Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Pejuang 50 KG
52
Suka
7,014
Dibaca

Minggu pagi Zia Calista 16 Tahun, bergegas keluar rumah menuju taman kota. Dia hendak lari pagi bahkan dia berjuang melawan rasa malas pada dirinya.

Lalu tiba ditaman kota, dia melakukan senam kecil diiringi pandangan mata yang menajam. Pikirannya juga berfokus pada niatnya ingin menurunkan berat badan.

“Zia kamu pasti bisa lari 10 keliling, harus bisa. Kali ini target berat badan harus 50 Kg," gumamnya dengan nafas terengah-engah tapi kenyataannya dia berlari belum sampai satu keliling sudah kelelahan.

Ungkapan semangat Zia dengan nafas terputus-putus menandakan, kedua kakinya berat menompang berat badannya yang mencapai 95 Kg.

Belum sampai satu keliling dia terjatuh karena sesak didada, sekujur tubuhnya mendingin. Penglihatannya perlahan kabur dan gelap, kakinya lemas dan tidak bisa lagi menopang bobot badannya.

Kemudian tubuhnya tidak bisa bergerak alhasil dia terjatuh, dipikirannya saat itu semua gelap menjadi tidak berdaya. Dia tidak bisa merasakan tubuhnya lagi seolah jiwanya melayang tenang. Ternyata dari semalam Zia makannya sedikit dan pagi hanya sarapan satu ubi jalar.

Selang beberapa jam, Zia kembali merasakan jiwanya menyatu lagi dengan tubuhnya. Dia bisa menggerakkan kelopak mata lalu penglihatannya kembali terang.

“Ayah, Ibu," ucap Zia.

“Zia syukurlah kamu sudah sadar, maafin Ibu nak kurang menjaga kamu. Ibu terlalu sibuk kerja dan memasak, tidak becus mengurus kamu," seru Ibunya.

“Ayah juga terlalu sibuk kerja, maafkan Ayah,"ujar Ayahnya murung.

“Tidak apa Ayah dan Ibu, ini salah Zia terlalu memaksakan diri melakukan diet ekstrem," kata Zia menyesal.

“Ibu juga kalau masak jangan berlebih, masak makanan sehat jangan yang berlemak," bentak Ayah.

“Bukannya permintaan Ayah maunya makanan enak mulu, Ibu sudah usaha secepat kilat masak enak mana sambil kerja. Sama sekali gak menghargai kerja keras Ibu selama ini," oceh Ibu marah balik membentak.

“Cukup kalau berantam terusin dirumah aja, Zia mau pulang mau istirahat."

Lalu Zia dan orang tuanya kembali kerumah mereka.

***

Hari berganti, suasana di sekolah Zia seperti biasa. Dia belajar dan tertawa bersama teman-temannya.

Mendadak ketika bel istirahat berbunyi kehebohan terjadi, semua siswi-siswi berbaris dengan ekspresi tercengang. Mereka melihat Adam Wirahadi, siswa kelas 2 SMA sekaligus Kaka kelas Zia berjalan menuju kelasnya.

“Ini botol minum kamu ketinggalan dimobil aku," kata Adam sembari memberikan botol minum Zia.

Zia seketika terpesona dengan ketampanan Adam, memang benar dilihat dari dekat wajah Adam sangat sempurna.

“Zia.”

Adam memanggil Zia yang sedari tadi bengong tidak merespon.

“Terima kasih Kak sudah nolong aku kemarin," balas Zia tersenyum.

“Sama-sama.”

Setelah itu Adam berbalik badan keluar dari ruang kelas Zia.

Serentak teman-teman Zia menodong puluhan pertanyaan dan penasaran kenapa Adam sampai ke kelas mereka sekedar mencari Zia.

Setelah menjelaskan semua, teman-teman Zia bernafas lega dan bersorak riang karena tidak ada apa-apa diantara Adam dan Zia. Mereka kembali melanjutkan kegiatan sekolah.

****

Zia bertekat untuk diet ekstream lagi. Dia tidak ingin berat badannya terus bertambah.

Dikantin teman-temannya membeli makanan enak sedangkan dia membawak bekal salad sayur, ubi jalar ditaburi keju dan jus pisang dicampur oat serta gandum.

“Bisa geser gak, gue gak bisa duduk," oceh Clarisa melirik sengit pada Zia.

Clarisa cewe tercantik di sekolahnya dan dijuluki ratu sekolah.

Fisik Clarisa sangat cantik nyaris tidak terlihat kekurangan darinya, ditambah dia juga pintar selalu juara umum urutan kedua setelah Adam.

Clarisa kerap dengan mudah mendapatkan apa yang dia mau karena wajah cantiknya kecuali hati Adam. Dia berpikir keras, sudah berbagai cara dilakukan untuk mendekati Adam tapi Adam tidak merespon justru dia ditolak oleh Adam.

Kembali ke kantin sekolah.

“Maaf Kak, kursinya sudah mentok," jawab Zia berusaha memajukan kursi mejanya.

“Aduh bisa-bisanya lu nyalahin kursi, lu harusnya sadar tumpukan lemak dibadan lu nganggu. Cepetan sana nyingkir kalau gak bisa geser rugiin orang tau," cibir Clarisa.

“Iya Kak," sahut Zia dengan buru-buru berusaha pindah dari meja tempatnya makan.

“Cepetan tedmon air, lama banget sih gue udah lapar," maki Clarisa kesal.

“Maaf Kak, aku susah berangkat kejepit dengan kursi Kakak," zia berusaha ingin beranjak dari kursi meja makannya tapi

“Itu urusan elu, cepetan pindah," bentak Clarisa.

Indah mengeluarkan tanduk di kepalanya karena melihat Zia sahabat karibnya diperlakukan tidak baik.

“Eh tusuk gigi, bentuknya sih bagus, cantik dan berguna tapi cocoknya cuman buat bersihin jigong digigi. Busuk, kotor dan mulut sampah," seru Indah mencibir balik Clarisa.

“Oh ternyata ada bodyguardnya marah, gue gak ada urusan sama elu. Mendingan elu diam atau gue laporin elu ke guru BP karena lu gak sopan sama kakak kelas. Turunin tatapan tajam mata elu kalau gak gue colok pake garpu,” ketus Clara sinis pada Indah.

“Elu pikir gue takut dengan ancaman lu, lihat singkatan nama gue ada W itu apa, sini gue bisikin," balas Indah mendelik.

“Kenalin nama lengkap gue Indah Permata Wirahadi, adik kandung Adam Wirahadi. Jangan coba-coba nyalonin diri sebagai Kakak ipar gue, pastinya jawaban dari gue haram," kata Indah berbisik pelan kearah telinga Clara sambil merapikan dasi seragam sekolah Clara.

“Sebaiknya kalian pergi dari meja ini karena gue sama teman-teman gue yang datang duluan," sambung Indah.

Spontan saja Clara tidak bisa berkutik, dia terdiam tidak membalas perkataan Indah dan bergegas pindah ke meja lain.

Indah bukan hanya wajahnya manis tapi hatinya juga baik walupun hubungan persahabatan mereka masih seumur jagung, mereka justru punya ikatan emosi begitu erat. Ketika hari pertama masuk sekolah Indah orang pertama yang mau berteman dengan Zia. Setelah itu melalui Indah lah Zia akhirnya banyak punya teman dan mudah membaur.

“Serius Indah lu keren banget tadi. Gue terpukau dengan karisma lu," Puji Amara bertepuk tangan.

“Benar banget lu punya daya tarik lebih sebagai cewe," ujar Elisha Hazira sahabat Zia, dia sering telat mikir dan lamban.

“Apa daya tariknya?” tanya Amara.

“Daya tarik, menarik-narik contonya gravitasi mungkin," jawab Elisha asal.

“Daya tarik Indah itu pahlawan kesiangan, lihat saja feminimnya hilang malah jiwa lelakinya berkuasa HaHaHa," seru Zia bercanda.

“Ya begitu kalau gak ada saudara cewe, dia mikir pake logika sama otot," kata Amara menggoda Indah.

“Berisik kalian, bilang terima kasih kek atau hebat kek malah bikin mood gue jelek," keluh Indah menyemprot air es jeruk ke arah Amara dan Zia pakai pipetnya.

“Lu bilang apa ke tusuk gigi tadi sampai dia pucat jadi patung?” tanya Amara.

“Gue bilang aja kalo gue adik kandung Adam Wirahadi," ujar Indah.

Spontan Amara, Elisha dan Zia kaget dan tertawa mendengar perkataan Indah.

“Halusinasinya akut nih anak," kata Zia gelengkan kepalanya.

“Gak waras,"ceplos Amara mendadak batuk mendengar perkataan Indah.

“Masuk akal sih Indah kan cerita, dia gak punya saudara cewe. Indah cuman punya Kakak cowo tapi khayalan lu jangan kelewatan Indah, gak baik untuk kesehatan lu," kata Elisha sambil megang kedua tangan Indah.

“Apaan sih, kalian yang gak waras. Gue udah belain Zia balasannya gini amat," sewot Indah menangkis tangan Elisha.

"Iya terima kasih banget sahabat baikku Indah sang penolong dan pelindung sahabatnya sebagai Hulk kita-kita," seru Zia bercanda.

"Hem, beneran gak ada ketulusan diantara kita." Tanggapan Indah acuh.

“Pulang sekolah kita ngemall saja yuk, biar kepala gak beku," ajak Amara.

“Ayolah," kata Indah.

“Let’s go," teriak Elisha.

“Gue gak bisa ada urusan," kata Zia acuh.

“Ya sudah kita bertiga aja.m," ucap Amara.

****

Sorehnya Zia bertekad lagi lari ditaman untuk menurunkan berat badannya, dua jam sebelum lari dia sudah makan empat ubi jalar. Dua buah pisang dan dua telur rebus. Jus buah dan yogurt. Dia merasa sudah cukup asupan untuk tubuhnya agar kuat lari ditaman. Kenyataannya dia pingsan lagi karena tiba-tiba perutnya sakit seperti tertusuk-tusuk. Kepalanya terasa melayang dan penglihatannya seakan membawah tubuhnya berkeliling melihat bayangan banyak orang.

“Zia kamu harus kuat, ayo bangun Zia," gumamnya sembari matanya perlahan menutup.

Sudah berapa kali usaha Zia sia-sia, dari lemas tidak makan. Berperang melawan rasa malasnya untuk olahraga tapi tidak ada hasilnya.

“Zia...Zia...Zia.”

Suara Indah terdengar ditelinga Zia. Sontak dia terbangun dengan infus ditangannnya.

“Indah," sahut Zia membuka mata.

“Zia kami semua cemas, kenapa elu tiba-tiba pingsan gini, sekarang gimana keadaan lu. Beritahu kami yang mana sakit," kata Amara ekspresinya khawatir.

“Iya Zia mana yang sakit, hati lu atau yang mana," kata Elisha lagi-lagi omongannya bikin bingung orang.

“Hati maksudnya?” tanya Amara.

“Biasanya kalau sakit otomatis hatinya paling sakit bukan tubuhnya. Sakit hati itu gak ada obatnya, berkali-kali luka gak sembuh.m," oceh Elisha ngawur.

“Mending lu diem ya Elisha jangan buat onar deh, gue lakban tu mulut.m," tegas Indah melotot pada Elisha.

“Oke deh maaf," sahut Elisha cemberut.

“Gue sehat kok, kenapa tangan gue diinfus?” Tmtanya Zia heran.

“Tante gue yang infus kebetulan dia dokter dan lagi mampir kerumah," jelas Indah.

“Satu lagi Zia, lu tahu sesuatu hal yang mengejutkan. Ternyata Indah gak bohong dia memang adik kandung Kak Adam," omong Amara, matanya mendelik bicara pada Zia.

“What, serius dia jujur gak bohong. Dia gak halusinasi sama imajinasi gitu," respon Zia benar-benar tercengang.

“Benaran Zia gue aja awalnya gak percaya, gue kira mungkin Indah itu anak yang bersih-bersih dirumah Kak Adam numpang hidup atau anak titipan, mungkin juga anak orang nyasar atau anak gak tahu diuntung gitu," kata Elisha sembarangan.

“Sinetron lu," ceplos Indah.

“Asli dia adik kandung Kak Adam kayaknya dia mirip bokapnya deh kulitnya gak putih. Dilihat-lihat memang rada mirip Kak Adam wajah Indah tapi gue masih gak percaya," terang Amara.

“Sudah-sudah gak usah ributin tentang gue. Kita fokus nanya sama Zia kenapa dia bisa dua kali pingsan dan Kakak gue yang bawah dia,"omong Indah.

Akhirnya Zia mau terbuka dengan niat dan usahanya sekaligus keinginannya untuk punya cinta pertama.

"Zia lu harusnya bersyukur diberi Tuhan kelebihan berat badan. Artinya masakan Ibu kamu enak-enak dan bergizi," omel Elisha.

"Ibunya hebat kerja tapi sempat masak buat Zia sedangkan nyokap gue bibik yang masak," keluh Amara.

"Sama," sambung Elisha.

"Kalian malah gak bersyukur Ibu kalian kerja keras, gajinya lumayan gede buat kalian juga biar gak kekurangan materi," ujar Indah.

"Waktu kalian cerita punya cinta pertama waktu SMP gue juga pengen. Gue inget banget nyatain cinta sama tetangga gue, dia ganteng banget mana super baik. Perhatian, Soleh paket lengkap,"curahan hati Zia.

"Terus lu diterima?" tanya Elisha.

"Gak lah Sha, gue kira posisi gue pas nembak dia sepi gak ada orang ternyata dia ultah dan teman-temanya sengaja sembunyi mau lempar telor, gandum sama air malah gue yang diserbu teman-temannya. Mereka ketawa terbahak-bahak lihat gue," cerita Zia sambil menangis.

"Oh my God apes banget lu," ceplos Amara ikut tertawa.

"Ha...Ha..Ha, kalau gue jadi lu gue lempar balik mereka pake batu enak aja ngetawain orang," seru Indah memanas.

"Jadi bakwan goreng dong lu waktu itu, kurang wortel sama kubis aja," ucap Elisha.

"Semua julukan panda, gentong air, badut balon, baskom mekar, sama adonan daging bulat. Pokonya banyak gue gak bisa lupain kata-kata mereka," kata Zia histeris merasakan kesedihannya.

"Oke, kita-kita sebagai sahabat lu yang baik bakal bantuin lu nurunin berat badan," tanggap Indah semangat.

"Gak usah repot-repot, sekarang mudah kedokter ahli gizi saja khusus buat diet kayak artis-artis.m," kata Amara.

"Mahal Amara, lagian Zia mah bukan artis. Kita bantu Zia manual saja," tutur Elisha.

"Gue sudah enakkan, gue mau pulang," kata Zia beranjak dari tempat tidur.

"Kita berdua juga mau pulang Indah sudah soreh," ujarAmara juga.

Tiba-tiba Adam mengedor kamar Indah.

"Adek, Zia sudah sadar?" tanya Adam pada Indah.

"Sudah Kak," jawab Indah langsung membuka pintu kamar.

"Zia Kakak antar kamu pulang," ucap Adam pada Zia.

"Gak usah Kak, Zia bareng Amara sama Elisha saja," balas Zia.

"Jangan banyak bicara, ayo Kakak antar kamu pulang," kata Adam langsung menggandeng tangan Zia.

Sontak Amara, Elisha dan Indah saling menatap. Mereka terheran-heran melihat sikap Adam pada Zia.

Zia menurut dan mengikuti permintaan Adam untuk mengantarnya pulang. Mereka berpamitan dengan orang tua Adam dan Indah.

Di perjalanan, Zia tampak lelah ia melihat tubuhnya merasa kasihan. Ambisinya untuk turunkan berat badan tidak seimbang dengan kemampuannya. Dia menyesal dulu tidak bisa mengendalikan nafsu makannya dan tidak mendengar perkataan orang tuanya untuk mengurangi makan malam.

Dia bahkan jarang bergerak tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler disekolah.

Dia tidak bisa menahan bendungan air matanya menetes. Sesakna terasa sedih sampai kedada karena kegagalan yang dia dapat. Siksaan dari kejadian masa lalu orang yang dia sukai, membuat ambisinya untuk menurunkan berat badan makin memuncak.

Sesampainya Adam dan Zia dirumah, Adam menyodorkan sapu tangan miliknya pada Zia.

"Hapus air mata kamu, gak ada gunanya," kata Adam menatap Zia.

"Makasih Kak," balas Zia.

"Aku pamit pulang," ucap Adam sembari menghidupkan motor ninjanya lagi yang bewarna merah.

Kemudian Adam perlahan pergi dari rumah Zia, mendadak laki-laki yang disukai Zia datang menemuinya. Zia sangat terkejut. Dia tidak ada firasat apapun sampai laki-laki yang disukainya selama tiga tahun mencarinya. Blok rumahnya sebelahan dengan blok rumah Zia. Sejak kejadian memalukan itu, Zia memilih mengurung diri dirumah dan menghabiskan waktu dirumah. Alasan itulah berat badan Zia awalnya 75 Kg naik 20 Kg.

"Kak Beni," ucap Zia terkaget.

"Hai Zia, kamu apa kabar?" tanya Beni.

"Baik," jawab Zia singkat.

"Kakak mau ngomong sama kamu, aku minta maaf waktu kejadian kamu nyatain cinta sama aku. Bukannya aku gak mau nolongin kamu tapi aku juga syok dengan keberanian kamu. Kakak juga gak bisa berkutik mau ngebela kamu didepan teman-teman aku. Mereka pasti celah Kakak kalau balas cinta anak SMP," jelas Beni.

"Zia," suara Adam membuyarkan percakapan Beni dan Zia.

"Elu ngapain kesini," gertak Beni pada Adam.

"Lu ngapain depan rumah Zia pake ngomong sama dia, ada urusan apa kalian?" tanya Adam penasaran.

"Sebaiknya lu pergi dari sini sebelum gue usir dengan paksa," ketus Beni dihadapan Adam.

"Sebaiknya Kak Beni yang pergi, aku satu sekolah sama Kak Adam," tegas Zia mendelik pada Beni.

"Kenapa kamu sekolah disana jauh banget dari daerah rumah kita Zia,"kata Beni.

"Lebih baik aku sekolah jauh dari pada sekolah dekat tapi setiap hari nahan malu," terang Zia.

"Lu dengarkan kata Zia, pergi sana,"usir Adam.

"Awas lu Adam," gertak Beni lagi pada Adam.

"Zia kita lanjut lagi bicara nanti. Kamu belum jawab permintaan maaf Kakak," kata Beni lalu dia bergegas pergi.

Setelah itu Beni pergi dari hadapan Adam dan Zia.

"Masuklah duluan kerumah, baru Kak Adam pergi," kata Adam sambil memperhatikan Zia masuk kerumah.

****

Rencana Diet dimulai.

Amara, Elisha, Indah dan Zia pergi ke supermarket.

Sepulang sekolah mereka menuju supermarket dekat sekolah.

"Budget lu berapa Zia?" tanya Amara.

"Tabungan gue sampe kok satu juta," jawab Zia.

"Oke berarti kita-kita gak usah repot patungan buat bantuin lu," ketus kata Amara.

"Lu lupa Zia kan orang berada, sekolahnya aja antar jemput supir."

"Lu kemarin pingsan yang nemuin lu Kakak gue, kenapa bukan supir lu?" tanya Indah.

"Aku sengaja gak mau diantar biar fokus dan gak risih," jawab Zia.

"Baiklah teman-teman waktunya belanja," seru Amara.

Mereka belanja keperluan Zia sekaligus keperluan mereka juga. Semua menu dan makanan sehat yang mengenyangkan perut sudah dicatat semua oleh Amara.

"Zia gue gak mau lagi dengar lu cuman makan ubi jalar, pisang sama jus buah doang. Semuanya sehat cuman lambung lu yang berontak, tuh lambung butuh asupan gizi yang full," nasihat Amara.

"Makasih ya teman-teman, aku yakin berat badan aku pasti turun karena ada dukungan kalian juga ikutan diet," kata Zia berseri-seri.

"Gue sih memang dari dulu suka makanan sehat tapi juga suka kuliner. Habis itu gue olahraga lu tahu sendiri Kak Adam fisiknya gimana, dia kalau lihat gue rebahan dibopongnya ikut dia olahraga," terrang Indah.

"Oh so sweet, pengen deh punya Abang Adam kayak lu Indah," ucap Elisha berandai-andai.

"Oho, pengen banget gue punya Abang. Gue suka pusing punya Kakak cewe ngomel mulu,"protes Amara.

"Sama," sambung Elisha.

"Gue gak punya Kakak, gue anak pertama cuman punya adek cowo,"kata Zia.

"Kita harus banyak-banyak bersyukur," cetus Indah.

"Tugas Amara mengatur pola makan sedangkan gue tugas nya mengatur jadwal olahraga lu Zia," jelas Indah.

"Tugas gue apaan?" tanya Elisha.

"Tugas lu jadi tim hore saja. Setiap tiga hari sekali lu ukur pakai meteran, size seluruh badan Zia dan catat timbangan Zia," jawab Amara.

"Zia, lu harus banyak-banyak minum biar gak dehidrasi. Kita beli cemilan kacang-kacangan sama buah-buah segar dan kering. Salad sayur harus ada daging ayamnya atau telur. Bisa juga bakso dikit aja, nasi bisa diganti roti, kentang, ubi juga bisa tapi makannya harus dengan sayur. Pelan-pelan tapi pasti berat badan kamu turun. Ada uang ada hasil, diet memang butuh biaya apalagi soal makanannya," jelas Amara panjang lebar.

"Syarat utamanya sih harus banyak gerak, terutama banyak olahraga ringan kalo badan lu lumayan ringan baru olahraga berat," tutur Indah.

"Biar turun berat lu cepat turun tapi jangan juga maksa kayak lu harus lari beberapa keliling dalam sehari. Benar kata Amara pelan-pelan sehari satu keliling entar lama-lama badan lu terasa enteng yang pasti harus konsisten," sambung Indah.

"Baiklah sahabat-sahabatku," tanggap Zia.

Lalu mereka berempat belanja sambil asik bercanda ria. Zia merasa bahagia mendapat dukungan penuh dari ketiga sahabatnya dan tidak perlu malu lagi untuk melakukan niat usahanya menurunkan berat badan.

****

Tiba waktunya olahraga ala Indah ternyata Kak Adam ikut serta membantu Zia. Dia juga diajarkan main bola basket, taekwondo dan olahraga ringan sekaligus berat.

Amara dan Elisha mengajak Zia melakukan yoga, aerobik dan dance ala Korea.

Seharipun tidak ada kata absen untuk sekadar rebahan. Mereka melakukannya dengan senang hati, bertahap dan tidak memaksakan hasil.

Selang beberapa minggu berat badan Zia mengalami penurun. Dari 95 Kg turun menjadi 65 Kg. Berkat konsisten dan dukungan sahabatnya, tidak terasa tubuhnya terasa sangat ringan.

Adam terkesima dengan usaha Zia, dia mulai menunjukkan ketertarikannya pada Zia.

"Zia Sabtu soreh kamu ada waktu, Kakak mau ajak kamu naik sepeda ditaman," ajak Adam.

"Bisa Kak, ya kan Indah?" ujar Zia langsung bertanya pada Indah juga.

"Berdua, Indah gak ikut dia mau nyapu rumah," omong Adam memotong pertanyaan Zia.

"Maksudnya Kak, apaan sih. Kalian mau pergi berdua, ngapain," kata Indah aneh.

"Oh iya Indah, gue baru inget lu kan mau bikin cake sama nyokap lu. Otomatis rumah kotor, nah tugas lu bantuin bibik dirumah lu nyapu,"ujar Amara mencoba membantu rencana Adam buat mengajak Zia pergi berdua.

"Kapan gue cerita jangan fitnah lu," ketus Indah.

"Kemarin lu cerita ya kan Elisha," ucap Amara mencolek Elisha bermaksud beri kode padanya.

"Hah, kemarin kapan. Kita kan gak sekolah hari minggu," kata Elisha terheran-heran.

"Pokoknya Kak Adam jawaban Zia mau Sabtu soreh ditaman kota," kata Amara sembari menyenggol tangan Zia.

"Iya Kak aku mau," jawab Zia.

"Oke, nanti Kakak jemput kamu," balas Adam.

"Siap Kak," balas Zia kembali.

****

Sabtu tiba, Adam menjemput Zia dirumah dan berpamitan pada orang tuanya. Ketika mereka sampai diparkiran pinggiran taman kota, mereka dihadang Beni.

"Zia kita harus bicara," ajak Beni menarik tangan Zia.

"Lepasin aku Kak Beni," berontak Zia.

"Kamu harusnya jauh-jauh dari Adam, dia itu banyak musuh banyak gak suka sama dia. Kamu tahu dia juga penyebab pacar aku meninggal," jelas Beni.

"Aku gak mau tahu urusan kalian, lepasin tangan aku sakit," zia makin berontak melindungin dirinya.

Emosi Adam kian memanas, dia tidak bisa menahan rasa marahnya pada Beni.

Lantas Adam segera melindungi tangan Zia dari tarikkan tangan Beni. Adam memukul wajah Beni karena amat kesal.

"Lepasin tangan Zia, sakit lu Ben. Dia perempuan jangan karena rasa sakit hati lu yang berdasar itu Zia jadi korban," amuk Adam murkah.

"Kak, sudah Kak kita pergi aja. Biarin dia gak usah diladenin," kata Zia coba redakan amukan Adam.

Tiba-tiba Adam dikepung teman-teman nya Beni. Mereka berjumlah banyak.

Beni melanjutkan aksinya menarik tangan Zia agar mau menjauh dari Adam.

Tidak ada respon dari Beni kemudian Zia menggigit kuat tangan Beni dan menyundulkan kepalanya ke arah badan Beni.

Lalu Zia membantu Adam yang dikepung puluhan teman-teman Beni.

Zia memukul teman-teman Beni pakai tas miliknya. Zia menyemprotkan parfum ke mata teman-teman Beni.

"Pergi kalian jangan ganggu Kak Adam lagi, pengecut mainnya keroyokan," pekik Zia murkah.

"Wajah kalian sudah aku vidoin, mau aku viralin," teriak Zia.

Kemudian mereka mengalah dan pergi tapi dari tatapan Beni pada Adam, tersirat jelas ada dendam diantara mereka.

Adam dan Zia melanjutkan rencana mereka bersepeda ditaman. Adam menceritakan semua masalah antara dia dan Beni. Zia menangkap ada kesaalah pahaman diantara mereka.

Adam selalu tersenyum melihat reaksi lucu dari tanggapan Zia tentang ceritanya.

****

Di Sekolahnya Zia mengadakan pertandingan basket antar sekolah. Tim Adam berhadapan dengan tim sekolah Beni. Mereka bermain memakai emosi dan otot. Beni sengaja mencari-cari masalah dengan Adam.

Melihat sikap Beni semakin kelewatan Zia akhirnya menemui Beni.

Dia geram Beni selalu mencari masalah dengan Adam.

"Kak Beni, Zia mau bicara," tegas Zia.

"Iya Zia bicara saja," tanggap Beni.

"Zia sudah maafin sikap acuh Kakak waktu Zia nembak Kakak. Sekarang Zia mintak tolong jangan memancing keributan dengan Kak Adam," bujuk Zia.

"Asal kamu tahu pacar Kakak meninggal gara-gara dia," jelas Beni.

"Pacar Kakak meninggal itu takdir, sudah umurnya. Lagian Kak Adam gak ada dilokasi kejadian justru Kak Beni yang ada disamping mantan Kakak," terang Zia.

"Adam sudah nolak 10 kali cinta pacar Kakak, dia sudah berusaha melupakan cintanya pada Adam. Dia hanya mau ngasih hadiah ulang tahun buat Adam untuk terkahir kali. Selama pacaran dia sama Kakak dia bahagia bahkan dia sudah lupa dengan Adam," jelas Beni.

"Adam langsung menolak hadiahnya. Dia sangat cuek dan tidak menyentuh hadiah pacar Kakak. Gara-gara Adam pacar Kakak melamun dijalan dan ketabrak mobil," sambung Beni.

"Kak Adam begitu karena gak ingin pacar Kak Beni berharap lagi. Apalagi posisinya masih pacar Kak Beni. Kak Adam menghargai Kakak sebagai temannya," terang Zia lagi.

"Dia sudah tenang kak, tugas kita berdoa untuk keselamatan pacar Kakak diakhirat. Jangan larut dan ungkit masa lalu toh dia juga gak bakal balik lagi. Jangan nyimpan dendam, Kakak sendiri yang rugi belum bisa berdamai dengan masa lalu. Pacar Kakak juga gak mau lihat Kakak masih terjebak dengan dendam," kata Zia mencoba melunakkan hati Beni.

"Zia mohon Kak kalau memang sakit hati Kak Beni belum sembuh, please jangan lampiaskan sama Kak Adam. Jangan nilai Kak Adam penyebab kematian pacar Kakak, dia juga tidak tahu hari itu menjadi hari terakhir pacar Kakak. Zia mohon Kak buang semua dendam itu," ujar Zia.

"Seharusnya Kakak mikir juga jika diposisi Kak Adam, gimana perasaannya terdusut disalahkan atas kematian seseorang yang jelas-jelas gak ada hubungan erat dengan Kak Adam," sambung Zia panjang lebar.

"Zia pergi dulu Kak," pamit Zia sambil meninggalkan Beni.

Adam dan Beni melanjutkan pertandingan basket mereka secara sportif. Zia merasa lega setidaknya omongan dia pada Beni tidak sia-sia.

****

Setelah Zia rutin diet dibantu dan didukung para sahabatnya, berat badan Zia mencapai 50 Kg. Zia semakin cantik dengan penampilan barunya, wajah tirus dan tubuh yang ramping. Dia mulai merawat dirinya, dia tidak ingin bermalas-malasan lagi. Apalagi terlalu banyak rebahan dan ngemil.

Adam yang turut melihat proses perubahan Zia ikut senang sekilagus rasa sukanya pada Zia makin bertambah. Semakin hari cinta mereka makin berkembang, Adam memutuskan memacari Zia.

Zia menerima cinta Adam, keinginan Zia perlahan semua terkabul. Memang benar tidak proses menghianati hasilnya. Jangan banyak berharap atas hasil yang cepat karena sesuatu yang nyata pasti ada proses yang panjang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
MENUNGGU: Akhir Kisah Kita
Nurita
Novel
Bronze
Elegi 98
Sarwono
Skrip Film
Hidup Orang Biasa
Fahmi Sihab
Flash
Rumpang
Jauza M
Cerpen
Pejuang 50 KG
Winter
Novel
HARMONI BERKASIH
Soelistiyani
Novel
Maitua
intan elsa lantika
Novel
444 km
Gya Daneo
Novel
Bronze
LUKA
krasivaya
Novel
Bronze
Sebuah Subuh di Lawang
Redhite K.
Novel
Dipeluk Bumi, Tidur Dalam Hujan
Reiga Sanskara
Novel
Ketika Kami Kehilangan Dua Bintang
Alfania Vika
Novel
Ditengah Jalan
Sepi Sunyi
Novel
Gold
KKPK Liontin Amery
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Tanpa Nama
Paul Sim
Rekomendasi
Cerpen
Pejuang 50 KG
Winter
Cerpen
Ampun Tetangga
Winter
Cerpen
Bronze
Bentuk Hadiah dari Takdir
Winter