Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Hidupmu itu seperti kubangan lumpur. Buat makan aja pas-pasan, sok mau nguliahin anak, heh! Mimpi.”
Banyak tetangga bergunjing, mempertanyakan bagaimana hidup seorang lelaki miskin pekerja buruh bangunan menopang hidup istri dan dua anaknya.
Kisna bercita-cita tinggi memberi pendidikan pada para putra-putrinya sampai tingkat bangku kuliah. Terpikir sangat tak masuk akal. Namun, memang siapa yang akan tahu garis takdir di masa depan?
“Jangan belagu. Hidup sudah susah, mending perbaikin tuh rumah kalian yang mau ambruk, dari pada menyekolahin anak.” Selentingan dari mulut ke mulut tetangga, menyusup menyakitkan ke telinga Kisna, seorang ayah miskin beranak dua. Tega sekali mulut mereka, pikir Kisna sembari geleng-geleng heran.
Hanya seutas senyum masam diarahkan pada sekumpulan tetangga yang gemar sekali bergunjing.
“Tidak apa, Bu. Saya masih sanggup menyekolahkan putra-putri saya. Permisi.”
Udara sore hari ini agak lembab. Langit sedari tadi bergerak makin kelam. Ada beberapa kilatan samar di atas langit. Melihat itu, Kisna sempat menghentikan langkah, yang juga tengah menuntun sepeda bututnya.
Kisna menghela napas dalam, kemudian diem...