Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tiara, adalah anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana, tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai penenun kain. Ayah Tiara telah meninggal dunia ketika Tiara masih sangat kecil, sehingga ibunyalah yang menjadi tulang punggung keluarga. Meski hidup sederhana, mereka hidup dengan limpahan kebahagiaan.
Tiara, gadis yang ceria dan penuh semangat, selalu membantu ibunya menenun kain setelah pulang sekolah. Di waktu luangnya ia gemar berlari di ladang atau bermain dengan teman-temannya. Namun, di balik senyum cerah Tiara, tersembunyi sebuah rahasia yang tak banyak orang tahu. Tiara menderita penyakit jantung bawaan yang membuatnya sering merasa lelah dan sesak napas.
***
Suatu hari, ketika Tiara sedang bermain dengan teman-temannya, ia tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri. Teman-temannya panik dan segera memanggil ibunya. Dengan hati yang dipenuhi kecemasan, ibu Tiara membawa Tiara ke rumah sakit di kota terdekat. Setelah pemeriksaan yang panjang, dokter memberikan kabar yang menggetarkan hati ibu Tiara.
"Bu, kondisi jantung Tiara semakin memburuk. Ia memerlukan operasi secepatnya," kata dokter dengan suara serius. "Namun, operasi ini sangat mahal dan butuh donor jantung yang cocok."
Mendengar hal itu, ibu Tiara merasa dunianya runtuh. Biaya operasi sangat besar, jauh di luar kemampuannya. Namun, ia tidak ingin menyerah begitu saja. Ia mulai bekerja lebih keras, menerima lebih banyak pesanan kain, bahkan berhutang ke sana-sini demi mengumpulkan uang untuk operasi Tiara.
***
Waktu terus berjalan, dan kondisi Tiara semakin memburuk. Ia sering absen dari sekolah karena kesehatannya yang semakin menurun. Namun, semangat Tiara tak pernah pudar. Ia selalu berusaha tersenyum dan mengatakan kepada ibunya bahwa ia akan baik-baik saja.
"Ibu, jangan khawatir. Aku pasti bisa melewati ini," kata Tiara dengan senyuman yang selalu menyejukkan hati ibunya.
Suatu sore, saat Tiara dan ibunya duduk di beranda, menikmati matahari terbenam, Tiara melihat pelangi yang indah di langit, "Bu, lihat pelangi itu. Indah sekali, ya?" Kata Tiara sambil menunjuk ke langit.
"Iya, sayang. Pelangi memang selalu indah setelah hujan," jawab ibunya sambil memeluk Tiara.
Tiara memandang pelangi dengan mata berbinar, "Bu, aku punya mimpi. Aku ingin melihat pelangi yang lebih dekat, seolah-olah aku bisa menyentuhnya."
Ibu Tiara tersenyum, meski hatinya terasa pedih, "Kamu pasti bisa, sayang. Kamu pasti bisa."
***
Hari-hari berlalu, dan uang yang dikumpulkan ibu Tiara masih jauh dari cukup untuk biaya operasi. Di tengah putus asa, ibu Tiara mendengar kabar tentang sebuah yayasan amal yang mungkin bisa membantu biaya operasi Tiara. Dengan sisa-sisa harapan, ia menghubungi yayasan tersebut dan menceritakan kondisi Tiara.
Perwakilan dari yayasan datang beberapa hari kemudian untuk menemui mereka. Setelah mendengar cerita dan melihat kondisi Tiara, yayasan memutuskan untuk membantu. Mereka akan menanggung biaya operasi dan mencari donor jantung yang cocok untuk Tiara. Mendengar kabar tersebut, ibu Tiara tak bisa menahan air mata bahagianya. Akhirnya, ada harapan bagi putri tercintanya.
Tiara dibawa ke rumah sakit besar di kota untuk persiapan operasi. Setiap hari, ibu Tiara setia mendampingi Tiara, memberikan semangat dan doa. Tiara juga merasa lebih optimis, meski tetap merasa takut. Dalam hati kecilnya, ia berdoa agar semuanya berjalan lancar.
***
Setelah beberapa minggu menunggu, kanar baim pun datang. Donor jantung yang cocok akhirnya ditemukan. Tiara dijadwalkan untuk menjalani operasi besar.
Pada hari operasi, ibu Tiara memeluk putrinya erat-erat sambil berbisik menahan air mata, "Ibu selalu ada di sini, sayang. Kamu harus kuat, ya.”
Tiara tersenyum dan mengangguk, "Aku akan kuat, Bu. Aku ingin melihat pelangi lagi bersama Ibu."
***
Operasi berjalan lama dan penuh ketegangan. Ibu Tiara menunggu di luar ruang operasi dengan hati yang berdebar-debar, berdoa agar semuanya berjalan lancar.
Setelah berjam-jam menunggu, akhirnya dokter keluar dengan wajah yang terlihat lega.
"Bu, operasi berjalan lancar. Sekarang kita tinggal menunggu proses pemulihan," kata dokter tersebut.
Ibu Tiara menangis bahagia, "Terima kasih, Dokter. Terima kasih."
***
Hari-hari berlalu, dan Tiara perlahan mulai pulih. Ia masih harus banyak beristirahat, namun kondisinya semakin membaik. Setiap hari, ibu Tiara selalu mendampingi dan memberikan semangat. "Kamu luar biasa, sayang. Ibu sangat bangga padamu," kata ibunya sambil mencium kening Tiara.
***
Suatu sore, saat mereka duduk di taman rumah sakit, Tiara melihat pelangi yang muncul setelah hujan.
"Bu, lihat! Pelangi itu," serunya dengan penuh kegembiraan.
Ibu Tiara tersenyum dan memeluk Tiara, "Iya, Nak, pelangi itu seindah harapan kita."
Tiara memandang pelangi dengan mata yang berbinar, "Aku merasa sangat beruntung, Bu. Aku bisa melihat pelangi ini lagi, dan aku bisa merasakannya lebih dekat."
***
Sayangnya, kebahagiaan atas kesembuhan Tiara tidak berlangsung lama. Beberapa minggu setelah operasi, Tiara mengalami komplikasi yang tidak terduga. Kondisinya kembali menurun dengan cepat. Dokter berusaha keras untuk menyelamatkannya, namun akhirnya mereka harus menyampaikan kabar yang menghancurkan hati ibu Tiara.
"Bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kondisi Tiara terlalu lemah. Kami sangat menyesal," kata dokter dengan suara berat.
Ibu Tiara merasa dunianya runtuh. Ia tak bisa menerima kenyataan bahwa putri tercintanya akan pergi. Dengan hati yang hancur, ia duduk di samping tempat tidur Tiara, memegang tangan putrinya yang lemah.
"Tiara, Ibu di sini. Ibu selalu di sini," bisiknya sambil menangis.
Tiara membuka matanya yang lemah dan tersenyum tipis, "Bu, aku merasa sangat lelah. Tapi aku senang bisa melihat pelangi lagi bersama Ibu."
Ibu Tiara memeluk Tiara erat-erat, "Kamu adalah pelangi terindah dalam hidup Ibu, Tiara. Ibu sangat mencintaimu."
Tiara mengangguk lemah. "Aku juga sangat mencintai Ibu. Jangan pernah lupa itu."
Dengan air mata yang terus mengalir, ibu Tiara merasakan detak jantung Tiara semakin melemah. Hingga akhirnya, Tiara menghembuskan napas terakhirnya dengan senyuman di wajahnya. Dunia ibu Tiara seketika hampa. Ia kehilangan putri tercintanya, pelangi dalam hidupnya.
***
Hari-hari setelah kepergian Tiara terasa sangat berat bagi ibu Tiara. Meski hancur, ia mencoba kuat karena ia tahu Tiara ingin melihatnya bahagia. Ia kembali bekerja sebagai penenun, namun setiap benang yang ditenunnya selalu membawa kenangan akan putrinya.
***
Suatu sore, saat ia duduk di beranda rumah mereka, memandang langit yang mendung, tiba-tiba muncul pelangi yang indah. Ibu Tiara menatap pelangi itu dengan air mata mengalir di pipinya.
"Tiara, Ibu merindukanmu. Kamu selalu ada di hati Ibu," bisiknya.
Pelangi itu seolah menjadi tanda bahwa Tiara selalu bersama ibunya, meski kini ia berada di tempat yang lebih indah. Ibu Tiara menyadari bahwa meskipun putrinya telah tiada, cinta dan kenangan mereka akan selalu hidup di dalam hatinya.
Dan setiap kali melihat pelangi di langit, ibu Tiara akan selalu mengenang putrinya, Tiara, yang kini menjadi pelangi di atas langit dan di hatinya. Pelangi yang tak pernah pudar, membawa harapan dan cinta yang abadi.
**Tamat**