Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Paranoid
0
Suka
19
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bab 1 – Undangan Eksklusif

Profesor Arka Mahendra, seorang psikiater forensik ternama dengan sorot mata tajam dan rambut yang mulai memutih di pelipis, menatap undangan perak di tangannya. Sebuah kartu tebal dengan motif abstrak yang samar-samar menyerupai gelombang otak, di dalamnya terukir nama Dr. Karindra Satyaki. Karindra. Nama itu membawa kembali memori akan seorang kolega brilian namun eksentrik, seorang visioner yang selalu di ambang batas pemikiran konvensional. Mereka terakhir bertemu di sebuah konferensi lima tahun lalu, di mana Karindra menguraikan teorinya tentang "resonansi kognitif kolektif" – sebuah gagasan yang, pada saat itu, dianggap lebih fiksi ilmiah daripada ilmiah, sebuah konsep yang membuat banyak koleganya mengangkat alis, namun diam-diam memicu rasa ingin tahu yang mendalam. Arka sendiri, meskipun skeptis secara ilmiah, tidak pernah bisa sepenuhnya mengabaikan ide-ide Karindra yang berani.

Undangan itu tidak biasa. Bukan sekadar reuni, melainkan sebuah "retret relaksasi pikiran dan terapi eksperimental" di Pulau Nelantha, sebuah pulau pribadi yang baru saja dibeli oleh Karindra. Arka tahu Nelantha adalah surga terpencil, jauh dari jangkauan sinyal ponsel dan hiruk pikuk dunia. Sebuah tempat yang sempurna untuk melarikan diri dari tuntutan profesinya yang melelahkan, dari kasus-kasus kriminal yang selalu meninggalkan jejak gelap di benaknya. "Sebuah tempat untuk melepaskan belenggu pikiran modern," begitu bunyi kalimat pembuka undangan itu, ditulis dengan tinta perak yang berkilauan, seolah memancarkan janji ketenangan yang absolut. Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Arka. Eksperimen Karindra selalu menarik, meskipun terkadang menakutkan. Ada desas-desus tentang metode Karindra yang tidak konvensional, bahkan di luar batas etika, namun tidak pernah ada bukti konkret. Undangan ini, dengan segala misterinya, terasa seperti panggilan yang tak bisa ia tolak.

Selain Arka, enam psikiater lain menerima undangan serupa. Ada Dr. Elena Santika, seorang psikolog klinis yang dikenal karena pendekatan empatinya dan risetnya tentang trauma memori. Elena, dengan jubah labu favoritnya yang selalu tergantung di punggung kursi, merasa undangan ini adalah kesempatan langka untuk mendalami metode baru. Ia sendiri sedang bergulat dengan kasus-kasus trauma yang semakin kompleks, merasa ada batasan dalam metode konvensional yang ia kuasai. Ia sering terbangun di malam hari, dihantui oleh cerita-cerita pasiennya, merasa beban emosional itu mulai mengikis dirinya. Nelantha menjanjikan sebuah pelarian, sebuah kesempatan untuk mengisi ulang energinya.

Kemudian, Dr. Bayu Anggara, seorang psikiater anak yang energik, yang selalu memancarkan aura ceria namun menyimpan ketakutan mendalam terhadap ketidakpastian dan kehilangan kendali. Bayu, yang baru saja menerbitkan buku terlaris tentang kecemasan generasi muda, melihat ini sebagai peluang untuk "detoksifikasi digital." Ia membayangkan hamparan pasir putih dan air jernih, jauh dari notifikasi dan tekanan pekerjaan yang tak henti-hentinya. Namun, di balik senyum lebarnya, ada kecemasan samar tentang meninggalkan praktik sibuknya, tentang pasien-pasien yang ia tinggalkan, dan tentang keheningan yang mungkin terlalu sunyi baginya. Ia adalah orang yang selalu membutuhkan stimulasi, dan gagasan tentang isolasi total, meskipun untuk relaksasi, sedikit mengganggunya.

Dr. Citra Dewantara, seorang spesialis gangguan obsesif-kompulsif (OCD) yang dikenal dengan logikanya yang tajam dan kerapiannya yang nyaris obsesif. Citra awalnya skeptis. Retret di pulau terpencil? Terapi eksperimental? Kedengarannya terlalu "holistik" untuk selera ilmiahnya yang kaku. Ia adalah seorang yang percaya pada data, pada struktur, pada diagnosis yang jelas dan pengobatan yang terbukti. Gagasan tentang "terapi eksperimental" tanpa protokol yang jelas membuatnya gelisah. Namun, rasa penasarannya terhadap metode Karindra dan nama-nama besar lain yang diundang pada akhirnya mengalahkan keraguannya. Ia berpikir, mungkin ada sesuatu yang bisa ia pe...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp13.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Paranoid
Christian Shonda Benyamin
Novel
White Annie
Hasan Danakum
Cerpen
Bronze
Detektif Arman Dan Dendam Sang Arwah
Bramanditya
Cerpen
Bronze
Tuah Si Denok
Omius
Cerpen
Bronze
Sisa Surat yang tertinggal
kevin andrew
Flash
Dia Seharusnya Mau Melihatku
Rimadian
Flash
Bronze
Meja Terbalik karya Thomas Bernhard. Penerjemah ahmah muhaimin
Ahmad Muhaimin
Flash
MAWAR BIRU JADI PILU
Feffi
Cerpen
Pencuri Waktu (I)
Penulis N
Cerpen
Apartemen Lantai 18
Bamby Cahyadi
Cerpen
Bronze
Retha
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Raja Tikus
Donny Setiawan
Flash
Bronze
Puzzle History
Miss Anonimity
Flash
Lukisan Bedhaya Ketawang II
Rifatia
Flash
Terperangkap di Masa Lalu
Ika nurpitasari
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Paranoid
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Guru BU Ratmi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Bersama Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panti Jompo Harum Melati
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Galeri Lukisan Oscar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Retha
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Suwanita
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Keabadian
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arah Kompas
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dharmawangsa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jalan Buntu 404
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Notifikasi Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Maut Di Kapal Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Lilo Main Dengan Siapa
Christian Shonda Benyamin