Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Pelantara Hijrah
1
Suka
346
Dibaca

Karenamu, seorang pria yang 10 cm lebih tinggi dariku mampu Merubah kepribadianku, tentang mu yang selalu mengingatkanku pada hal baik, hingga tanpa aku sadari hidayah itu bisa datang lewat perantara manusia. Awalnya, aku hanyalah wanita biasa yang kurang baik dalam segi agama. Aku terkadang lalai dalam melaksanakan ibadahku, dan begitu pun dengan Auratku yang sama sekali kurang tertutup, pakaian ku yang pendek, rambut terurai begitu saja. Baju yang hanya mengenakan dres atau kaosan itu, terkadang menjadi alasan kepedean ku untuk bertemu dengan orang orang.

Terkadang, aku merenung di antara banyaknya wanita Muslimah yang tertutup dengan begitu rapat, apakah mereka tidak merasakan panas nya cuaca dengan pakaian syar'i seperti itu. Bahkan untuk memakai baju panjang saja rasanya aku tidak suka. Terkadang, aku dan kawanku sering memaki wanita wanita yang aku temui dengan pakaian syar'i itu, seperti mengata ngatainya kuno, dan tidak tahu tentang dunia style. Aku yang saat itu terbawa arus barat sangat tergoda dengan pakaian pakaian yang bisa dibilang kurang baik. Rasanya sungguh keren berpakaian mengikuti trend sosial media. Namun bedannya, aku sama sekali tidak berani memakai pakaian di atas lutut, aku masih menghargai diriku sendiri, aku tidak berani memamerkan badanku di awak media, bahkan aku jarang sekali berfoto dengan pakaian yang kurang baik. Aku masih tahu batasan dalam berpakaian, aku hanya menyukai pakaian yang menurutku nyaman aku pakai.

Keluargaku bukan keluarga yang sangat agamis, seperti keluarga pada umumnya yang tidak tegas dalam hal aurat, mereka hanya mengingatkanku untuk sholat, mengaji, dan menjauhi hal buruk. Keluargaku membebaskan cara berpakaian asal jangan berlebihan. Dan tanpa aku sadari, tanpa arahan tentang berpakaian itu sangat lah buruk, kita menjadi seorang yang terbawa arus nafsu dunia, membeli pakaian yang memang tidak diharuskan dipakai untuk wanita muslim. Namun terkadang saat aku berpapasan dengan wanita yang bisa menjaga auratnya dengan baik aku malu, entah mengapa aku seperti insecure, dan rendah martabat jika bertemu dengan wanita wanita Muslimah, sempat befikir sampai kapan aku akan begini, terkadang aku menginginkan seperti mereka, namun hati dan diri ini belum siap untuk seperti itu. Mungkin inilah yang disebut kurang ada niat dalam hati untuk berubah. Ditambah faktor lain, seperti lingkunganku yang memang mayoritasnya jarang tertutup, bergaul dengan pria, mengikuti gaya kebarat baratan, hingga tanpa sadar kita terbawa arus untuk mengikuti mereka juga. Di antara temanku Tidak ada satu pun yang menutup auratnya dengan baik tidak beda jauh denganku, aku pun sama bahkan aku lebih parah selain tidak bisa menjaga auratku sendiri aku pun tidak bisa menjaga ucapanku yang terkadang sangat kasar dan menyakiti hati orang lain.

Hingga aku berfikir, bahwa kelakuanku sungguh jauh dari kata baik, selain itu aku suka sekali dengan yang namanya menjelajah, setiap hari rasanya harus keluar walau sebentar, aku tidak suka berdiam diri di rumah, itu sungguh membosankan. Hingga akhirnya, aku beserta kawanku berpisah demi masa depan masing masing, berpecah dan berhamburan selayaknya kapal pecah mencari pengalaman ke kota orang. Aku sendiri memilih Bandung tempatku bekerja, aku bekerja di sebuah toko yang tepat sekali berhadapan dengan mesjid. Terkadang usai istirahat aku hanya memandang mesjid tersebut seraya menunaikan solat. Semenjak kerja di Bandung, aku semakin rajin untuk menunaikan ibadah, walaupun tidak sepenuhnya, aku masih ingat dengan sang pencipta. Dan disanalah aku bertemu dengan seseorang yang bernama Nazril entah siapa setiap kali aku datang kemesjid aku selalu berpapasan dengannya, pertama kali menatapnya seperti menimbulkan rasa ketenangan dalam diri, wajah nya yang Nampak bersinar dan badannya yang tinggi mampu membuatku terkagum, apalagi saat dirinya mengenakan sarung dan koko yang menambah aura ketaatannya. Saat itulah ia menjadi alasanku rajin solat di mesjid tersebut, namun terkadang aku berfikir, tidak mungkin pria sepaham agama itu bertipe wanita sepertiku. Singkat cerita saat itu pukul 07 malam aku menutup toko untuk bergegas pulang, namun sialnya hujan deras menyebabkan banjir di lantai toko.Tak ada pilihan lain, Aku berteduh di mesjid tersebut menunggu hujan reda untuk pulang, sudah hampir 1 jam aku menunggu, hujan belum juga mereda. Aku gelisah ditambah lelah, waktu yang sudah mulai larut malam, badan yang menggigil kedinginan akibat baku yang ku kenakan pendek, rambut yang lusuh membuatku tidak betah berlama lama. Setelah sekian lama beradaptasi dengan hawa dingin tiba tiba terdengar seseorang memanggil.

" Dek, nunggu siapa?"

" Oh ini A, saya lagi nunggu hujan reda untuk jalan pulang"

"Jalan?" tanya nya. Aku menganguk seraya mengigil kedinginan. Ia berjalan kebelakang pintu mesjid dan membawa jaket tebal dan payung serta memberikannya padaku

" Ini, pakailah jaket biar tidak kedinginan, rumahmu dimana biar saya temani pulang, tidak baik wanita malam malam seperti ini jalan sendirian"

"ah tidak usah a, saya mah sendiri saja lagian tidak terlalu jauh ko ke kosan saya".

" Tidak apa. Mari, jangan takut saya pengurus disini kebetulan rumah saya juga beberapa kilometer dari sini, lihatlah kamu sudah mengigil seperti itu, tidak bawa baju panjang ya?"

Aku hanya tersenyum malu, pasalnya aku berada dilingkungan mesjid dengan pakaian yang kurang sopan sedangkan dia masih dengan sarung koko dan pecinya tesebut, jantungku berdegup kencang berjalan beriringan dengan nya di antara gerimis nya hujan di trotoar yang ramai dengan orang orang yang berlalu lalang. Disela sela Hujan ia bertanya tentang siapa namaku, dimana aku bekerja dan aku menjawab dengan jujur. Melihat komunikasi nya yang ramah dan hangat itu, sungguh menenangkan, nada bicara yang lembut nan sopan serta menjaga jarak dan pandangan pada lawan jenis, ahh sungguh mengagumkan. Tak terasa pembicaraan kami berakhir di depan gang kosan ku.

" Makasi ya A, eh sudah mengantarkan saya sampai sini"

" hha, panggil saja saya Nazril, umur kita hanya selisih 3 tahun saja kan?". Aku tersenyum dan mengangguk, sejak itulah aku tahu pria yang sering aku lihat di lingkungan kerjaku itu adalah Nazril. Setelah kejadian itu, aku sering berbincang ringan dengan nya, ia termasuk pria yang baik,tidak kuno, tidak berlebihan dalam bergaya. Kedekatan kami semakin intens kami saling bertukar kabar lewat Whatsap sekedar membahas hal yang random. Ternyata Kayahnya teman akrab atasanku, terkadang ia datang ke toko untuk belanja bahan bahan masakan. 

***

Sudah hampir satu tahun aku berkenalan denga nya, dan aku rasa kedekatan kami memang sebagai teman saja, namun tak dapat dipungkiri aku secara tidak sadar mengaguminya, hingga suatu massa ia pernah menegurku soal pakaian, ia berucap.

" pakailah pakaian yang tertutup, pakai hijab mu, saya laki laki saya tahu bagaimana mata laki laki berfungsi. Jangan gunakan kecantikanmu terlihat oleh laki laki yang bukan mahrom mu, saya juga pendosa namun apa salahnya kita saling mengingatkan".

Aku tersipu malu, baru pertama kali ini ada seorang pria yang menegurku dengan lembut dan gampang di pahami, dan sejak saat itu juga aku mulai membiasakan diri untuk berhijab, awalnya terasa sangat gerah, tidak nyaman dan ribet, namun entah mengapa aku begitu menurut pada nasihat Nazril, aku dikenal sebagai orang yang sulit diatur, namun entah mengapa ia sangat mudah aku terima nasihatnya. Ia sering mendatangiku sembari belanja untuk masak, ia tersenyum manis melihat ku yang mulai berubah.

" Nah, kan cantik kalo tertutup". Aku terkesima dan tersipu malu mendengar ia, ada sedikit gelenyar aneh yang aku rasakan setiap kali ia datang menemui ku

" Belum sepenuhnya"

" Tidak apa, namanya juga belajar berubah, tidak ada yang intens, konsisten seperti ini ya Fani"

Aku mengangguk seraya tersenyum kepadanya, rasanya aku seperti menemukan seseorang yang aku butuhkan dalam hidupku, seperti inilah yang aku inginkan dari seorang pria, pria yang mampu merubah seseorang untuk lebih baik lagi. Lama kelamaan Nazril pernah mengajakku untuk jalan jalan, tidak jauh hanya di taman taman dekat saja untuk sekedar bercerita dan berkeluh kesah satu sama lain, dia pendengar yang baik. Saat aku menceritakan masalalu ku yang sungguh menyakitkan ia mampu menguatkan aku dengan sikapnya yang sabar nan hangat. Makin hari kami makin saling terbuka, namun aku tidak mendengar kisah cintanya, ia hanya bercerita tentang keluarga dan pekerjaan, tidak jauh dari itu. Hingga akhirnya aku berfikir apakah ia memiliki seorang kekasih atau tidak? 

 Suatu hari aku bertemu dengannya seperti biasa dia selalu mengingatkan hal baik padaku, mengingatkanku dengan auratku, caraku bersikap dan tanpa aku sadari ia sudah merubah ku sejauh ini. Hingga pada akhirnya aku sudah berubah 90% aku sudah nyaman dengan pakaian yang longgar, mengenakan hijab saat keluar, sholat tepat waktu, bahkan ikut kajian kajian. Rasanya aku seperti menemukan diriku yang baru, kenyamanan dalam keimanan dan keikhlasan membuat sikap agresif ku perlahan memudar, bahkan sekarang keluar tanpa berhijab rasanya sungguh tidak nyaman, seperti ada yang kurang, malu terlihat oleh orang lain jika aku terbuka, dan semua itu berkat nazril yang selalu mengingatkan hal hal kecil padaku. Hingga pada suatu massa aku menemukan gelagat aneh dari nya, ia berbeda dari biasanya, ia tak sehangat dan se ramah dulu padaku. Aku seperti kehilangan semangat untuk menjalankan aktivitas bertemu dengannya pun sangat sulit akhir akhir ini, bahkan aku menceritakan hari hariku sendiri. Sudah 2 minggu aku tak mendapatkan kabar darinya kemana kah engkau wahai pria yang membawaku sejauh ini?

Satu bulan sudah aku tidak berkomunikasi denga nya, tiba tiba saja Whatsap yang dulu ia menghubungiku aktif kembali dan ia berkirim pesan ingin bertemu denganku di taman tempat biasa, betapa girangnya aku mendapatkan kabar seperti itu, dengan buru buru menyelesaikan pekerjaan aku pergi untuk menemui dirinya. Disebuah taman, aku melihat seorang laki laki yang tengah duduk sendiri, aku tersenyum dari penampilannya aku tahu bahwa itu Nazril.

" Asalamualaikum" sapaku.

"Wa, Waalaikum salam wr wb, masya Allah Fani?" ia terheran melihatku.

" Alhamdulillah, saya kagum melihatnya sekarang kamu sudah berubah drastis"

" hhee, iya zril berkat dirimu, oh ya bagaimana kabarmu, sudah 1 bulan ini kamu tidak ada di mesjid, biasanya aku selalu melihatmu, namun akhir akhir ini kamu sering tidak ada, aku bahkan sampai sedih kehilanganmu" ucapku dengan nada yang rendah. Aku tak mendapatkan respon apa pun dari Nya, ia hanya menunduk dan tak berucap apapun, aku terheran mengapa ia seperti ini.

" Fan, maaf, saya mau bertanya suatu hal padamu, apakah kamu menyukaiku? apakah rasamu lebih dari seorang teman padaku?" aku seperti disudutkan, mengapa ia tiba tiba sekali berucap seperti itu, namun aku tak mau membohongi diriku sendiri aku memang menaruh rasa padanya, aku menganggukkan kepala dan menunduk malu.

" Fani, maaf, saya tidak maksud menyakitimu, mungkin kamu bertanya kemana saya selama sebulan ini tidak ada kabar, saya datang hanya ingin memberi ini" ucapnya, dengan memberikan sebuah undangan pernikahan, kubuka perlahan dan ku baca nama yang tertera di undangan pernikahan itu Nazril & Indah. Tanganku bergetar tak karuan aku hampir saja menangis di depan ia, namun aku mencoba untuk menguatkan diri

" Aku bermaksud untuk mengundangmu datang, maaf mungkin ini terlalu mendadak bagimu, dan maaf mungkin menyakiti perasaanmu, saya sudah menebak, saat kamu berubah seperti sekarang karena aku, makannya saya menjauhi mu selama 1 bulan ini, karena aku ingin kamu berubah karena Allah, bukan karena Saya, sekalian saya mengurus lamaranku pada Indah.".

" Congrat ya ,maaf aku tidak bisa hadir aku sibuk bekerja, dan maaf aku tidak bisa lama lama disini, lupakan saja perkenalan kita, anggap saja kita tidak pernah ada"

Dengan penuh kecewa aku berlari menyusuri jalan pulang, harapanku pupus beserta kenangan kenangan itu. Setelah aku cari tahu, ternyata Indah adalah wanita yang membersamai nya selama 10 tahun lebih, dan bahkan katanya ia adalah anak kiyai, dan Nazril diusulkan secepatnya menikah dengan indah untuk mengurus pesantren pendirian ayahnya indah. Hingga akhirnya aku mencoba merelakan ia, aku tak akan melupakan nasehatnya dan tegurannya padaku. Aku senang bahwa perantara hijrah itu bisa lewat rasa sakit agar kita semakin dekat dengan pencipta. Setidaknya aku mendapatkan cinta Allah lewat hadirnya Nazril, walaupun aku tidak mendapatkan cintamu, aku bersyukur bertemu denganmu, berbahagialah engkau dengan wanitamu, mungkin aku akan meninggalkan kota ini dengan sejuta kenangan indahnya, terima kasih telah menjadi perantara hijrahku.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Orang-orang Bawah
Indah Zuhairani Siregar
Cerpen
Pelantara Hijrah
Ismawati
Novel
Katastrofe
Him
Skrip Film
Kau Tetap Ayahku
Diani Anggarawati
Skrip Film
Cerita Tentang Rasa
Embun RA
Skrip Film
MENTARI PERLAHAN BERSINAR
RF96
Skrip Film
Perjalanan Terakhir
Alfian N. Budiarto
Flash
Setan Curhat
Sugiadi Azhar
Cerpen
Timang Aku Kembali
Layl Elfath
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Novel
Senandung Rindu Seroja Timur
Yona Elia Pratiwi
Novel
Cerita Papa dan Kenangannya
Wahyu Firmansyah
Komik
More Than Love
Yunita Islamiati
Skrip Film
A HEAVEN JUST FOR YOU
Nurul Aini
Skrip Film
I Will Always... (Script)
Wildan Ravi
Rekomendasi
Cerpen
Pelantara Hijrah
Ismawati
Flash
SIAPAKAH DIRIKU?
Ismawati
Cerpen
Sehimpun Cerita Masalalu
Ismawati
Flash
Sebatas Kenangan
Ismawati
Flash
DUNIA MALAM
Ismawati
Flash
Sumi Arwah penasaran
Ismawati
Flash
𝑯𝑰𝑳𝑨𝑵𝑮
Ismawati
Novel
GADIS SENJA
Ismawati