Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bagian 1: Cahaya dalam Reruntuhan Pyrocore
Pyrocore, tanah di ujung timur Land of Dawn, dikenal sebagai Tanah Api. Bukit-bukitnya memancarkan kehangatan alami, dan langit senja seringkali berwarna jingga kemerahan. Di tengah lembah yang diapit oleh gunung berapi tidur, berdiri puing-puing Desa Ignis. Di situlah Xborg menghabiskan hari-harinya.
Berbeda dengan gambaran pejuang muram yang hanya dipenuhi dendam, Xborg adalah seorang pemuda tekun. Ya, hatinya terluka melihat desanya hancur bertahun-tahun lalu oleh serbuan makhluk aneh dari celah-celah bumi. Namun, rasa sakit itu berubah menjadi tekad untuk melindungi. Daripada meratapi, ia memanfaatkan keahliannya sebagai ahli mesin. Dengan cermat, ia mengumpulkan logam-logam sisa reruntuhan, merancang, dan merakit. Tangannya yang setengah mekanik bergerak lincah menyolder dan mengencangkan baut. Saat ini, ia sedang menguji coba modifikasi terbaru pada *Flame Gauntlet*-nya, sarung tangan peluncur api.
“Konsentrasi aliran energi… stabil. Daya dorong… perlu ditingkatkan sedikit lagi,” gumamnya, mencoret-coret di buku sketsanya yang penuh diagram. Suara ledakan lembut sesekali terdengar dari kedalaman bumi, sebuah fenomena biasa di Pyrocore yang disebut para tetua sebagai ‘napas bumi’. Xborg lebih memandangnya sebagai tantangan teknis untuk dipahami daripada tanda kegelapan.
Saat ia mengarahkan *Gauntlet*-nya ke target batu besar, tiba-tiba terjadi ketidakstabilan. Sebuah percikan api yang lebih besar dari perhitungannya menyambar keluar, namun bukannya menghantam batu, energi itu memantul ke udara dan, dengan suara *whoosh* yang aneh, membentuk lingkaran cahaya berputar – sebuah portal energi!
Xborg terpeleset, matanya membelalak. Dari pusaran cahaya itu, sebuah sosok perlahan turun. Sosok itu berkilauan dengan cahaya hijau kebiruan yang lembut, seperti aurora. Bajunya terbuat dari bahan yang tak dikenal, mengalir seperti air. Wajahnya tenang, dan matanya memancarkan kebijaksanaan yang dalam.
“Apa… siapa kau?” tanya Xborg, waspada namun tidak agresif, tangannya masih memegang *Gauntlet* yang berasap.
Sosok itu mendarat dengan anggun. “Salam. Namaku Uranus,” suaranya jernih dan menenangkan, seperti gemericik air. “Aku berasal dari Celesti...