyak keuntungan.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Komedi
Cerpen
Perjalanan Kaki
Kopa Iota
Komik
Creamy & Rem
Ictos Gold
Flash
Obrolan Mengancam
Saifan Rahmatullah
Cerpen
Bronze
Begitulah Kelakuan Kawan Kita Si Rohim
Habel Rajavani
Komik
Komikecil Stories
edokomikecil
Flash
Paket Premium
Kopa Iota
Cerpen
Bronze
Songong Maksimal
syafetri syam
Flash
Bronze
BONIE!!!
Deeta Pratiwi
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Cerpen
Pulang
hyu
Flash
Iphone & Klepon
I Gede Luwih
Cerpen
Bronze
Cerita tentang Seorang yang Ingin Menjadi Juru Cerita
Habel Rajavani
Cerpen
Lady Ciprut dan Gendhuk Tini
bomo wicaksono
Flash
Menggoda Ayam
NUR C
Cerpen
Bronze
Indekos
Nisa Dewi Kartika
Rekomendasi
Cerpen
Perjalanan Kaki
Kopa Iota
Flash
Paket Premium
Kopa Iota
Cerpen
Batas Pacuan
Kopa Iota
Novel
Jejak-Jejak Gladiol
Kopa Iota