Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Payung Merah Terakhir
4
Suka
6,981
Dibaca

Part 1

Kaca jendela kamarku tertutup oleh lapisan embun pagi, yang membuat pandanganku terhalang dan suasana jadi tampak muram. Namun, aku tak peduli dan kembali melanjutkan tidur.

Sisa genangan air hujan semalam masih terdengar berjatuhan. Tak ada satu pun dedaunan yang tampak kering, semuanya masih basah oleh hujan semalam. Bahkan rasa dingin masih menusuk, seolah menyusup ke dalam tulangku.

“Untung ini aku sedang libur, jadi aku bisa bangun siang sesukaku,” gumamku, merutuki diri sendiri atas kebiasaanku bermalas-malasan.

Sesekali aku menarik selimutku saat melihat terik matahari pagi mulai muncul dan menembus kamarku melalui celah ventilasi jendela. Hari libur memang menyenangkan, jadi aku punya alasan untuk tidak bangun pagi dan melanjutkan tidur.

Tak berselang lama, tiba-tiba terdengar derap langkah kaki yang terhenti tepat di depan pintu rumahku. Perlahan, aku menoleh ke arah sumber suara itu. Hingga beberapa detik kemudian terdengar ketukan pintu yang tersamarkan oleh rintik gerimis pagi ini yang masih intens.

TOK TOK TOK

“Siapa sih, pagi-pagi udah bertamu? Ganggu aja!” cetusku sembari menutup kedua telingaku dengan bantal untuk kembali melanjutkan tidur.

Namun, rasa malasku kembali buyar dengan suara ketukan itu yang kembali membuatku terjingkat. Dengan sedikit kesal, aku berusaha menyingkirkan rasa malas dan beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu.

Tapi, begitu pintu terbuka, tak terlihat siapa yang datang. Hanya ada sebuah payung merah yang masih terbuka lebar di depan pintu rumahku.

Aku kembali mengedarkan pandanganku ke segala arah, mencari tahu siapa yang meletakkan payung merah itu. Tapi sama sekali tidak ada siapa-siapa.

“Hah! Payung merah?”

“Itu sudah sering terjadi beberapa tahun ini, semenjak kamu lulus SMA, Nak,” sahut ibuku sambil meletakkan beberapa piring di meja makan.

“Apa ibu tahu siapa yang ngirim?”

“Tentu saja tidak. Tapi, setiap gerimis, selalu ada ketukan pintu yang kemudian meninggalkan payung merah di depan rumah.”

“Aneh...”

Ibuku tampak sedikit menghela napas sebelum akhirnya kembali ke dapur. Raut wajahnya tak seperti biasa.

“Emang sebenarnya siapa sih, Bu, yang ngirim payung?”

“Ibu sendiri juga tidak tahu, Nak. Itu sudah berlangsung tujuh tahun lamanya setelah kamu lulus SMA dan melanjutkan kuliah di luar kota. Sejak itu, setiap gerimis, selalu ada ketukan pintu yang meninggalkan payung merah bertengger di depan rumah.”

Tak terasa sudah lama aku tidak pulang. Sejak meninggalkan rumah ini untuk kuliah, segalanya tampak berbeda. Rumah orang tuaku, beberapa rumah tetangga, bahkan cat di dinding rumah kami sudah memudar, seolah waktu terus berlalu tanpa menunggu.

Melihat foto-foto lama yang tersimpan di lemari, kenangan masa-masa SMA kembali muncul. Di salah satu foto, ada wajah yang sangat aku kenal, yang mengingatkanku pada payung merah yang selalu muncul di depan rumah.

“Nak, ayo makan dulu. Kamu kan baru sampai tadi malam, p...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp15.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Gadis Pelarian
Rosidawati
Cerpen
Bronze
Payung Merah Terakhir
Sang Ghania
Novel
When Lotus Blooms Under the Moonlight
Rystar
Flash
PAYAH
KH_Marpa
Flash
Bronze
Menimang Senja
Arianto Pambudi
Novel
Gold
Sabdo Cinta Angon Kasih
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Janji Allah~Novel~
Herman Sim
Flash
Kau dan Sebatang Lilin
Martha Z. ElKutuby
Cerpen
Sekeping Waktu
B12
Cerpen
Garis Takdir Semesta
LN Azizah
Cerpen
Bronze
Diammu Bukan Emas
aksara_g.rain
Cerpen
Gara-gara Uang
Kiara Hanifa Anindya
Novel
Keluh Kesah Kisahku
Yunissa Cesariyanti
Skrip Film
O.L.D (Obsessive Love Disorder)
pamela ayesma
Flash
WULAN
kound
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Payung Merah Terakhir
Sang Ghania