Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Penjara Abadi
Rian terbangun dengan kepala berdenyut, napas tersengal, dan tenggorokan kering. Matanya mengerjap, mencoba membiasakan diri dengan kegelapan yang pekat. Udara dingin menusuk tulang, membawa serta aroma apak yang khas – aroma lembap, karat, dan sesuatu yang busuk, seperti daging membusuk. Ia merasakan permukaan keras di bawah punggungnya, dan ketika ia mencoba duduk, kepalanya membentur sesuatu yang dingin dan berkarat.
"Sial," gumamnya, meraba-raba dalam kegelapan. Tangannya menyentuh jeruji besi yang tebal dan dingin. Seketika, kepingan memori yang kabur mulai muncul. Sebuah kecelakaan? Jalanan yang basah, lampu depan yang menyilaukan, suara decitan ban… lalu kegelapan. Tapi ini bukan rumah sakit. Ini… penjara?
Cahaya remang-remang dari celah kecil di dinding mulai menampakkan sekelilingnya. Sebuah sel kecil, kotor, dengan dinding batu yang ditumbuhi lumut. Jeruji besi tebal di depan, dan di pojok, sebuah kloset jongkok yang tampak sudah sangat lama tidak dibersihkan. Tak ada jendela. Hanya kegelapan dan jeruji.
"Halo?" suaranya serak, memecah keheningan. "Ada orang di sini?"
Tak ada jawaban...