Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Rona mengamati pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit dari jembatan kemudian mengingat setiap detail dari pemandangan itu. Ia mengagumi bentuk beberapa gedung pencakar langit yang unik, mengingatkannya pada kota-kota besar di Negara-negara maju. Lantas ia sadar bahwa sebenarnya cahaya-cahaya lampu dari gedung-gedung itu juga turut andil dalam mempercantik pemandangan kota di malam hari. Terlebih lagi, saat itu bulan purnama yang menampakkan dirinya semakin membuat suasana terasa ajaib.
Setelah merasa cukup mengagumi keindahan pemandangan kota, ia lalu berdiri di atas tepian jembatan dan membentangkan kedua tangan, serta memejamkan kedua matanya ketika melihat aliran sungai yang tenang di bawahnya. Tidak pernah ia mengira, meskipun ia datang ke sana untuk menghantarkan nyawanya pada kematian, ia malah merasa ketinggian justru lebih menakutkan daripada kematian itu sendiri.
Beberapa saat setelah memejamkan matanya, rentetan kenangan-kenangan di masa sebelumnya tiba-tiba muncul begitu saja di dalam pikirannya. Sebagian kenangan buruk dan sebagian lagi kenangan yang baik. Tapi sayangnya, kenangan baik saja tidak mampu mengubah pikirannya untuk mengakhiri hidupnya saat itu juga. Lalu, di saat Rona hendak melompat terdengar suara seorang laki-laki memanggil.
“Hai, kamu yang di sana? Semuanya baik-baik saja?” tanya laki-laki itu sambil mengeluarkan beberapa kaleng bir dari dalam sekantong plastik...