Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bab 1 – Peti Terlarang
Mendung tebal menggantung di atas Desa Sukamaju, sebuah desa kecil di pedalaman Kalimantan Timur, tempat waktu seolah bergerak lebih lambat. Pohon-pohon rindang melambaikan dahan-dahan keringnya dalam hembusan angin yang dingin, membawa aroma tanah basah dan dedaunan lapuk. Di tengah ketenangan yang menyesatkan itu, lima sosok muda berjalan menyusuri jalan setapak yang ditumbuhi lumut. Mereka adalah Rio, Mitha, Tegar, Andi, dan Winda—sekelompok mahasiswa yang menghabiskan liburan semester mereka dengan sebuah petualangan yang tak terduga.
Tujuan mereka adalah sebuah rumah tua bekas tempat penyucian desa yang telah ditinggalkan sejak puluhan tahun lalu. Bangunan itu berdiri gagah namun renta, dengan jendela-jendela kosong seperti mata buta yang menatap kosong ke arah langit mendung. Catnya telah mengelupas, menampilkan lapisan-lapisan kelabu di bawahnya, dan atapnya dipenuhi lumut tebal. Rio, dengan ransel penuh peralatan arkeologinya, melihat bangunan itu sebagai sebuah artefak hidup. Ia tertarik pada ukiran-ukiran kayu yang samar di ambang pintu dan arsitektur kuno yang mencerminkan sejarah lokal.
"Serius, ini cuma rumah tua biasa, kan? Tidak ada hantu atau apa pun," Tegar mengatakannya dengan nada mengejek, mencoba menghilangkan ketegangan yang mulai menyelimuti mereka. Ia sibuk merekam setiap sudut dengan ponselnya, sesekali mengarahkan kamera ke wajah Andi yang sedikit pucat. Tegar adalah seorang influencer ambisius yang selalu mencari sensasi untuk konten media sosialnya. "Ini pasti seru buat konten! #HororExploration #DesaMisteri."
Rio hanya menghela napas. "Secara arkeologi, ini situs menarik, Tegar. Banyak simbol kuno yang mungkin punya arti. Aku lebih tertarik pada nilai historisnya daripada cerita seram." Mitha, pacar Rio, mengangguk setuju. Ia adalah seorang gadis yang intuitif, dan sejak awal ia merasakan ada energi aneh yang memancar dari rumah itu, sebuah firasat buruk yang membuat bulu kuduknya merinding. Winda, gadis pemalu dengan rambut panjang yang selalu menutupi sebagian wajahnya, hanya diam membisu, mengikuti di belakang, matanya sesekali melirik ke arah Mitha seolah mencari kenyamanan.
Mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Udara di dalamnya terasa lebih dingin dan lembap, seperti telah terperangkap selama berabad-abad. Aroma apek, debu, dan kayu lapuk menusuk indra penciuman. Lantainya berderit di setiap langkah, dan jaring laba-laba tebal menghiasi setiap sudut. Di salah ...