Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hujan turun pas bel pulang. Deras, kayak nggak ada niat berhenti. Semua orang ribut, berebut payung, ada yang langsung lari ke parkiran, ada juga yang numpang di kantin. Aku? Nggak punya payung. Jadi berdiri aja di depan gerbang, sambil mikirin, kenapa tadi pagi aku lebih milih bawa pulpen dua biji daripada bawa payung satu.
Lalu kamu datang. Rani. Senyummu muncul begitu aja, kayak orang nggak punya beban. Rambutmu agak basah kena gerimis, dan aku sempat mikir, kalau hujan bikin semua orang jelek, kenapa kamu malah jadi cantik?
“Ayo, nebeng. Payungku cukup, asal kamu jangan mepet-mepet banget,” katamu.
Aku ketawa, pura-pura santai. Padahal dalam hati aku bilang: payung sekecil itu mana mungkin cukup kalau kita nggak mepet? Tapi ya sudah, aku ikut saja.
Kita jalan pelan, bahu ketemu bahu. Separuh badan tetap basah, tapi nggak masalah. Karena yang bikin hangat bukan payungnya, tapi kamu di sebelahku.
Sepanjang jalan kita ngobrolin hal-hal nggak penting. Tentang PR matematika, tentang guru yang suaranya kayak toa masjid rusak, sampai tentang gorengan depan sekolah ya...